Dunia Maya, Dunia Nyata Dan Dunia Akhirat

 

 

Oleh  
  
Tanbihun- Tulisan ini akan diawali dengan cuplikan pendapat Sekjen Kemenag Bahrul Hayat dalam rangka menyambut digelarnya Konferensi Media Islam Internasional II  di Jakarta, 13-15 Desember mendatang, yang bertema “New Media and Communication Technology in the Muslim World”. diselenggarakan Kemenag dan Rabithah Alam Islami yang berpusat di Arab Saudi. “Acara ini, bertujuan meningkatkan kerja sama dan membentuk jejaring antara negara-negara Islam untuk mengantisipasi persoalan yang merugikan umat Islam,” ujarnya

Menurut Bahrul, latar belakangnya adalah fakta bahwa dunia informasi dan teknologi komunikasi saat ini memasuki era yang sangat mencengangkan. “Di mana berbagai media tumbuh sangat pesat seiring berkembangnya internet, dan memicu perubahan tatanan politik sosial budaya dan keagamaan masyarakat,” ucapnya.
Dunia Maya,Dunia Nyata, Dunia Akhirat
Demam internet beberapa tahun terakhir ini melanda hampir seluruh lapisan masyarakat, tak berlebihan jika dikatakan dunia maya dan dunia nyata saling membawa dampak, dan puncaknya adalah dampak permanen yaitu kehidupan kita kelak diakhirat.

Ketika awal-awal diperkenalkan blog, masih sedikit yang tertarik apalagi yang mau memanfaatkannya untuk menjadi media penyebar informasi, pendidikan yang bersifat positif, saya masih ingat ketika dunia blogger mencapai puncak keterkenalannya, beberapa pendidik, tokoh agama masih memandang tidak perlu memanfaatkan media di dunia maya, alasannya pun beragam,mulai dari yang formal sampai yang terksan mengada-ada, “dunia maya itu haram,internet itu cabul,ustadz koq aktif internetan apalagi punya jaringan internet sendiri di rumah berarti dia itu fasiq”.

Itu suara-suara 1 tahun yang lalu, coba sekarang kita tengok ke jejaringan social, utamanya facebook, kita akan tercengang, sudah tidak terhitung lagi berapa ratus ustadz bahkan kyai yang mempuyai akun facebook. Saya tidak sedang membahas hokum menggunakan atau mempunyai akun jejaring social bagi seorang ustadz atau kyai, namun lebih pada pengamatan. Ada 1 hal yang menarik dalam pandangan saya;

Saat mereka ditawari diajak menulis tentang pengetahuan agama, informasi pendidikan agama rame-rame “menolak”, tapi dengan adanya jejaring social tanpa undangan pun mereka serentak membuat akun dan aktif, ketidak tahuan (gaptek) tampaknya tidak menjadi soal, mereka punya prinsip “man jadda wajada” siapa giat berusaha maka akan mendapatkan”, usaha untuk mempunyai akun facebook dan mengoperasikannya mereka lakukan, dari mulai memanggil muridnya yang sudah ‘alim facebook, hingga begadang sampai pagi latihan mengoperasikan menu-menu yang ditawarkan facebook.

Dunia facebook didominasi oleh kawula muda, tak ayal lagi banyak ustadz atau kyai yang “terjebak” ikut-ikutan gaya anak muda yang kadang kurang patut, sehingga mungkin akhir-akhir ini kita sering membaca status seseorang yang mengeluhkan perilaku ustadz yang memajang foto mesranya dengan pacarnya, kata rayuannya di status kekasihnya, atau kata-kata yang tak patut lainnya distatus-status lainnya.

Sekali lagi saya tegaskan, saya tidak sedang menghakimi para pengguna jejaring social, tapi yang menjadi focus bahasan saya adalah; betapa sangat gamblang, dunia maya sangat membawa dampak perilaku kita didunia nyata, atau dunia maya menjadi pelarian mengekspresikan sifat “genit dan nakal” kita yang sellau kita tutup rapat didunia nyata. Dan yang lebih mencengangkan menurut saya, sebagian dari kita tergiur menjadi pengguna jejaring social bukan dalam rangka untuk memperluas cakupan dakwah, tapi lebih pada hiburan,memang tidak salah, namun snagat ironis.

Jemari kita kelu saat diminta menulis sebuah artikel yang bermanfaat, tapi begitu lincahnya saat menulis status “guyonan” di jejaring social, apalagi jika status kita laris manis, jempol bersliweran tak terhitung, komentar pun bermunculan, ada kebanggan tersendiri katanya, dan itu menajdi pelecut penyemangat untuk update status yang lebih “heboh” lagi, sehingga lama-lama kita sudah terbiasa, akhirnya hamper sudah tak bisa dibedakan mana ahli agama dan orang awam, dilihat dari status, tingkah polah di media jejaring sosialnya.

Melihat fakta yang demikian, jika sampai hari ini masih ada tokoh atau pun individu yang bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan masih memandang dunia maya tidak perlu disentuh, kita tidak perlu memanfaatkan dunia maya, maka bisa para muridnya akan mempunya 2 kejiwaan atau 2 kehidupan, dunia maya dan nyata yag keduanya bertolak belakang. Santun didunia nyata namun “liar” didunia maya. Na’udzubillahi min dzalik.(zid)

Comments

Popular posts from this blog