Kenapa Saya Tidak Bisa Tahajjud??

 

 

Ayo Bangun, Besok kita Mati

“(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya.” (QS. Az-Zumar: 9)

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 16-17)

“Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga ikatan, dimana pada tiap ikatan tersebut dia meletakkan godaan, “Malamu panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan, jika dia berwudhu maka lepaslah tali yang lainnya, dan jika dia shalat maka lepaslah seluruh tali ikatannya sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi harinya jiwanya menjadi jelek dan menjadi malas beraktifitas.” (HR. Bukhari Muslim) 

Shalat tahajjud dan Qiyamul Lail, Sholat Para Pecinta Allah & Rasul

  Tidak ada satupun shalat sunnat yang banyak dibicarakan Al-Qur’an kecuali shalat tahajud atau qiyamul lail. Dengan banyaknya ayat yang mengupas shalat tahajjud atau qiyamul lail, menunjukan betapa besar keutamaan dan kehebatan shalat malam ini.

Dengan begitu tidak ada alasan untuk tidak mengerjakaanya dan tidak ada alasan pula meninggalkannya.

Apa Bedanya Shalat tahajjud dan Qiyamul lail??

Jangan keliru mengartikan Tahajjud dengan Qiyamul Lail, karena jika ada yang melek tidak tidur jam 2 malam kemudian shalat itu bukan Tahajjud tapi qiyamul lail, karena tidak tidur dulu.

Qiyamul lail bisa dilakukan sebelum atau sesudah tidur. Selain itu, qiyamul lail bisa berupa ibadah apa saja seperti membaca Al-Qur’an, dzikir, atau shalat-shalat sunnah seperti shalat hajat, istikharah, shalat tasbih, shalat tarawih di bulan ramadhan atau ibadah lainnya. [1]

Sedangkan Tahajjud hanya berupa shalat saja yang dilakukan sesudah tidur.

Kesimpulannya tahajjud pasti qiyamul lail, sedangkan qiyamul lail belum tentu tahajud, karena tahajud disyaratkan tidur dulu. [2]

Mayoritas ulama memandang shalat tahajud lebih utama dari pada qiyamul laili meskipun cara shalatnya sama.  Karena shalat tahajud lebih sulit dilakukan jika memang tidak benar-benar mau melakukannya, karena hanya bagi yang motivasi kuat saja mampu melaksanakannya. Tidak jarang ketika bangun tapi karena kantuk, tertidur lagi, apalagi bangun di waktu akhir malam, dimana saat paling nikmat untuk tidur. Karena demikian sulitnya, tidak heran jika keutamaanya besar sekali

Apa Yang Membuat Anda Bisa Tahajjud?

Coba pikirkan kehebatan shalat malam ini, dan sangat rugi sekali bila tidak mengerjakaanya. Karena shalat malam itu kebiasaan orang soleh, kebiasaan Nabi dan para sahabatnya.

  • Berwudulah sebelum tidur dan niatkan untuk bangun malam
Sebuah rutinitas jika diniatkan ibadah, maka kebiasaan itu berbuah pahala. Seperti halnya tidur, meski sebuah kebiasaan, tapi ketika berniat shalat malam, jadinya tidur itu berpahala. Begitu pula dengan berwudhu sebelumnya, maka otomatis tidurnya ini berkualitas.
  • Ingatlah mati esok hari
Kita pasti mati dan pasti akan membawa amal buruk juga amal soleh, dan dengan mengingat kematian ini pasti jiwa raga kita akan merasa takut. Coba bayangkan jika esok hari nyawa kita diambil Allah, terus renungkan kira-kira amal soleh apa yang akan kita bawa? Solat kita? Coba pikir-pikir lagi apa solat kita sudah bagus? Sudah benar selama ini tata caranya? Sudah khusuk? Benar nga tajwidnya? Suka rawatib ngak? Apa solat kita bakalan habis karena terkikis dosa-dosa kita yang dilakukan setiap saat? Kalau ingat mati pasti mau bangun tahajjud
  • Buat keadaan agar bisa tahajjud
Jangan banyak makan, karena banyak makan membuat tidur pulas dan sulit bangun malam. Jangan tidur terlalu malam kalau tidak ada kepentingan.

