Iman Landasan ibadah

 

 

Oleh H. Muhammad Yahya Ajlani


Dalam Khutbah Jum'at di Darul Ihsan, 25 Februari 2011

Sidang jumat rahimakumullah...
Pada suatu kesempatan, datanglah rombongan Arab Badwi menemui Rasulullah SAW. Mereka menyatakan beriman dan siap memeluk agama Islam. Tetapi, pernyataan mereka ternyata mendapat teguran dari Allah, sebagaimana diabadikan dalam al-Qur'an:
قالت الأعراب آمنا قل لم تؤمنوا ولكن قولوا أسلمنا ولما يدخل الإيمان في قلوبكم وإن تطيعوا الله ورسوله لا يلتكم من أعمالكم شيئا إن الله غفور رحيم (الحجرات:14)
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah berislam (tunduk)", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(Q.S. Al-Hujurat [49]:14)

Konon, orang-orang Arab Badwi yang datang kepada Rasulullah itu masih suka bermusuhan, konflik, bahkan tak segan-segan membunuh. Sehingga belum layak dikatakan sebagai orang beriman. Karena orang beriman itu ramah, cinta damai dan melaksanakan nilai-nilai agama dengan baik.

Hadirin, jama'ah jum'at yang berbahagia,

Sekarang kita bisa memperhatikan, penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam. Dalam Kartu Tanda Penduduk bertuliskan agama Islam, pernikahan menggunakan cara Islam, menguburkan jenazah mengikuti aturan Islam dan sehari-hari melaksanakan rukun Islam. Tetapi, mengapa kejahatan juga banyak dilakukan oleh orang-orang beragama Islam? Pelaku korupsi dan pelanggaran hukum ada orang Islam. Penganiayaan, perilaku anarkis dan pembunuhan juga ada yang dilakukan oleh orang Islam. Pergaulan bebas, perselingkuhan dan perzinahan banyak dilakukan oleh orang yang beragama Islam. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena keberislaman mereka tidak dilandasi dengan keimanan. Rasulullah SAW. bersabda:
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ
Seorang mukmin tidak disebut mukmin saat ia berzina, seorang mukmin tidak disebut sebagai mukmin saat ia mencuri, seorang mukmin tidak disebut sebagai mukmin saat meminum khamar" (HR. Muslim No. 86)

Hadirin jama'ah jum'at yang berbahagia,

Shalat merupakan salah satu rukun Islam, tetapi shalat yang tidak dilandasi keimanan, tidak akan melahirkan TANHA 'ANIL FAHSYAAI WAL MUNKAR(Q.S. 29:45), mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Zakat yang tidak dilandasi keimanan, tidak akan melahirkan THUTHOHHIRUHUM WATUZAKKIIHIM (Q.S. 9:103), membersihkan dan mensucikan mereka. Demikian juga puasa yang tidak dilandasi keimanan, tidak akan mengantarkan LA'ALLAKUM TATTAQUUN (Q.S. 2:183), menjadi muttaqiin.

Seseorang yang beriman kepada Allah pasti hidupnya akan selalu hati-hati dan terjaga dari maksiat dan dosa, karena dia sadar bahwa Allah mengawasinya setiap saat. Dia tidak ngantuk, apalagi tidur. Dia juga menyertai kita dimanapun berada.

Iman kepada Malaikat akan mendorong kita berakhlak mulia dan rajin beribadah. Karena kiri-kanan kita Malaikat selalu memperhatikan dan mencatat amal sedetil-detilnya. Firman Allah: MAA YALFIDHZU MIN QAULIN ILLAA LADAIHI RAQIIBUN 'ATIID, tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.(Q.S. Qaf [50]:18)

Demikian juga, mana mungkin seseorang akan berbuat jelek, tidak terpuji, dan membiarkan waktu hidup berjalan percuma, kalau kita beriman akan adanya hari kiamat. Seluruh kehidupan kita akan diperhitungkan, apakah banyak kejelekan atau kebaikan. Hanya amal shalehlah yang akan menyelamatkan kita nanti. Maka orang-orang yang beriman, dalam hidupnya akan fokus bagaimana melahirkan amal shaleh sebanyak-banyaknya. 

Hadirin, jama'ah jum'at yang berbahagia.

Bagaimana cara membangun dan memelihara keimanan itu? Dalam hadits dari Abi Amrah Sufyan bin Abdillah ats-Tsaqafi r.a, aku berkata kepada Rasulullah:
قل لي فى الإسلام قولا لا أسئل عنه أحدا غيرك؟ قل أمنت بالله ثم استقم.
“Ya Rasulallah, sampaikanlah kepadaku dalam Islam sesuatu yang yang tidak akan aku tanyakan lagi kepada orang lain, kecuali kepada engkau! Rasulullah bersabda: “Katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah!.”(HR. Muslim)

Jadi, kunci utamanya adalah istiqamah. Artinya, kalau suatu ketika keimanan itu telah bersemayam dalam qalbu, maka pertahankanlah dengan keistiqamahan.

Dalam Islam, banyak sekali momen untuk membangun kembali kesadaran dalam meningkatkan keimanan. Momen itu misalnya kegiatan di majelis dzikir, majelis ilmu, bulan Ramadhan, peringatan hari besar Islam, Ibadah Haji, Ketika sakit, dan lain-lain. Ketika seseorang berada di majelis dzikir, jiwanya bergoncang, hatinya bergetar dan air matanya berlinang. Muncullah kesadaran akan agungnya Allah dan betapa lemah dan kerdilnya kita. Disitulah muncul keinginan berbuat baik dan menjauhi segala maksiat.

Ketika berada di majelis ilmu, kita tersadarkan kembali untuk beramal kebaikan dan menjauhi berbagai kemaksiatan. Demikian juga ketika berada pada bulan Ramadhan, seluruh waktu mulai dari malam hingga malam lagi, seluruhnya digunakan untuk melakukan kebaikan. Demikian juga ketika perayaan hari besar Islam, misalnya peringatan maulid, maka muncullah keinginan dan semangat meneladani Rasulullah SAW. Bahkan lebih nampak lagi keimanan seseorang, manakala mereka tengah melaksanakan ibadah haji. Sikap, perilaku, ucapan dan seluruh amalnya sangat terkendali. Mereka rajin shalat, membaca al-qur'an, shalawat, dzikir, dan lain-lain. Itu semua merupakan titik awal untuk menjadikan iman sebagai landasan dalam setiap ibadah, termasuk landasan dalam mengamalkan rukun Islam. 

Nah, setelah keimanan itu muncul dan menguat, pertahankanlah dengan tidak sekali-kali melakukan maksiat atau dosa (apapun bentuknya), perbanyaklah dzikir dan membaca al-Qur'an, sering berkumpul di majelis ilmu dan bergaulah dengan orang-orang shaleh. Kemudian kendalikan hawa nafsu. Insya Allah keberagamaan kita akan semakin kuat dan selalu berada dalam ridla Allah SWT.[]

http://www.masjidku.org

Comments

Popular posts from this blog