Qona'ah

Oleh Abu Abdillah Syahrul Fatwa as-Salim

Persepsi kebanyakan orang bahwa tanda hidup bahagia adalah dengan melimpahnya harta dan segala kenikmatan duniawi. Namun, jika kita boleh jujur berkata; kebahagiaan itu tidak sebatas meraih kenikmatan yang lahir saja, ada sebuah kenikmatan yang banyak dilalaikan manusia, yaitu nikmat ketenangan hati, perasaan lapang dan jiwa yang tenang. Berikut ini adalah pembahasan seputar qona’ah, resep hidup bahagia yang jarang diketahui oleh banyak orang. Allohul Muwaffiq.

Makna Dan Hakekat Qona’ah
Imam Ibnu Faris mengatakan: Huruf Qoof, Nun dan Ain mempunyai dua makna yang shahih. Salah satu maknanya adalah menunjukkan penerimaan atas sesuatu. Sedangkan makna yang lain adalah menunjukkan sesuatu yang melingkar. (Mu’jam Maqoyis al-Lughoh hal.835).
Ibnu Sunni berkata: “Qona’ah adalah ridho terhadap pemberian”. (al-Qona’ah hal.40).
Imam Roghib al-Ashfahani mengatakan: “Qona’ah adalah merasa cukup dengan sesuatu yang sedikit dari sesuatu yang dibutuhkan”. (al-Mufrodaat Fi Ghoriib al-Qur’an hal.414).
Imam Ali al-Jurjani berkata: “Qona’ah secara bahasa maknanya adalah ridho terhadap pemberian. Ada yang mengatakan bahwa qona’ah adalah mencukupi diri dari meminta”. (at-Ta’riifaat hal.179).
Imam Ibnu Hazm mengatakan: “Qona’ah adalah sifat yang utama, tersusun dari sifat dermawan dan adil”. (Mudawatun Nufus hal.145).
Imam al-Jahizh berkata: “Qona’ah adalah merasa cukup dari apa yang datang dalam kehidupan ini. Ridho dengan apa yang berjalan mudah dalam kehidupannya. Tidak bernafsu untuk meraup harta dan pangkat yang tinggi, padahal jiwanya ingin dan ada kecondongan untuk mengambilnya, akan tetapi dia malah menahan jiwanya untuk mengambil yang demikian, karena merasa cukup dengan sedikit yang ia dapat”. (Tahdzib al-Akhlak hal.22).
Maka dapat kita simpulkan bahwa qona’ah adalah engkau ridho dan menerima terhadap pemberian Alloh kepadamu dalam kehidupan dunia ini, baik sedikit atau banyak. Engkau menyerahkan urusanmu kepada Robbmu. Engkau mengetahui dengan yakin bahwa Alloh lebih tahu, lebih Penyayang terhadapmu daripada dirimu sendiri. (al-Qona’ah hal.18, Abdul Ilah bin Ibrohim Dawud).

Anjuran Qona’ah
Anjuran untuk berbuat qona’ah sangat banyak, tertuang dalam al-Qur’an dan Sunnah. Anjuran ini secara umum berupa isyarat dan makna yang jelas untuk senantiasa menerima apa adanya dan tidak meminta-minta. Merasa cukup dengan pemberian Alloh, tidak bernafsu untuk menimbun harta banyak, karena semua itu adalah kenikmatan semu yang akan punah. Berikut ini sebagian dalil-dalil anjuran qona’ah;
Alloh berfirman;

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS.al-Hajj: 36).
Alloh juga berfirman;

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. (QS.al-Baqoroh: 273).
Adapun hadits-hadits nabi diantaranya;
Dari Abdullah bin Amr bahwasanya nabi bersabda;
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi kecukupan dan Alloh menjadikannya orang yang ridho terhadap apa yang diberikan padanya. (HR.Muslim: 1054).
Rasulullah juga pernah berkata kepada Abu Hurairoh
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ, كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ, وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ, وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا, وَأَحَسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا, وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.
Wahai Abu Hurairoh, jadilah orang yang waro niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah. Jadilah orang yang qona’ah niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur. Cintailah manusia sebagaimana engkau mencintai untuk dirimu sendiri, niscaya engkau menjadi seorang mukmin. Perbagusilah pergaulan dengan tetanggamu niscaya engkau menjadi seorang muslim. Sedikitlah tertawa, karena banyak tertawa mematikan hati. (HR.Ibnu Majah: 4217. dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Shohihah: 930).
Rasulullah juga bersabda;
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Bukanlah yang dinamakan kaya dengan banyaknya harta benda, akan tetapi kaya adalah yang kaya jiwanya. (HR.Bukhari: 6446, Muslim: 1051).
Imam an-Nawawi berkata: “Makna hadits ini bahwa kaya yang terpuji adalah yang kaya jiwanya, merasa cukup dan tidak bernafsu terhadap perhiasan dunia. Karena banyak harta akan mendorong semangat untuk terus bernafsu menambahi hartanya. Orang yang selalu meminta tambahan adalah orang yang tidak merasa cukup dengan apa yang dimiliki, maka orang yang seperti ini bukan orang yang kaya”. (Syarah Shohih Muslim 4/3).

