MENGAPA MASIH LAGI KUFUR NIKMAT ?
Dalam
kehidupan seorang yang bergelar Muslim amatlah penting bagi kita
memahami erti nikmat dan bagaimana mensyukurinya. Realiti dunia zaman
sekarang ramai dalam kalangan masyarakat kita yang sudah semakin pudar
rasa syukurnya kepada Allah S.W.T dan
kufur terhadap nikmat yang telah dikurniakan kepada mereka. Kebanyakkan
mereka sudah semakin lupa bahawa semua keselesaan, kemewahan, dan
kebahagiaan yang Allah berikan percuma adalah kerana ingin melihat
sejauh mana mereka mensyukuri nikmatNya. Segala bentuk ujian yang Allah
turunkan samada diberikan ujian dalam bentuk kenikmatan, kebahagiaan dan
kemewahan mahupun ujian dalam bentuk kemiskinan, kesusahan dan
penderitaan adalah semata-mata untuk menilai hambanya yang taat dan
sentiasa berfikir hikmah ujian yang diberi dengan sentiasa dekat padaNya
dan mensyukuri nikmat kurniaanNya walaupun dalam keadaan susah dan
senang.
Memahami makna syukur nikmat :
Pengertian
syukur dan nikmat berasal dari bahasa arab. Kata syukur berterima kasih
sedangkan kata nikmat ertinya pemberian, anugerah enak ,lazat.
Mensyukuri nikmat Allah SWT, maksudnya berterima kasih kepada-Nya dengan
cara mengingat menyebut nikmat dan mengagungkan-Nya.
Memahami makna kufur nikmat :
kufur
secara bahasa bererti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah
tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau
tidak mendustakannya. Manakala maksud Kufur Nikmat ialah tidak
menggunakan nikmat Allah S.W.T pada jalan yang betul. Dengan kata lain,
menggunakan nikmat yang diberikan pada jalan yang dibenciNya.
BERDOALAH KEPADANYA |
Sedikitnya hambaNya yang bersyukur dijelaskan oleh Allah S.W.T dalam ayat berikut:
Sesungguhnya
Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan
bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu
bersyukur.(Surah Al-A'raaf: 10)
Sedangkan banyak nikmat kita kecapai kurniaan dari Allah sehingga tidak terhitung :
"
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah
dapat kamu menghitungkannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (ni`mat Allah) ".(Surah Ibrahim : 34)
Balasan Allah kepada orang-orang yang kufur nikmat melalui firmannya :
"
Apakah kalian tidak perhatikan orang-orang yang mengganti nikmat Allah
dengan kekafiran dan menimpakan kaum mereka, kebinasaan, yaitu jahannam
yang mereka masuki dan seburuk buruk tempat menetap " (Surah Ibrahim ayat : 28-29).
"
Dan Allah telah menciptakan perumpamaan sebuah desa (negeri) yang aman
tenang datang kepadanya rezekinya dengan mudah dari segala tempat,
lantas dia kafir dengan nikmat Allah, maka Allah rasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan dengan sebab apa yang mereka lakukan " .(Surah An-Nahl : 112)
1
"
Apa gunanya Allah menyeksa kamu sekiranya kamu bersyukur (akan
nikmatNya) serta kamu beriman (kepadaNya)? dan (ingatlah) Allah sentiasa
membalas Dengan sebaik-baiknya (akan orang-orang Yang bersyukur
kepadaNya), lagi Maha Mengetahui (akan hal keadaan mereka) ". (surah an-nisa : 147)
2
Banyak
sekali dalil-dalil yang terdapat di dalam Al-Kitab maupun As-Sunnah
yang memerintahkan kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah ‘Azza wa
Jalla dan melarang kita untuk kufur terhadap nikmat-Nya.
