"Benua yang hilang" ditemukan di Mauritius
Sekelompok ilmuwan mengklaim telah menemukan benua yang
hilang. Benua tersebut berada di antara Madagaskar dan India,
tersembunyi di bawah negara Kepulauan Mauritius, Afrika Timur.
Buktinya
adalah beberapa kumpulan kristal yang ditemukan di daratan Mauritius.
Kristal tersebut, diduga berasal dari letusan gunung berapi, berusia
miliaran tahun lebih tua dari pulau itu sendiri.
Oleh karena itu mereka menyimpulkan bahwa kristal-kristal tersebut merupakan sisa-sisa mikrokontinen kuno bernama Mauritia.
Pulau
Mauritius terletak sekitar 2.000 kilometer di lepas pantai tenggara
dari benua Afrika. Diduga merupakan daratan yang relatif baru, pulau ini
terbentuk oleh letusan gunung berapi bawah laut raksasa antara 8 dan 9
juta tahun yang lalu. Mauritius sekarang masuk ke dalam gugusan
kepulauan Mascarene Islands, bersama dengan Saint Brandon, Reunion, dan
kepulauan Rodrigues.
Berdasarkan penelitian dari University of the
Witwatersrand, Afrika Selatan, kemungkinan Mauritia pernah menjadi satu
kesatuan yang menghubungkan Madagaskar dan India.
Menurut laporan yang diterbitkan pekan ini dalam jurnal Nature Communications, ia merupakan potongan kerak yang tersisa dari pecahnya super-benua Laurasia dan Gondwana.
Gondwana, adalah benua super yang eksis lebih dari 200 juta
tahun yang lalu. Benua itu mengandung bebatuan yang berumur hingga 3,6
miliar tahun.
Berbagai peristiwa alam yang ekstrem membuat Gondwana terpecah sekitar 180 juta tahun lalu.
Ia
kemudian terbagi menjadi beberapa daratan besar yang saat ini dikenal
sebagai Afrika, Amerika Selatan, Antartika, India, dan Australia.
Ketika
Gondwana terpecah dan berpisah menjadi benua-benua tersebut, ada
sisa-sisa dari daratan lama yang tertinggal. Nah, sisa-sisa bebatuan
yang tertinggal itu kemudian terbungkus lava yang berjuta-juta tahun
kemudian menjadi bagian dari apa yang sekarang kita kenal sebagai Pulau
Mauritius.
Sisa-sisa itulah yang kemudian ditemukan tim peneliti
yang dipimpin Lewis Ashwal dari University of Witwatersrand,
Johannesburg. Ukurannya beragam dan tersebar di Samudera Hindia.
"Perpecahan
benua super kuno Gondwana tidak terjadi secara sederhana. Tetapi lewat
penyerpihan yang rumit dan menghasilkan kerak benua dalam berbagai
ukuran berceceran pada cekungan Samudera Hindia yang berevolusi," jelas
Ashwal, dikutip CNN (3/2).
Lebih
lanjut Ashwal mengatakan Mauritius merupakan pulau dengan tidak adanya
bebatuan berumur lebih tua dari 9 juta tahun. Namun dengan mempelajari
bebatuan di sana, ditemukan sebuah mineral kuno.
Tim menganalisis kristal zirkon yang ditemukan di bebatuan
yang dimuntahkan oleh lahar selama letusan gunung berapi. Mereka
menyebutkan sisa-sisa mineral itu terlalu tua untuk diklaim sebagai
milik Mauritius. Umurnya diperkirakan mencapai 3 miliar tahun.
Zirkon
merupakan batu alam umum yang dapat hadir tanpa warna, atau berwarna
kuning, merah, coklat, biru, dan hijau. Temuan ini cukup untuk membuat
para peneliti yakin bahwa apa yang mereka temukan tersebut tidak datang
dari bawah laut.
Zirkon biasanya terbentuk dari kandungan granit benua kuno yang pernah tersebar di permukaan bumi.