Manfaat Qona’ah
1.Merasa cukup
Yaitu timbulnya perasaan jiwa yang selalu cukup terhadap pemberian Alloh. Rasulullah bersabda:
وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ
Barangsiapa yang meminta kecukupan, maka Alloh akan mencukupinya. (HR.Bukhari: 1427, Muslim: 2471).
Rasulullah juga bersabda:
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
Terimalah apa yang Alloh berikan padamu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya. (HR.Tirmidzi 2305, Ahmad 2/310. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah no.930).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “Barangsiapa yang merasa cukup dengan pemberian Alloh, maka dia adalah orang yang kaya sejati, sekalipun hasil yang ia dapat sedikit. Bukanlah kaya itu dengan banyaknya harta benda, tetapi hakekat kaya adalah yang kaya hatinya. Dengan menjaga diri dari meminta-minta dan merasa cukup terhadap pemberian Alloh, maka sempurnalah kebahagiaan hidup bagi seorang hamba, mendapat nikmat duniawi dan qona’ah dengan apa yang Alloh berikan padanya”. (Bahjah Qulub al-Abror hal.73).

2.Sebab keberuntungan
Karena Rasulullah bersabda;
طُوبَى لِمَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا وَقَنِعَ
Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk ke dalam agama Islam, kehidupannya tidak meminta-minta dan ridho terhadap pemberian. (HR.Tirmidzi: 2349, Hakim: 1/35, dishohihkan oleh syaikh al-Albani dalam as-shohihah: 1506).
Imam Ahmad bin Qudamah berkata: “Sudah selayaknya bagi orang yang tidak mendapat harta untuk bersifat qona’ah. Sedangkan bagi yang mendapatkan harta hendaknya digunakan dengan baik, dermawan dan mengutamakan orang lain”. (Minhajul Qoshidin hal.259-260).

3.Mendapat kecintaan Alloh dan Manusia
Karena orang yang juhud terhadap dunia dan juhud terhadap apa yang dimiliki manusia adalah sebuah kemuliaan, Rasulullah bersabda;
ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ
Berlaku zuhudlah di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan berlaku zuhudlah terha-dap apa yang dimiliki manusia, maka manusia akan mencintaimu. (Hadits hasan. Lihat takhrij lengkapnya dalam as-Shohihah: 944).
Sudah semestinya bagi orang yang hidupnya kekurangan untuk qona’ah, tidak tamak dan rakus terhadap apa yang dimiliki orang lain. Tidak usah dipedulikan apa yang ada pada orang lain. Sebaliknya, bagi yang punya harta janganlah terlalu semangat dalam mencari harta, hendaknya dia mencukupi dan qona’ah sesuai kebutuhan yang doruri saja. Seperti makan, pakaian dan tempat tinggal. (Ihya Ulumuddin 3/2071).

4.Hati lapang dan bahagia
Bukanlah kebahagiaan itu dengan terwujudnya segala keinginan yang bersifat materi, bukan pula yang bersifat kelezatan atau menuruti hawa nafsu, akan tetapi kebahagiaan jiwa adalah dengan ridho dan qona’ah. (al-Qona’ah hal.88).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “Lihatlah!, kebanyakan manusia mereka ditimpa penyakit bimbang, sedih dan selalu waswas, hatinya merasa sempit, kemudian dia baru menyadari betapa pentingnya sehat dari penyakit semacam ini, pemberian Alloh berupa kelapangan hati. Bahkan orang-orang yang miskin acapkali mengalahkan orang-orang kaya dalam nikmat semacam ini, yaitu nikmat qona’ah dan lapangnya hati”. (Bahjah Qulub al-Abror hal.46).

5.Termasuk ketakwaan
Ali bin Abi Tholib berkata: “Takwa adalah takut kepada Alloh, beramal sesuai dengan wahyu, qona’ah dengan yang sedikit dan selalu persiapan menghadapi hari pembalasan”. (al-Qona’ah hal.88).

