4 Tindakan Orangtua Penyebab Anak Suka Bohong
Salah satu problem yang dihadapi orang
tua di zaman sekarang adalah, anaknya yang masih remaja suka berbohong.
Bahkan, orang tua sendiri dibohongi ketika ia pulang terlambat dari
sekolah dan ditanya alasannya.
Mengapa anak suka berbohong? Bisa jadi,
tindakan kita para orang tua –sadar atau tidak- telah membentuk mereka
menjadi suka bohong. Apa saja tindakan itu? mari kita simak dan kita
hindari. Kita jauhi.
Berbohong
Anak adalah makhluk yang paling mudah
meniru (imitate). Apa yang dilakukan orang tuanya akan ditiru. Apa yang
dicontohkan orang tuanya lebih membekas daripada apa yang dikatakannya.
Seribu kata-kata orang tua bisa dilupakan oleh anak begitu saja, tetapi
satu saja kebiasaan orang tua akan menancap dalam perilakunya.
Sayangnya, banyak orang tua yang sejak
kecil telah berbohong kepada anak. Ini yang kemudian direkam oleh anak
dan ditirunya. Misalnya, ketika anak menangis, si ibu akan membujuknya,
“Diam ya nak, kalau kamu diam, ibu akan memberikan mainan.” Anak pun
diam karena terpancing dengan kompensasi yang akan diterimanya. Tapi
setelah sekian lama menunggu, ia tidak pernah mendapatkan mainan yang
dijanjikan oleh sang ibu.
Sekali saja orang tua berbohong, ini
akan direkam oleh sang anak. Ia akan membuat kesimpulan: berbohong itu
tidak apa-apa. Yang lebih berbahaya, jika orang tua biasa berbohong.
Semakin sering, semakin anak akan terbiasa dengan kebohongan. Hari ini
dibohongi agar ia diam. Besuk dibohongi agar ia mau belajar. Besuknya
lagi dibohongi agar anak mau berangkat sekolah, dan sebagainya.
Mengajari bohong
Entah sadar atau tidak, ada orang tua
yang mengajari anaknya agar berbohong. Mana mungkin? Iya, begini
contohnya. Ketika ada tamu yang tidak dikehendaki oleh orang tua, atau
ketika ada pengamen yang dianggap mereka mengganggu, orang tua menyuruh
anak untuk mengatakan, “Papa mama sedang tidak ada,” dan sejenisnya.
Mungkin orang tua tidak menyadari bahwa
hal ini akan sangat fatal membentuk jiwa anak biasa berbohong. Maka
jangan salahkan anak jika suatu saat kita dibohongi, karena kitalah yang
telah mengajarinya berbohong.
Menghukum anak saat ia jujur
Ada pula anak yang semula jujur menjadi
‘berlatih’ berbohong karena perlakuan orang tua yang menghukumnya saat
ia jujur. Abah Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari saat mengisi pelatihan
parenting di Dresden mencontohkan, ada anak yang mengaku memecahkan vas
bunga, ia dimarahi oleh orang tuanya. Ia jujur, ia mengaku berbuat
salah, malah dijatuhi hukuman.
Belajar dari hal tersebut, anak bisa
berpikir, “kalau saya mengaku, kalau saya jujur, saya pasti kena
hukuman”. Akhirnya, ia berbohong. Ketika suatu hari ia ditanya oleh
ayahnya, “Siapa yang memecahkan gelas di ruang tamu?” Ia pun menjawab
“Bukan saya, Yah” Lalu ia suka berbohong karena dengan berbohong seperti
itu ia selamat dari marah dan hukuman.
Apresiasi saat bohong
Bisa pula anak suka berbohong karena
sewaktu ia pertama kali berbohong, ia justru diapresiasi oleh orang
tuanya. Misalnya anak kita berbohong atau membohongi kakaknya, lalu kita
tertawa karena merasa terhibur. Nah, ini bisa dianggap sebagai
apresiasi. Dan anak yang membutuhkan perhatian lalu ia mendapatkannya
dengan cara begini, berbohong bisa menjadi suatu yang ia suka. Wallahu
a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/keluargacinta.com]
Comments
Post a Comment