Dunia = Penjara Bagi Orang Beriman, Syurga Bagi Orang Kafir

 

Judul di atas adalah makna dari sebuah matan hadits yang berbunyi (Ad Dunya Sijnul Mukmin Wa Jannatul Kafir) banyak terjadi kesalah pahaman dalam memahami teks hadits di atas, sehingga mengakibatkan kemunduran masyarakat Islam itu sendiri terutama dari segi ekonomi dan urusan duniawi. Seolah Islam tidak mementingkan persoalan dunia, karena dunia adalah penjara bagi orang beriman, sebagaimana lumrahnya sebuah penjara bukan tempat bersenang-senang. Sementara ada pula yang menilai ungkapan di atas adalah bukan hadits Nabi Muhammad Saw. Dan tidak perlu disampaikan karena bertentangan dengan semangat Islam. Bahkan ada yang mengatakan ucapan di atas dalah ucapan dari seorang orientalis, untuk mengkelabui umat Islam.

Tulisan yang ringkas ini mencoba untuk menelusuri sumber asli hadits di atas. Setelah menelusuri kitab al Mu’jam al Mufahras lil Alfazal Ahadis Annabawi, karya AJ Wensinck, melalui kosa kata Dunia dari kata: Dal, Nun, Waw, ditemukan redaksi hadits tersebut Jilid 2: 151 dan mengarahkan untuk merujuk ke dalam kitab Shahih Muslim, Sunan at Turmuzi, Sunan Ibnu Majah, dan, Musnad Imam Ahmad, masing-masing dalam bab Zuhud yang berarti hadis di atas ditakhrij oleh keempat Imam tersebut.


Sanad-sanad Hadits

Setelah ditelusuri di dalam kitab Sunan Ibnu Majah, bab 3 tentang Zuhud, maka ditemui periwayatnya dengan lengkap, Ibnu Majah sebagai mukharrij hadiis di atas mendapatkan hadits dari Abu Marwan, Muhammad bin Usman Al Usmani dari Abdul Aziz bin Hazim, dari al Alla’ bin Abdurrahman dari ayahnya, (Sa’ad al Madani) dari Abi Hurairah. Dan Abu Hurairah merupakan periwayat pertama dari Rasul Saw bersabda: Dunia penjara orang beriman surga bagi orang-orang kafir (Sunan Ibnu Majah: Bab Zuhud Hadits No: 4113).


Identifikasi Sanad

Setelah menelusuri Abu Marwan Muhammad Usmani (W. 240 H) di dalam Tahzib Tahzib: Bahwa beliau ada meriwayatkan hadits dari Ibnu Abi Hazim, (Abd Aziz) (W. 187) dan Abu Hatim kritikus yang ketat menilai Abu Marwan adalah siqah, (dipercaya). Begitu juga komentar Al, Asady dia adalah (siqah Saduq) terpercaya dan jujur. Sedangkan gurunya Abdul Aziz (W. 187 H) atau Ibnu Abi Hazim pun dapat dipercaya sebagaimana yang dikomentari oleh Ahmad bin Hambal. Begitu juga Al ‘Alla’ (W. 32/39 H), adalah seorang yang siqah, sebagaimana komentar Abdullah bin Ahmad, dan Ibnu Main menilai al ‘alla’ tidak bisa dijadikan hujjah ucapannya. Berikutnya ayah al ‘alla’ adalah Abd Rahman bin Sa’ad al Madani, dinilai oleh Annasa’i adalah siqah, dia meriwayatkan dari ayahnya Sa’ad al Madani, nama lengkapnya adalah Sa’ad bin Hisyam bin Amir al Ansari Al Madani, dinilai siqah (dipercaya) oleh an Nasa’i dan beliau meriwayatkan hadits dari Abi Hurairah Abi Hurairah adalah periwayat pertama hadits di atas dan Abi Hurairah tidak perlu diragukan lagi keadilannya karena beliau adalah seorang sahabat Nabi dan para ahli hadits tidak meragukan tentang keadilan dan kejujuran para sahabat, dalam konteks ini dapat dipercaya bahwa hadits di atas adalah ucapan Nabi Muhammad SAW.

