'Itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan....
Rasulullah
SAW biasa beri’tikaf selama sepuluh hari setiap bulan Ramadhan. Pada
tahun beliau wafat, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.
(HR.Al-Bukhari) .
I’tikaf
adalah ibadah yang menghimpun berbagai jenis ibadah lainnya. Sari
tilawah Al-Qur’an, shalat, dzikir, do’a, tadabbur dan lain-lain. Bagi
kita yang belum pernah melaksanakan i’tikaf, mungkin membayangkan
I’tikaf adalah ibadah yang berat dan sulit. Bagaimana mungkin kita bisa
menjalani hidup selama 10 hari di masjid? Bagaimana dengan keperluan
harian kita? Bagaimana juga dengan keluarga di rumah? Padahal sebenarnya
jika dijalankan dengan penuh keikhlasan dan tekad yang sungguh-sungguh,
i’tikaf tidak sesulit yang dibayangkan. Allah swt akan mempermudah
orang yang bersungguh-sungguh dan ikhlas menjalankan ibadah kepada-Nya.
I’tikaf
sangat dianjurkan pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan sekaligus
untuk meraih malam Lailatul Qadar. I’tikaf adalah mengurung diri dan
mengikatnya untuk berbuat taat dan selalu mengingat Allah. Memutuskan
hubungan dengan segala kesibukan-kesibukan duniawi. Mengurung hati dan
jasmani hanya untuk Allah dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Tidak
ada terbetik dalam hatinya sesuatu keinginan pun selain Allah dan yang
mendatangkan ridha-Nya.
Ibnul Qayyim ketika menjelaskan
beberapa hikmah i’tikaf berkata: “Kelurusan hati dalam perjalanannya
menuju Allah sangat bergantung kepada kuat tidaknya hati itu
berkonsentrasi mengingat Allah. Dan merapikan kekusutan hati serta
menghadapkannya secara total kepada Allah. Sebab kekusutan hati hanya
dapat dirapikan dengan menghadapkan secara total kepada Allah. Perlu
diketahui bahwasanya makan dan minum yang berlebihan, kepenatan jiwa
dalam berinteraksi sosial, terlalu banyak berbicara dan tidur akan
menambah kekusutan hati bahkan dapat mencerai beraikannya, dan
menghambat perjalanannya menuju Allah atau melemahkan langkahnya. Maka
sebagai konsekuensi rahmat Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengasih
terhadap hamba-hambaNya, Allah mensyari’atkan ibadah puasa atas mereka
untuk menghilangkan kebiasaan makan dan minum secara berlebih-lebihan
serta membersihkan hati dari noda-noda syahwat yang menghalangi
perjalanan-nya menuju Allah. Dan mensyariatkan i’tikaf yang inti dan
tujuannya ialah menambat hati untuk senantiasa mengingat Allah,
menyendiri mengingat-Nya, menghentikan segala kesibukan yang berhubungan
dengan makhluk, dan memfokuskan diri bersama Allah semata. Sehingga
kegundahan dan goresan-goresan hati dapat diisi dan dipenuhi dengan
dzikruflah, mencintai dan menghadap kepada-Nya.
Pelajarilah
hukum I’tikaf dan tanamkanlah tekad untuk benar-benar bisa menjalaninya
selama sepuluh hari terakhir Ramadhan. Tak ada yang bisa menandingi
keutamaan malam-malam I’tikaf sepanjang hidup kita. Perbanyak ibadah,
seperti shalat, tilawah Al-Qur’an, membaca buku-buku agama, berdiskusi
dan mengkaji masalah-masalah agama Islam dan lain-lain.
Jangan
terjerumus pada obrolan yang sia-sia, seperti berdebat, mencela, memaki
dan lain-lain. Kaum wanita boleh beri’tikaf di dalam masjid. Jika
terjaga dari fitnah dan diizinkan oleh suami. Hukum-hukum yang berkaitan
dengan i’tikaf bagi kaum lelaki juga berlaku bagi kaum wanita. Hanya
saja i’tikaf kaum wanita otomatis batal jika mereka haidh. Dan mereka
boleh melanjutkannya kembali jika sudah suci.
I’tikaf
adalah sunnah Rasulullah. Maka, segeralah menghidupkan sunnah Nabi ini
dan memasyarakatkannya di tengah-tengah keluarga, kerabat dekat,
saudara-saudara dan teman-temanmu serta di tengah masyarakat.
Rasulullah
saw bersabda: “Barangsiapa menghidupkan salah satu sunnahku yang telah
diabaikan, maka ia akan memperoleh pahala seperti orang yang
mengerjakannya tanpa dikurangi dari pahala mereka sedikitpun.”
(HR.Tirmidzi).
Di sisi lain beberapa faidah yang dapat
dipetik dari sunnah i’tikaf ini adalah pembinaan jiwa dan melatihnya
dalam mengerjakan ketaatan.
Mencari Malam Lailatul Qadr
Allah
swt berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (Al-Qadr:1-3) Rasulullah
saw bersabda: “Barangsiapa yang bangun dimalam Lailatul Qadr karena
keimanan dan keikhlasan, niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(HR.Al-Bukhari dan muslim)
Rasulullah SAW senantiasa
mencari malam Lailatul Qadr dan memerintahkan sahabat untuk mencarinya.
Beliau membangunkan keluarganya pada malam sepuluh terakhir dengan
harapan mendapat malam Lailatul Qadr. Dalam Musnad Ahmad dari ‘Ubadah,
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang bangun sebagai usaha untuk
mendapat malam Lailatul Qadr, lalu ia benar-benar mendapatkannya,
niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang.”
Sejumlah
salafushalih mandi dan memakai minyak wangi pada sepuluh malam terakhir
untuk mencari malam Lailatul Qadr, malam yang telah dimuliakan dan
diangkat derajatnya oleh Allah. Jika kita termasuk orang yang telah
menyia-nyiakan umur, kejarlah segala yang terluput atas dirimu pada
malam Lailatul Qadr ini. Sebab malam inilah sebagai pengganti umur,
beramal pada malam ini lebih baik dari pada seribu bulan. Malam itu
datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tepatnya pada
malam-malam ganjil, dan lebih diharapkan lagi pada malam kedua puluh
tujuh. Berdasarkan riwayat Muslim dari Ubay bin Ka’ab Radhiallaahu anhu
bahwa ia berkata: “Demi Allah, sungguh aku mengetahui datangnya malam
itu. Yaitu pada malam yang Rasulullah memerintahkan kami untuk
menghidupkannya, yaitu malam kedua puluh tujuh.”
Namun
begitu, hendaknya kita tidak terlalu terpengaruh dengan hitungan malam
ganjil atau tidak. Lakukanlah sepenuh kemampuan dan keseriusan setiap
malam-malam dari 10 terakhir bulan Ramadhan. Kerap kali orang yang hanya
mencari malam-malam ganjil ternyata justru tidak bisa memaksimalkan
amal-amal ibadah di malam bulan itu.
Semoga kita dikaruniakan Allah swt termasuk hamba-hamba- Nya yang mendapat rahmat-Nya karena bulan ini.
Wallahu'alam.
https://www.facebook.com/notes/hj-zulkifli-ismail/itikaf-10-malam-terakhir-ramadhan/420961001898
Comments
Post a Comment