3
4
Allah
Ta’ala berfirman : “......Kerana itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya
Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu
kufur terhadap (nikmat)-Ku.” (QS. 2: 152)
MENJADI HAMBA YANG BERSYUKUR |
Sabda nabi SAW:
Syukur
merupakan salah satu maqhom (darjat) yang tinggi dari seorang hamba.
Rasa syukur itulah yang dapat membuat seorang hamba menjadi sedar dan
bermotivasi untuk terus beribadah kepada Allah. Seperti yang diceritakan
dari Nabi bahawasanya beliau solat malam sampai bengkak kakinya. Ketika
ditanyakan kepada beliau, “Mengapa engkau melakukan ini wahai
Rasulullah, padahal sungguh Allah telah mengampuni seluruh dosa-dosamu
baik yang telah lewat ataupun yang akan datang?” Maka Rasulullah
menjawab, “Tidakkah aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur?” (HR. Bukhori dan Muslim)
Syaikh Abdurrahman Naashir As-Sa’di berkata, “Yakni
bersyukurlah kamu terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kamu
dan juga terhadap tercegahnya azab dari kamu. Di dalam syukur harus
terkandung pengakuan dan kesadaran bahwa nikmat itu semata-mata dari
Allah semata, zikir dan pujian yang diucapkan melalaui lisannya serta
ketaatan anggota badannya supaya semakin tunduk dan patuh dalam
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya”. Beliau menambahkan, “Dan
karena lawan dari syukur adalah kufur, maka Allah Ta’ala telah melarang
darinya: ‘Dan janganlah kamu kufur terhadap (nikmat)-Ku’. Yang dimaksud
dengan kufur di sini adalah sesuatu yang menjadi lawan dari syukur,
yakni kufur terhadap nikmat-Nya. Namun terkandung juga di dalamnya,
makna kufur yang sifatnya umum, yang paling besar adalah kufur kepada
Allah, kemudian berbagai macam dan jenis maksiat.” (Taisir Karimir Rohman)
Menurut Imam al-Ghazali,
tidak cukup dilihat dari keengganannya mengucapkan "Alhamdulillah".
Tetapi juga kerana menggunakan kenikmatan pada jalan yang tidak diridhai
Allah. Kenikmatan fikiran yang sihat, contohnya, banyak digunakan oleh
orang yang kufur nikmat untuk memikirkan hal-hal yang tidak diridhai
Allah.
Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Syukur
itu menurut asalnya adalah adanya pengakuan akan nikmat yang telah
Alloh berikan dengan cara tunduk kepada-Nya, merasa hina di hadapan-Nya
dan mencintai-Nya. Maka barangsiapa yang tidak merasakan bahwa itu
adalah suatu kenikmatan maka dia tidak akan mensyukurinya. Barangsiapa
yang mengetahui itu adalah nikmat namun dia tidak mengetahui dari mana
nikmat itu berasal, dia juga tidak akan mensyukurinya. Barangsiapa yang
mengetahui itu adalah suatu nikmat dan mengetahui pula dari mana nikmat
itu berasal, namun dia mengingkarinya sebagaimana orang yang mengingkari
Alloh yang memberi nikmat, maka dia telah kafir. Barangsiapa yang
mengetahui itu adalah suatu nikmat dan dari mana nikmat itu berasal,
mengakuinya dan tidak mengingkarinya, akan tetapi ia tidak tunduk
kepada-Nya dan tidak mencintai-Nya atau ridho kepada-Nya, maka ia tidak
mensyukurinya. Barangsiapa yang mengetahui itu adalah nikmat dan dari
mana nikmat itu berasal, mengakuinya, tunduk kepada yang memberi nikmat,
mencintai-Nya dan meredhoi-Nya, dan menggunakan dalam kecintaan dan
ketaatan kepada-Nya, maka inilah baru disebut sebagai orang yang
bersyukur.”
" Ya Allah jadikanlah aku hambaMu yang sentiasa mengingatiMu dan sentiasa bersyukur kepadaMu "
http://qasihiilahi.blogspot.com
Comments
Post a Comment