Terjemahan Al-Hikam (Syeikh Ibnu Atho-illah)
Panduan Bersandar Bulat kepada Rahmat Allah
HIKMAH
1) SETENGAH DARI TANDA BAHAWA SESEORANG ITU BERSANDAR DIRI PADA
KEKUATAN AMAL USAHANYA, IAITU BERKURANGNYA PENGHARAPAN TERHADAP RAHMAT
KURNIA ALLAH KETIKA TERJADI PADANYA SUATU KESALAHAN/DOSA.
-
Kalimah:
Laa ilaha illallah. Tidak ada Tuhan, bererti tidak ada tempat
bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang
menghidupkan dan mematikan, tiada yang memberi dan menolak melainkan
Allah.
-
Zahirnya syariat menyuruh kita
berusaha, beramal, sedang hakikat syariat melarang kita menyandarkan
diri pada amal usaha itu, supaya tetap bersandar pada kurnia rahmat
Allah SWT.
-
Kalimah: Laa haula walaa quwwata illa billahi.
Tidak ada daya untuk mengelakkan diri dari bahaya kesalahan dan tidak ada kekuatan untuk berbuat amal kebaikan kecuali dengan bantuan pertolongan Allah dan kurnia rahmatNya semata-mata.
Tidak ada daya untuk mengelakkan diri dari bahaya kesalahan dan tidak ada kekuatan untuk berbuat amal kebaikan kecuali dengan bantuan pertolongan Allah dan kurnia rahmatNya semata-mata.
-
Firman Allah:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
"Katakanlah: Hanya kerana merasakan kurnia rahmat Allahlah kamu boleh bergembira, dan itulah yang terlebih baik bagi mereka daripada apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri." (Yunus: 58)
"Katakanlah: Hanya kerana merasakan kurnia rahmat Allahlah kamu boleh bergembira, dan itulah yang terlebih baik bagi mereka daripada apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri." (Yunus: 58)
-
Sedang
bersandar pada amal usaha itu bererti lupa pada kurnia rahmat Allah
yang memberi taufiq, hidayah kepadanya yang akhirnya ia pasti ujub,
sombong dan merasa sempurna diri. Sebagaimana yang terjadi kepada iblis
ketika diperintah bersujud kepada Adam, ia berkata "Aku lebih baik dari dia (Adam)"
Dan telah terjadi kepada Qaarun ia berkata:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي
"Sesungguhnya aku mendapat kekayaan ini kerana ilmuku semata-mata" (Al-Qasas:78)
-
Apabila
kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu, kayu, pohon,
binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan
diri sendiri, seolah-olah merasa sudah cukup kuat dan dapat berdiri
sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat taufiq hidayah dan kurnia
Allah.
-
Sedangkan
kita harus bertauladan pada nabi Sulaiman AS. Ketika ia menerima nikmat
kurnia Allah, ketika mendapat istana raja Balqis.
Firman Allah:
قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
"Ini
semata-mata dari kurnia Tuhanku, untuk menguji padaku, apakah bersyukur
atau kufur. Maka siapa yang bersyukur, maka syukur itu untuk dirinya
sendiri. Dan siapa yang kufur, maka Tuhanku Zat yang terkaya lagi maha
pemurah"
-
HIKMAH
2: KEINGINAN UNTUK TAJRID (MELULU BERIBADAT, TANPA BERUSAHA DUNIA),
PADAHAL ALLAH MASIH MENEMPATKAN ENGKAU PADA GOLONGAN ORANG-ORANG YANG
HARUS BERUSAHA KASAB UNTUK MENDAPAT KEPERLUAN HARI-HARI, MAKA
KEINGINANMU ITU TERMASUK SYAHWAT HAWA NAFSU YANG SAMAR (HALUS).
SEBALIKNYA KEINGINANMU UNTUK BERUSAHA KASAB, PADAHAL ALLAH TELAH
MENEMPATKAN DIRIMU PADA GOLONGAN ORANG YANG MELULU BERIBADAT TANPA
KASAB, MAKA KEINGINAN YANG DEMIKIAN MENURUN DARI SEMANGAT DAN TINGKAT
YANG TINGGI
MUQADDIMAH
Segala puji bagi Allah, tuhan yang mengisi (memenuhi)
hati para walinya dengan kasih sayangNya, dan mengistimewakan jiwa
mereka dengan memperhatikan kebesaranNya, dan mempersiapkan sir
mereka untuk menerima bahan makrifatNya (mengenal padaNya), maka hati
nurani mereka merasa bersuka-ria dalam kebun makrifatNya, dan roh mereka
bersuka-suka di alam malakutNya, sedang sir mereka
berenang di lautan jabarut, maka keluar dari alam fikiran mereka
pelbagai permata ilmu, dan dari lidah mereka mutiara hikmat/pengertian.
Maha Suci Allah yang memilih mereka untuk mendekat kepadaNya, dan
mengutamakan mereka dengan kasih sayangNya.
-
Maka
terbahagi antara salik dan majdzub, dan menyintai dengan yang dicintai,
mereka tenggelam dalam cinta ZatNya dan timbul kembali kerena
memperhatikan sifatNya.