Dalam Hal Apa Harus Qona’ah?
Pertanyaan ini mungkin menjadi tanda tanya bagi sebagian orang. Apakah qona’ah harus dalam segala aspek kehidupan sampai sekalipun masalah akherat dan ilmu? Ketahuilah, bahwa qona’ah itu hanya dalam perkara-perkara yang sifatnya akan punah dan hilang, yaitu perkara duniawi dengan segala macam kenikmatannya, bukan pada sesuatu yang kekal dan abadi, Berdasarkan sabda nabi yang berbunyi;
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
Lihatlah kepada orang yang berada dibawahmu dan janganlah kalian melihat orang yang diatasmu. Karena hal itu akan lebih menjadikanmu tidak meremehkan nikmat Alloh. (HR.Muslim: 7619).
Hadits ini untuk perkara-perkara dunia, seperti harta, anak, isteri, tempat tinggal, kendaraan, bentuk tubuh, nasab, pangkat, pekerjaan, dan perkara dunia lainnya yang akan punah dan hilang.
Adapun dalam masalah ibadah, ilmu, akhlak dan perkara akherat adalah dengan melihat orang yang berada diatas kita, melihat orang yang rajin dalam ibadah, luas ilmunya dan istiqomah dalam agamanya.
Akan tetapi kebanyakan manusia pada zaman sekarang, dalam kehidupan dunia, mereka selalu merasa miskin, padahal Alloh telah memberikannya nikmat yang cukup, karena yang dia lihat adalah orang-orang yang diatasnya dalam masalah dunia!!, hal ini terjadi karena tidak adanya sifat qona’ah dalam diri, selalu merasa kurang dan tidak puas, tidak qona’ah, padahal qona’ah adalah kunci kebahagiaan hidup di dunia. Sebaliknya, dalam perkara akherat, manusia sangat mudah puas dalam beribadah, walaupun sedikit, tidak melihat orang yang lebih diatasnya!!.

Imam Ibnul Jauzy mengatakan: “Sebagian manusia ada yang ingin selalu megah dan enak dalam makanan, diantara mereka ada yang tidak terima jika hidup susah, sungguh sangat jauh orang yang menginginkan bagusnya agama dengan selalu meraih kelezatan”. (Shoidul Khotir hal.755).

Contoh Qona’ah Nabi Muhammad
1.Rasulullah pernah berdoa: “Ya Alloh berilah rizki kepada keluarga Muhammad berupa makanan pokok”. (HR.Bukhori: 6460, Muslim: 1055).

2.Aisyah berkata: “Sesungguhnya kami melihat hilal pergantian bulan dalam kurun waktu dua bulan, dan selama itu tidak ada api yang menyala di rumah Rasulullah (Tidak ada sesuatu yang dimasak), yang ada hanya air dan korma. Hanya saja kadang-kadang ada tetangga anshor yang memberikan susu, beliau minum dan memberi minum kepada kami”. (HR.Bukhari: 2428, Muslim: 2972).

3.Aisyah berkata: “Sungguh Rasulullah telah meninggalkan dunia, dan beliau tidak pernah kenyang sebanyak dua kali dari makan roti dan minyak dalam sehari”. (HR.Muslim: 2974).

Kiat-kiat Meraih Sifat Qona’ah
Ketahuilah terapi agar hidup bahagia dengan qona’ah terangkum dalam tiga perkara; sabar, punya ilmu dan beramal. Penjelasan yang lebih gamblang lagi bahwa kiat meraih sifat qona’ah adalah dengan perkara-perkara sebagai berikut ;
1.Hidup hemat
Barangsiapa yang ingin hidup qona’ah hendaklah dia mengerem jiwanya dari pengeluaran yang tidak berguna sebisa mungkin. Rasulullah bersabda;
ثَلاَثُ مُنْجِيَّاتٍ : خَشْيَةُ اللهِ فِيْ السِّرِّ وَ الْعَلاَنِيَّةِ وَ الْقَصْدُ فِيْ الفَقْرِ وَ الْغِنَى وَ اْلعَدْلُ فِيْ الغَضَبِ وَ الرِّضَا
Tiga perkara yang bisa menyelamatkan; takut kepada Alloh ketika sepi dan terang-terangan, hemat ketika kaya dan miskin, adil ketika marah dan ridho. (Hadits hasan. Lihat takhrij lengkapnya dalam as-Shohihah no.1802).

2.Jangan takut masa depan
Jika saat ini Alloh telah memberikan kepadamu kecukupan dalam harta, maka janganlah engkau takut dan khawatir terhadap masa depanmu. Jangan engkau terlalu berandai-andai nanti jika saya miskin, andai demikian dan demikian, yakinlah bahwa rizkimu tidak akan lari, kemudian sadarilah bahwa setan selalu menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan. Maka terimalah pemberian Alloh saat sekarang dengan lapang dada, merasa cukuplah dengan pemberian itu, tidak usah ngoyo memburu harta karena khawatir masa depan tidak dapat rizki, sadarilah hal ini wahai saudaraku.