"Fakta
bahwa kami telah menemukan zirkon setua itu membuktikan bahwa ada
material kerak jauh lebih tua di bawah Mauritius yang hanya bisa berasal
dari sebuah benua," kata Ashwal.
Para peneliti mengatakan temuan
ini menguatkan studi yang dilakukan pada tahun 2013 yang menemukan jejak
zirkon berumur miliaran tahun di pasir pantai.
Saat itu kritikus
mengatakan mineral bisa saja ditiup oleh angin, atau dibawa oleh para
ilmuwan. Ashwal mengatakan fakta tim menemukan zirkon kuno di bebatuan
memberi bantahan atas anggapan bahwa kristal tersebut terbawa karena
tiupan angin, terbawa gelombang, atau zirkon yang terbentuk dari batu
apung.
Temuan ini juga menjelaskan misteri mengapa beberapa bagian
dari Samudera Hindia ditemukan memiliki medan gravitasi lebih kuat dari
bagian yang lain. Hal ini terindikasi dari potensi kerak yang lebih
tebal.
Mauritius adalah salah satu tempat dengan tarikan gravitasi
yang kuat. Pada 2013, Lewis Ashwal dan rekan-rekannya sempat
memperkirakan pulau vulkanik tersebut duduk di sepotong benua cekung
kuno.
Saat ini, bukti-bukti peninggalan benua kuno semakin banyak
ditemukan, termasuk di lepas pantai Australia Barat dan Islandia, tulis
Alice Klein dari New Scientist (31/1).
Selain
itu, ada beberapa bukti bahwa beberapa pulau vulkanis di Samudera
Hindia, termasuk Cargados Carajos, Laccadive, dan Kepulauan Chagos, juga
berdiri di bekas Mauritia.
Menurut Alan Collins
dari University of Adelaide, Australia, penemuan sisa-sisa benua kuno
itu dimungkinkan karena saat ini manusia semakin bisa mengeksplorasi
laut dalam.
https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/quotbenua-yang-hilangquot-ditemukan-di-mauritius
Merantau di Cape Town
Semenjak menikah, saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya di dunia telekomunikasi dan menjadi full-time housewife
karena mengikuti suami yang bekerja di luar negeri. Suami saya bekerja
di bidang telekomunikasi, pekerjaan suami yang sering berpindah dari
satu negara ke negara lain membawa pengalaman yang sangat berharga di
mana kami bisa coba merasakan pengalaman hidup di beberapa negara dalam
waktu tinggal yang tidak terlalu lama namun tetap bisa belajar untuk
hidup mandiri.
Tahun 2009 adalah tahun pertama saya
mulai tinggal merantau di luar negeri. Negara pertama yang kami tempati
adalah Swedia, kami menetap sekitar 6 bulan dan kembali balik ke
Indonesia untuk proses menunggu kelahiran anak kami yang pertama (kedua
anak saya lahir di Indonesia ). Negara kedua adalah Qatar, yang kami
tempati selama 1.5 tahun. Dan perjalanan merantau kami masih terus
berlanjut, negara yang kami tempati saat ini adalah Afrika Selatan.
Awal kepindahan kami ke South Africa, kami tinggal di Johannesburg
pada tahun 2012, saat itu kami baru memiliki satu orang putri yang
berumur 2 tahun, sebelum akhirnya kami pindah ke Ibukota negara South
Africa, yakni Cape Town pada tahun 2013. Saat ini saya sudah menjadi Ibu bagi dua orang anak.
Cape Town sebagai ibukota negara,
adalah salah satu kota dengan populasi terbesar di South Africa (987,000
data sensus tahun 1996). Kendala berbahasa tidak terlalu saya rasakan,
karena hampir semua penduduk lokal dapat fasih berbahasa Inggris, selain
Afrikaans.