-
Dan Selawat dan salam atas junjungan kita nabi Muhammad SAW, sumber dari semua ilmu dan nur, bibit dari semua makrifat dan sir (rahsia). Dan semoga Allah redha pada keluarga dan sahabatnya yang tetap taat mengikuti jejaknya. Aaamiin.
-
Amma
ba'du: Adapun dalam segala masa maka ilmu tasawwuf yang dahulunya atau
hakikatnya ilmu tauhid untuk mengenal Allah, maka termasuk semulia-mulia
ilmu terbesar dan tertinggi. Sebab ia sebagai intisari daripada
syari'at. Bahkan menjadi sendi utama dalam agama islam. Sebab Allah
telah berfirman:-
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah aku jadikan jin dan manusia kecuali supaya mereka mengenal Aku"
-
Kerana
pengertian ilmu tauhid, telah berubah nama menjadi ilmu kalam, ilmu
filsafat yang sama sekali, seolah-olah tidak ada hubungannya dengan
akhlaq dan amal usaha, maka timbul nama ilmu tauhid yang dijernihkan
kembali dari sumber asal yang diajarkan dan dilakukan oleh Nabi SAW dan
sahabatnya.
-
Sebab
dari ilmu inilah akan dapat memancar nur hakikat, sehingga dapat
menilai semua soal hidup dan penghidupan ini dengan tuntunan dari Allah
dan pelaksanaan Rasulullah SAW.
Sedang
kita Al-Hikam yang disusun oleh Abul Fadhel Ahmad bin Muhammad bin
Abdul Karim bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Al-husain
bin Atha'Allah Al-Iskandary, sehingga tampak benar bahawa ia berupa
ilmu ladunni dan rahsia quddus.
-
Adapun had (definisi) ilmu tasawwuf (tauhid) Aljunaid berkata:
--- a. Mengenal Allah, sehingga antaramu dengan Allah tidak ada perantara (hubungan dengan Allah tanpa perantara).
--- b. Melakukan semua akhlak yang baik menurut sunnaturrasul dan meninggalkan semua akhlaq yang rendah.
--- c. Melepas hawa nafsu menurut sekehendak Allah.
--- d. Merasa tiada memiliki apapun, juga tidak dimiliki oleh sesiapapun kecuali Allah.
-
Ada
pun caranya: iaitu mengenal asmaa' Allah dengan penuh keyakinan,
sehingga menyedari sifat-sifat dan af'aal Allah di alam semesta ini.
Adapun
Gurunya: Maka Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan melalui wahyu
dan melaksanakannya lahir batin sehingga diikuti oleh para
sahabat-sahabatnya radiallahu 'anhum.
Adapun
manfaatnya: Mendidik hati sehingga mengenal zat Allah, sehingga berbuah
kelapangan dada, dan bersih hati dan berbudi pekerti yang luhur
menghadapi semua makhluk.
-
Abul-Hassan Asysyadzili ra. berkata: Perjalanan kami terdiri di atas lima:
--- 1. Taqwa pada Allah lahir dan batin dalam peribadi sendiri atau di muka umum.
--- 2. Mengikuti Sunnaturrasul dalam semua kata dan perbuatan.
---
3. Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan atau kebencian mereka.
(Yakni: tidak menghiraukan apakah mereka suka atau benci.)
--- 4. Rela (redha) menurut hukum Allah ringan atau berat.
--- 5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka.
-
Maka
untuk melaksanakan taqwa harus berlaku wara' (menjauhi semua yang
makruh, syubhat dan haram), dan tetap istiqamah dalam mentaati semua
perintah, yakni tetap tabah tidak berubah.
Dan untuk melaksanakan sunnaturrasul harus selalu waspada dan melakukan budi pekerti yang luhur.
Dan untuk melaksanakan tidak hirau pada makhluk dengan sabar dan tawakkal (berserah diri pada Allah Ta'ala).
Dan untuk melaksanakan: Rela (redha) pada Allah dengan terima (qana'ah/tidak rakus) dan menyerah.
Dan untuk melaksanakan: Kembali kepada Allah suka duka dengan bersyukur dalam suka dan berlindung denganNya dalam duka.
Dan semua ini berpokok pada 5:
--- 1. Semangat yang tinggi
--- 2. Berhati-hati dari yang haram atau menjaga kehormatan
--- 3. Baik dalam berkhidmat sebagai hamba.
--- 4. Melaksanakan kewajipan
--- 5. Menjunjung tinggi nikmat
Maka siapa yang tinggi semangat, pasti naik tingkat darjatnya.
Dan siapa yang meninggalkan larangan yang diharamkan Allah, maka Allah akan menjaga kehormatannya.
Dan siapa yang benar dalam taatnya, pasti mencapai tujuan kebesaranNya/kemuliaanNya.
Dan siapa yang melaksanakan tugas kewajipannya dengan baik, maka bahagia hidupnya.