3.Ketahuilah keutamaan qona’ah
Karena dengan demikian akan membendung nafsu terhadap dunia, dia akan menyadari bahwa mengejar dunia tanpa ada arahan adalah tercela.

4.Lihatlah orang yang lebih utama darimu
Hendaklah seorang muslim melihat kenikmatan yang didapat oleh orang-orang yahudi dan nashoro, kenikmatan yang diraih oleh orang-orang bodoh, kemudian bandingkanlah dengan kenikmatan yang didapat oleh para nabi, rosul dan orang-orang sholih. Karena yang demikian akan memudahkan baginya untuk bersabar menerima yang sedikit, qona’ah terhadap pemberian.

5.Banyak harta banyak petaka
Hendaknya dipahami oleh setiap orang bahwa mengumpulkan banyak harta tidak selamanya baik. Bahkan kadangkala membawa petaka yang tidak disadari. Cukuplah pikirannya tersibukkan dengan harta yang tersimpan menjadi pelajaran agar kita qona’ah. Rasulullah bersabda;
إِذَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ شَىْءٌ ، وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ ، فَخُذْهُ ، وَمَا لاَ فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
Apa yang datang kepadamu sesuatu dari harta ini, dan engkau tidak tergantung dan tidak memintanya, maka ambillah. Dan apa yang tidak datang padamu, maka janganlah engkau selalu berharap dan terkait dengannya. (HR.Bukhari: 1473, Muslim: 1045).

6.Lihatlah orang yang dibawahmu
Yaitu orang yang dibawah kita dalam masalah dunia, karena yang demikian akan membawa rasa syukur kepada Alloh. Demikian pula lihatlah orang yang melebihi kita dalam masalah agama, agar termotifasi untuk meniru dan mengikutinya, bukan hanya mengejar harta saja.

7.Berdoalah kepada Alloh
Diantara doa yang diajarkan oleh nabi untuk meraih qona’ah adalah;
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
Ya Alloh, aku minta kepadamu petunjuk, ketakwaan, kesucian dan kecukupan. (HR.Muslim: 2721).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “Doa ini termasuk doa yang banyak mengandung manfaat, terkandung di dalamnya kebaikan agama dan dunia (kesucian dan kecukupan). Terkandung di dalamnya agar merasa cukup dari apa yang ada pada manusia, tidak bergantung kepada mereka, merasa cukup dari pemberian Alloh berupa rizki. Tergapainya ketenangan hati karena selalu merasa cukup, yang dengannya akan sempurna kebahagiaan kehidupan dunia, dan ketenangan hati yaitu kehidupan yang baik”. (Bahjah Qulub al-Abror hal.73).

Mutiara Salaf Tentang Qona’ah
1.Adalah sahabat mulia Umar bin Khotthob sangat qona’ah, apabila beliau menginginkan sesuatu dia berusaha menahannya selama setahun. (al-Mustatrof hal.124).

2.Sa’ad bin Abi Waqqosh mengatakan: “Wahai anakku, apabila engkau meminta kecukupan, maka carilah dalam qona’ah, sesungguhnya dia adalah harta yang tak akan habis. Dan waspadalah engkau dari tamak, karena hal itu adalah kefakiran yang nyata”. (al-Mustathrof hal.124).

3.Ada yang bertanya kepada Abdul Wahid bin Zaid; “Kapan seseorang itu dianggap ridho dan menerima? Dia menjawab; “Apabila orang itu bergembira dengan musibah yang ia dapat sebagaimana bergembira ketika mendapat nikmat”. (al-Mustathrof hal.125).

4.Fudhail bin Iyadh berkata: “Barangsiapa yang ridho dengan pemberian Alloh kepadanya, maka Alloh akan memberkahi dalam pemberian tersebut”. (al-Mustathrof hal.125).

5.Bakar bin Abdullah al-Muzani mengatakan: “Cukup bagimu dari dunia ini engkau berbuat qona’ah di dalamnya sekalipun kehidupanmu hanya makan kurma, minum air, dan hidup dibawah tenda. Acapkali terbuka bagimu sesuatu dari dunia ini, maka jiwamu akan bertambah lelah dengannya”. (al-Qona’ah hal.40, Ibnu Abi Dunya, lihat pula Min Akhbar as-Salaf hal.155, Zakaria bin Ghulam al-Bakistani).

Ya Alloh, jadikanlah hati-hati kami hati yang qona’ah menerima pemberianMu, dan berkahilah pemberian tersebut. Berilah kami ganti yang lebih baik terhadap sesuatu yang luput dari kami di dunia ini. Amiin. Allohu A’lam.

Comments

Popular posts from this blog