"Benua yang hilang" ditemukan di Mauritius

Oleh :
|
Ilustrasi salah satu pulau di Mauritius.
Ilustrasi salah satu pulau di Mauritius.
© Pixabay
Sekelompok ilmuwan mengklaim telah menemukan benua yang hilang. Benua tersebut berada di antara Madagaskar dan India, tersembunyi di bawah negara Kepulauan Mauritius, Afrika Timur.
Buktinya adalah beberapa kumpulan kristal yang ditemukan di daratan Mauritius. Kristal tersebut, diduga berasal dari letusan gunung berapi, berusia miliaran tahun lebih tua dari pulau itu sendiri.


Oleh karena itu mereka menyimpulkan bahwa kristal-kristal tersebut merupakan sisa-sisa mikrokontinen kuno bernama Mauritia.

Pulau Mauritius terletak sekitar 2.000 kilometer di lepas pantai tenggara dari benua Afrika. Diduga merupakan daratan yang relatif baru, pulau ini terbentuk oleh letusan gunung berapi bawah laut raksasa antara 8 dan 9 juta tahun yang lalu. Mauritius sekarang masuk ke dalam gugusan kepulauan Mascarene Islands, bersama dengan Saint Brandon, Reunion, dan kepulauan Rodrigues.


Berdasarkan penelitian dari University of the Witwatersrand, Afrika Selatan, kemungkinan Mauritia pernah menjadi satu kesatuan yang menghubungkan Madagaskar dan India. 

Menurut laporan yang diterbitkan pekan ini dalam jurnal Nature Communications, ia merupakan potongan kerak yang tersisa dari pecahnya super-benua Laurasia dan Gondwana.
Ilustrasi bentuk benua kuno di Bumi.
Ilustrasi bentuk benua kuno di Bumi.
© University of the Witwatersrand
Gondwana, adalah benua super yang eksis lebih dari 200 juta tahun yang lalu. Benua itu mengandung bebatuan yang berumur hingga 3,6 miliar tahun. 

Berbagai peristiwa alam yang ekstrem membuat Gondwana terpecah sekitar 180 juta tahun lalu. 

Ia kemudian terbagi menjadi beberapa daratan besar yang saat ini dikenal sebagai Afrika, Amerika Selatan, Antartika, India, dan Australia.

Ketika Gondwana terpecah dan berpisah menjadi benua-benua tersebut, ada sisa-sisa dari daratan lama yang tertinggal. Nah, sisa-sisa bebatuan yang tertinggal itu kemudian terbungkus lava yang berjuta-juta tahun kemudian menjadi bagian dari apa yang sekarang kita kenal sebagai Pulau Mauritius.

Sisa-sisa itulah yang kemudian ditemukan tim peneliti yang dipimpin Lewis Ashwal dari University of Witwatersrand, Johannesburg. Ukurannya beragam dan tersebar di Samudera Hindia.

"Perpecahan benua super kuno Gondwana tidak terjadi secara sederhana. Tetapi lewat penyerpihan yang rumit dan menghasilkan kerak benua dalam berbagai ukuran berceceran pada cekungan Samudera Hindia yang berevolusi," jelas Ashwal, dikutip CNN (3/2).

Lebih lanjut Ashwal mengatakan Mauritius merupakan pulau dengan tidak adanya bebatuan berumur lebih tua dari 9 juta tahun. Namun dengan mempelajari bebatuan di sana, ditemukan sebuah mineral kuno.
Bentuk kristal zirkon.
Bentuk kristal zirkon.
© University of the Witwatersrand
Tim menganalisis kristal zirkon yang ditemukan di bebatuan yang dimuntahkan oleh lahar selama letusan gunung berapi. Mereka menyebutkan sisa-sisa mineral itu terlalu tua untuk diklaim sebagai milik Mauritius. Umurnya diperkirakan mencapai 3 miliar tahun.

Zirkon merupakan batu alam umum yang dapat hadir tanpa warna, atau berwarna kuning, merah, coklat, biru, dan hijau. Temuan ini cukup untuk membuat para peneliti yakin bahwa apa yang mereka temukan tersebut tidak datang dari bawah laut.