Studi Matan Hadits

"Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir, sepintas lalu dipahami bahwa dunia ini milik orang-orang kafir dan surga bagi mereka, sementara orang-orang beriman tidak perlu memiliki atau menguasai dunia ini layaknya orang-orang dalam penjara dan hidup dalam keadaan miskin. Pemahaman di atas perlu diuji kebenarannya dengan mengacu kepada Alquran yang menyebutkan "bahwa bagi orang-orang yang takut kepada zat Tuhannya mendapat dua surga" (dunia dan akhirat) (Ar rahman: 54). Terjadi kontroversial pemahaman hadis dan Alquran, sementara hadis di atas dinilai shahih dan Imam Turmuzi mengatakan Hasan shahih. Solusinya ialah dengan melihat riwayat lain yang menjelaskan maksud hadits di atas sehingga tidak terjadi paradoks antara keduanya. Sebenarnya hadits di atas berbicara tentang zuhud sebagaimana telah dicantumkan oleh Imam Muslim, an Nasa’i dan Ibnu Majah di dalam bab Zuhud dan perlu pemahaman yang benar tentang zuhud yang banyak diselewengkan oleh sebagian orang dan melirik kepada riwayat lain, untuk memahami hadits di atas, Abu Daud meriwayatkan dari Abi Zar Al Giffari dia berkata; Telah bersabda Rasul Saw Bukanlah orang zuhud di dunia ini, mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan menyia-nyiakan harta, tetapi orang-orang Zuhud adalah tidak terlalu berpegang teguh dengan apa yang ada di sisinya dan menyia-nyiakan atau tidak berharap apa yang ada di sisi Allah dan beranggapan bahwa pahala musibah lebih disenangi dari tidak mendapat musibah sama sekali (Hadis Riwayat Turmuzi, Hadits: 2340). Teranglah bahwa matan hadits di atas tidak bertentangan dengan Alquran sehingga tidak sampai menggugurkannya atau mendhaifkannya apalagi menganggapnya sebagai hadits palsu. Karena salah satu ciri hadits dhaif atau palsu adalah bila matan hadits tertentu bertentangan dengan Alquran.

Penutup

Penelitian sanad hadits suatu upaya untuk menjaga kesahihan hadis dan bila terbukti sanad-sanadnya shahih biasanya menunjukkan kesahihan matan. Oleh sebab itu para ulama hadis lebih banyak mengkritik sanad daripada matan. Walaupun demikian kadang-kadang dijumpai kebalikannya sanadnya shahih tapi matannya bertentangan dengan Alquran, maka dalam hal ini tidaklah serta merta kita membuang hadits tersebut atau menganggapnya palsu. Perlu kesabaran untuk memahami matan hadis tersebut, dengan melihat riwayat lain yang menafsirkan hadits dimaksud, atau kemungkinan sudah mansukh (dibatalkan) dengan hadits lain, atau ayat Alquran atau setidaknya tawaqquf (pending). Menurut hemat penulis, hadits di atas bukan menganjurkan umat Islam agar menghindar dari dunia dan kemewahannya tetapi memberikan petunjuk kepada umat Islam bagaimana semestinya menyikapi dunia dan kemewahannya. Sebab apapun alasannya kita tidak bisa terlepas dari dunia, bahkan kita adalah bahagian dari dunia itu sendiri.

Dengan kata lain dapatkan dunia dan kemewahannya sebagai jembatan untuk bekal akhirat jangan dunia menguasai kita sehingga melalaikan dari akhirat, dan untuk mendapat dunia itu perlu aturan-aturan, tidak bebas norma tanpa memperdulikan halal haram serta syubhatnya. Rasul Saw mengibaratkan keterikatan itu seperti penjara yang penuh dengan aturan-aturan dan penderitaan. Oleh sebab itu Nabi Saw bersabda: mencari yang halal adalah jihad, sebaliknya orang yang mendapatkan harta tanpa ada keterikatan dengan norma agama dan aturan-aturan, apapun, maka dunia ini surga bagi mereka sebagaimana layaknya surga tidak ada larangan di dalamnya. Dan terakhir dapat disimpulkan bahwa sanad dan matan hadis di atas adalah shahih dan kandungan redaksi hadis tersebut mengajarkan umat Islam bagaimana menyikapi dunia, sejalan dengan petunjuk Alquran bila mendapat nikmat jangan terlalu gembira dan bila mendapat musibah yang sampai diputus asa. (al-Hadid: 23). Wallahua’lam
=================
Penulis Asli : H.M Nasir Lc, MA
(Penulis adalah: Pimpinan Pondok PesantrenTahfiz Alquran Al Mukhlisin Batu Bara)

Comments

Popular posts from this blog