Dan siapa yang menjunjung tinggi nikmat, bersyukuri dan selalu akan menerima tambahan nikmat yang lebih besar
-
Abul-Hasan
Asysyadzily ra. berkata: Aku dipesan oleh guruku (Abdus-Salam bin
Masyisy ra.): Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang
dapat mencapai keredhaan Allah, dan jangan duduk di majlis kecuali yang
aman dari murka Allah yakni yang bukan maksiat. Dan jangan bersahabat
kecuali kepada yang dapat membantu berbuat taat kepada Allah. Dan jangan
memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap
Allah. Sedang yang sedimikian ini, kini sangat jarang ditemui.
-
Sayid Ahmad Al-Badawi ra berkata: Perjalanan kami berdasarkan kitab Allah dan sunnaturrasul:
--- 1. Benar dan jujur
--- 2. Bersih hati
--- 3. Menepati janji
--- 4. Menanggung tugas dan derita
--- 5. Menjaga kewajipan
Seorang muridnya yang bernama Abdul-Aali bertanya: Apakah syarat yang harus diperbuat oleh orang yang ingin menjadi waliyullah?
Jawabnya: Seorang yang benar-benar dalam syari'at ada dua belas tanda-tandanya:
--- 1. Benar-benar mengenal Allah (yakni mengerti benar tauhid dan mantap iman keyakinannya kepada Allah.)
--- 2. Menjaga benar-benar perintah Allah.
--- 3. Berpegang teguh pada sunnaturrasul SAW.
--- 4. Selalu berwudhu' (yakni bila berhadas, segera memperbaharui wudhu')
--- 5. Rela menerima hukum qadha' Allah dalam suka dan duka
--- 6. Yakin terhadap semua janji Allah
--- 7. Putus harapan dari segala yang ada pada tangan makhluk (manusia)
--- 8. Tabah, sabar menanggung berbagai derita dan gangguan orang
--- 9. Rajin mentaati perintah Allah
--- 10. Kasih sayang terhadap semua makhluk Allah.
--- 11. Tawadhu', merendah diri terhadap yang lebih tua, atau lebih muda.
--- 12. Menyedari selalu bahawa syaitan itu musuh yang utama.
Sedang sarang syaitan itu dalam hawa nafsumu dan selalu berbisik untuk mempengaruhimu.
Firman Allah:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
"Sesungguhnya syaitan itu musuhmu, maka waspadalah selalu dari tipu daya musuh itu" (Al-Fathir-6)
-
Kemudian
Ahmad Al-Badawy melanjutkan nasihatnya: Hai Abdul Aal, berhati-hatilah
daripada cinta dunia. Sebab itu bibit dari segala dosa, dan dapat
merosak amal soleh.
Sebagaimana Sabda Nabi SAW
"Hubbud dunya raksu kulli khotiiatin"
"cinta dunia itu pokok segala kejahatan"
Sedang Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
"Sesungguhnya Allah selalu menolong/membantu orang yang taqwa, dan orang yang benar-benar berbuat baik." (An-nahl-128)
-
Orang
boleh kaya dunia, tetapi Nabi SAW melarang jangan cinta dunia, seperti
Nabi Sulaiman AS dan para sahabat yang kaya, kita harus menundukkan
dunia, dunia tidak boleh diletakkan dalam hati.
-
Hai
Abdul-Aal: kasihanilah anak-anak yatim dan berikan pakaian kepada orang
yang tidak berpakaian, dan beri makan pada orang yang lapar, dan
hormatilah tetamu dan orang gharib (perantau), semoga dengan begitu anda
diterima oleh Allah. Dan perbanyakkanlah zikir, jangan sampai termasuk
golongan yang lalai di sisi Allah. Dan ketahuilah bahawa satu rakaat di
waktu malam lebih baik dari seribu rakaat di waktu siang, dan jangan
mengejek bala/musibah yang menimpa seseorang.
Dan
jangan berkata Ghibah dan Namimah (menyebut keburukan orang lain atau
mengadu domba antara seorang dengan yang lain). Dan jangan membalas,
mengganggu pada orang yang mengganggumu. Dan maafkan orang yang aniaya
padamu. Dan berilah pada orang yang bakhil padamu. Dan berlaku baik pada
orang yang jahat padamu. Dan sebaik-baik manusia akhlak budi pekertinya
ialah yang paling sempurna imannya. Dan siapa yang tidak berilmu, maka
tidak berharga di dunia dan akhirat. Dan siapa yang tidak sabar, tidak
berguna ilmunya. Siapa yang tidak dermawan, tidak mendapat keuntungan
dari kekayaannya. Siapa yang tidak sayang sesama manusia, tidak mendapat
hak syafaat di sisi Allah SWT. Siapa yang tidak sabar tidak mudah
selamat. Dan siapa yang tidak bertaqwa, tidak berharga di sisi Allah.
Dan siapa yang memiliki sifat-sifat ini tidak mendapat tempat di syurga.
Berzikirlah
pada Allah dengan hati yang hadir (khusyu') dan berhati-hati daripada
lalai, sebab lalai itu menyebabkan hati beku. Dan serahkan dirimu pada
Allah, dan relakan hatimu menerima bala ujian sebagaimana kegembiraanmu
ketika menerima nikmat dan kalahkan hawa nafsu dengan meninggalkan
syahwat.
Comments
Post a Comment