Zirkon biasanya terbentuk dari kandungan granit benua kuno yang pernah tersebar di permukaan bumi.

"Fakta bahwa kami telah menemukan zirkon setua itu membuktikan bahwa ada material kerak jauh lebih tua di bawah Mauritius yang hanya bisa berasal dari sebuah benua," kata Ashwal.

Para peneliti mengatakan temuan ini menguatkan studi yang dilakukan pada tahun 2013 yang menemukan jejak zirkon berumur miliaran tahun di pasir pantai.

Saat itu kritikus mengatakan mineral bisa saja ditiup oleh angin, atau dibawa oleh para ilmuwan. Ashwal mengatakan fakta tim menemukan zirkon kuno di bebatuan memberi bantahan atas anggapan bahwa kristal tersebut terbawa karena tiupan angin, terbawa gelombang, atau zirkon yang terbentuk dari batu apung.

Temuan ini juga menjelaskan misteri mengapa beberapa bagian dari Samudera Hindia ditemukan memiliki medan gravitasi lebih kuat dari bagian yang lain. Hal ini terindikasi dari potensi kerak yang lebih tebal.

Mauritius adalah salah satu tempat dengan tarikan gravitasi yang kuat. Pada 2013, Lewis Ashwal dan rekan-rekannya sempat memperkirakan pulau vulkanik tersebut duduk di sepotong benua cekung kuno.

Saat ini, bukti-bukti peninggalan benua kuno semakin banyak ditemukan, termasuk di lepas pantai Australia Barat dan Islandia, tulis Alice Klein dari New Scientist (31/1).

Selain itu, ada beberapa bukti bahwa beberapa pulau vulkanis di Samudera Hindia, termasuk Cargados Carajos, Laccadive, dan Kepulauan Chagos, juga berdiri di bekas Mauritia.

Menurut Alan Collins dari University of Adelaide, Australia, penemuan sisa-sisa benua kuno itu dimungkinkan karena saat ini manusia semakin bisa mengeksplorasi laut dalam.

https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/quotbenua-yang-hilangquot-ditemukan-di-mauritius


Merantau di Cape Town

imageMega Puspita – A 30 year-old wife of a Filipino husband, full time mom for Shana and Sheenan. I’m passionate about collecting vintage items and running an online business from my hobby. Spent some years to live Sweden, Qatar, and Johannesburg, our family now reside in Cape Town, South Africa.

Semenjak menikah, saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya di dunia telekomunikasi dan menjadi full-time housewife karena mengikuti suami yang bekerja di luar negeri. Suami saya bekerja di bidang telekomunikasi, pekerjaan suami yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain membawa pengalaman yang sangat berharga di mana kami bisa coba merasakan pengalaman hidup di beberapa negara dalam waktu tinggal yang tidak terlalu lama namun tetap bisa belajar untuk hidup mandiri.
 
Tahun 2009 adalah tahun pertama saya mulai tinggal merantau di luar negeri. Negara pertama yang kami tempati adalah Swedia, kami menetap sekitar 6 bulan dan kembali balik ke Indonesia untuk proses menunggu kelahiran anak kami yang pertama (kedua anak saya lahir di Indonesia ). Negara kedua adalah Qatar, yang  kami tempati selama 1.5 tahun. Dan perjalanan merantau kami masih terus berlanjut, negara yang kami tempati saat ini adalah  Afrika Selatan.
South Africa in African Continent

Awal kepindahan kami ke South Africa, kami tinggal di Johannesburg pada tahun 2012, saat itu kami baru memiliki satu orang putri yang berumur 2 tahun, sebelum akhirnya kami pindah ke Ibukota negara South Africa, yakni Cape Town pada tahun 2013.  Saat ini saya sudah menjadi Ibu bagi dua orang anak.
3
Saat di Cape of Good Hope