South Africa menjadi negara favorit kami dari beberapa negara sebelumnya yang pernah kami tempati. Kami menemukan beberapa kemudahan selama tinggal di sini,
terutama bagi orang tua yang memiliki dua anak balita. Yang paling
terasa memudahkan adalah, tidak seperti di Indonesia (khususnya ibukota
Jakarta), di sini hampir bisa dikatakan bebas macet. Dengan jarak yang
tidak terlalu dekat dari rumah, dalam waktu tempuh 10 menit, anak-anak
sudah sampai di sekolahnya, jadi banyak waktu yang bisa dihemat
Lalu dalam bayangan saya sebelum
pindah, negara ini tinggi kriminalitas, belum berkembang dsb. Namun
ketika sampai di negara ini dan merantau, pandangan saya berubah 180
derajat. Warga negara di sini sangat ramah dan hangat terhadap
pendatang. Terkadang saya hampir lupa kalau saya sedang berada jauh dari
tanah kelahiran saya. Isu tentang perbedaan SARA juga tidak pernah saya
dan keluarga rasakan mereka sangat welcome terhadap pendatang.
Sementara kendala yang saya hadapi
selama tinggal di South Africa, adalah ketika saya berada di
Johannesburg. Beberapa kali saya mendengar berita kriminalitas dari
teman-teman suami yang juga pendatang di sini, seperti pencurian
kendaraan, pencurian di rumah, biasanya terjadi di daerah rawan
kriminal, sebaiknya menghindari beberapa daerah rawan dan bepergian pada
malam hari .
Pernah satu kali ketika saya sedang di
salah satu outlet di mall saya kehilangan shoulders bag saya. Saya tidak
tau bagaimana caranya tas tersebut bisa hilang, karena kebetulan hari
itu saya sedang tidak enak badan dan sedang sibuk memilihkan baju untuk
dua anak saya. Yang sedihnya pasport saya ada di dalam tas tersebut
karena saya baru dari hospital (untuk pendatang memerlukan passport
apabila hendak berobat ke rumah sakit di sini). Untuk pengurusan pasport yang hilang saya hanya membutuhkan surat keterangan dari polisi setempat.
Setelah itu saya mendatangi KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia)
dan mendapatkan pasport pengganti hanya dalam waktu 3 hari sangat
mudah dan membantu sekali, hanya untuk mendapatkan visa pengganti
sangat memakan waktu dan biaya.
Namun jarak KJRI yang lumayan jauh dari rumah saya (dan lebih
parahnya saya tidak bisa mengendarai kendaraan sendiri), menyebabkan
saya jarang berkunjung ke KJRI. Walau ada beberapa kegiatan yang bisa
saya datangi, seperti kegiatan dharma wanita dan kegiatan lainnya sering
dilakukan di KJRI .
Kendala lainnya sebagai orang indonesia tentunya masalah perut menjadi masalah yang lumayan penting , untuk gerai restaurant Indonesia hampir tidak bisa saya dapati , ketika saya berkunjung ke KJRI Cape Town.
Kendala lainnya sebagai orang indonesia tentunya masalah perut menjadi masalah yang lumayan penting , untuk gerai restaurant Indonesia hampir tidak bisa saya dapati , ketika saya berkunjung ke KJRI Cape Town.
Mereka memberi info bahwa ada satu cafe
Indonesia di sini hanya saja jaraknya lumayan jauh dari kediaman kami.
Sebagai pengganti kami biasanya makan di restaurant Thailand atau
Chinese, yah lumayanlah untuk mengobati rasa kangen, atau pun masak
sendiri di rumah untuk bahan bahan rempah bisa di dapati di supermarket
disini ataupun China Town, mie instant yang terkenal di Indonesia pun
bisa di dapati disini, hanya kemiri yang tidak bisa saya jumpai di
sini, jadilah saya selalu membawa bekal ketika liburan .
Sejak tinggal di luar negeri saya yang
dahulunya buta sekali tentang masak memasak, pelan-pelan sudah mulai
bisa belajar beberpa makanan khas indonesia. Salah satu hal yang saya
syukuri ketika saya jauh saya bisa belajar banyak.
Comments
Post a Comment