Cape Town sebagai ibukota negara, adalah salah satu kota dengan populasi terbesar di South Africa (987,000 data sensus tahun 1996). Kendala berbahasa tidak terlalu saya rasakan, karena hampir semua penduduk lokal dapat fasih berbahasa Inggris, selain Afrikaans.
Pemandangan indah di Cape Town berlatarbelakang Table Mountain
South Africa menjadi negara favorit kami dari beberapa negara sebelumnya yang pernah kami tempati. Kami menemukan beberapa kemudahan selama tinggal di sini, terutama bagi orang tua yang memiliki dua anak balita. Yang paling terasa memudahkan adalah, tidak seperti di Indonesia (khususnya ibukota Jakarta), di sini hampir bisa dikatakan bebas macet. Dengan jarak yang tidak terlalu dekat dari rumah, dalam waktu tempuh 10 menit, anak-anak sudah sampai di sekolahnya, jadi banyak waktu yang bisa dihemat 🙂
Lalu dalam bayangan saya sebelum pindah, negara ini tinggi kriminalitas, belum berkembang dsb. Namun ketika sampai di negara ini dan merantau,  pandangan saya berubah 180 derajat. Warga negara di sini sangat ramah dan hangat terhadap pendatang. Terkadang saya hampir lupa kalau saya sedang berada jauh dari tanah kelahiran saya. Isu tentang perbedaan SARA juga tidak pernah saya dan keluarga rasakan mereka sangat welcome terhadap pendatang.
Cape Town City (Kaapstad – in Afrikaans) at night. Cape Town menyediakan banyak wisata alam yang dapat memanjakan mata penduduk atau pendatang. Beberapa dari tempat tersebut dapat dinikmati secara cuma-cuma ( free entrance).

Sementara kendala yang saya hadapi selama tinggal di South Africa, adalah ketika saya berada di Johannesburg. Beberapa kali saya mendengar berita kriminalitas dari teman-teman suami yang juga pendatang di sini, seperti pencurian kendaraan, pencurian di rumah, biasanya terjadi di daerah rawan kriminal, sebaiknya menghindari beberapa daerah rawan dan bepergian pada malam hari .
 
Pernah satu kali ketika saya sedang di salah satu outlet di mall saya kehilangan shoulders bag saya. Saya tidak tau bagaimana caranya tas tersebut bisa hilang, karena kebetulan hari itu saya sedang tidak enak badan dan sedang sibuk memilihkan baju untuk dua anak saya. Yang sedihnya pasport saya ada di dalam tas tersebut karena saya baru dari hospital (untuk pendatang memerlukan passport apabila hendak berobat ke rumah sakit di sini). Untuk pengurusan pasport yang hilang saya hanya membutuhkan surat keterangan dari polisi setempat. Setelah itu saya mendatangi KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia)  dan mendapatkan pasport pengganti hanya dalam waktu 3 hari sangat mudah dan membantu sekali, hanya untuk mendapatkan visa pengganti  sangat memakan waktu dan biaya.
KJRI Cape Town

Namun jarak KJRI yang lumayan jauh dari rumah saya (dan lebih parahnya saya tidak bisa mengendarai kendaraan sendiri), menyebabkan saya jarang berkunjung ke KJRI. Walau ada beberapa kegiatan yang bisa saya datangi, seperti kegiatan dharma wanita dan kegiatan lainnya sering dilakukan di KJRI .

Kendala lainnya sebagai orang indonesia tentunya masalah perut menjadi masalah yang lumayan penting , untuk gerai restaurant Indonesia hampir tidak bisa saya dapati , ketika saya berkunjung ke KJRI Cape Town.

Mereka memberi info bahwa ada satu cafe  Indonesia di sini hanya saja jaraknya lumayan jauh dari kediaman kami. Sebagai pengganti kami biasanya makan di restaurant Thailand atau Chinese, yah lumayanlah untuk mengobati rasa kangen,  atau pun masak sendiri di rumah untuk bahan bahan rempah bisa di dapati di supermarket disini ataupun China Town, mie instant yang terkenal di Indonesia pun bisa di dapati disini, hanya  kemiri yang tidak bisa saya jumpai di sini, jadilah saya selalu membawa bekal ketika liburan .
 
Sejak tinggal di luar negeri saya yang dahulunya buta sekali tentang masak memasak, pelan-pelan sudah mulai bisa belajar beberpa makanan khas indonesia. Salah satu hal yang saya syukuri ketika saya jauh saya bisa belajar banyak.
 

Comments

Popular posts from this blog