Kalau rajin hang out apalagi begadang, yah pasti sulit bangun.
Coba pikir lagi, kalau Anda berniat kuat bangun malam pasti Anda akan bangun. Contohnya ada pertandingan bola jam 2 malam, tapi niat kuat untuk nonton, pasti akan bangun.
Siapkan juga alarm dan lainnya. 

Saya sudah berbuat semampunya Tapi KEUKEUH saya kagak bisa bangun

Ada cerita menarik dari Sufyan ats-Tsauri, seorang tabi’in besar ini ceritanya:

Aku tidak bisa shalat tahajjud lima bulan karena dosa yang pernah aku lakukan. Ada yang bertanya, dosa apa itu? Aku pernah melihat seorang laki-laki sedang menagis, dalam hati aku mengatakan, “ini orang riya (karena ingin terlihat orang lain).”

Apa artinya cerita diatas, Sufyan Ats-Tsauri sudah SUUZ ZHON ke orang lain,, suuz zhon itu dosa. Jadi orang yang suka berbuat dosa, ngak tobat susah bangun malam.

Atau  begini, aduh gimana yah, kerja saya berat, pulang malam dan sebagainya...

Ya sudah tidak perlu sembunyi dengan berbagai alasan, kalau suka kerjakan meski berat kalau tidak mau, ya sudah bilang saja Insya Allah akan saya kerjakan semampunya. Karena banyak sekali orang sukses, super sibuk, masih sempat tahajjud, karena apa? karena mau dan niatnya kuat. Tapi banyak yang nga bisa tahajjud meski kagak ada kerjaan apa-apa

Ust. Ackman. Lc. Msi
(Isi Note di ambil dari bagian buku karya ust. Ackman tentag Shalat)

FOOTNOTE
[1] Abu Bakar Muhammad Al-Ujri, Kitab Fadhlu Qiyam Al-Lail wa At- Tahajjud, hal. 48, Abu Fadl Syihabudiin Al-Alusi Al-Baghdadi, Ruh Al-Ma’ani  Fi At-Tafsir Al-Qur’an,  hal. 138, Juz,  15.
  [2] Lihat, Ar-Raghib Al-Isfahani, Mu’jam Mufradat Alfadz Al-Qur’an, (Beirut; Dar Fikr, tt), hal. 534, Majdin Muhammad Al-Fairuzabadi, Qamus Al-Muhith, (Beirut; Ar-Risalah, 1462 H/ 2005 M, Cet ke-8), hal. 327, Abu Fadli Muhammad Ibnu Al-Mandzur, Lisan Al-Arab, (Beirut, Dar Sodir, tt), hal. 432, juz. III, ’Amim Al-Mujadidi Al-Barakati, At-Ta’rifat Al-Fiqhiyah, ( Beirut; Dar Kutub ‘Ilmiyah, 1424 H/ 2002 M,  Cet. I), hal. 65, Muhammad Abu bakar Ar-Razi, Mukhtar As-Sihah, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1986 M), hal 88, Abu Bakar Muhammad Al-Ujri, Kitab Fadhlu Qiyam Al-Lail wa At- Tahajjud,( Madinah: Dar Khudairi, 1417 H), hal. 47, DR. Rajab Abdul Jawad, Mu’jam Al-Isthilahat Al-Islamiyyah, (Kairo: Dar Afaq, 1423 H/ 2002 M, Cet.I), hal 427, Muhammad Ali Hamsyuri, Al-Qamus Al-Islamy (Riyadh, Maktabah Obeikan, 1418 H/ 1997 M, Cet. I), hal. 66-67, juz. III
Lihat, Abu Ja’far Ibnu Jarir At-Thabari, Jami’u Al-Bayan ‘an Ta’wil Ayy Al-Qur’an, (Beirut; Dar Fikr, 1408 H/ 1988 M), hal. 140-141, Juz. 15, Abu Abdullah Ahmad Al-Qurthubi, Al-Jami’u Al-Ahkam Al-Qur’an, (Beirut, Dar Kutub Ilmiyah, 1420 H/ 2000 M), hal. 199-200, Juz. 5, Abu Muhammad bin Mas’ud al-Baghawi, Tafsir Al-Baghawi Ma’alimu as-Sunan, (Riyadh, Dar Thayibah, 1412 H) hal. 115 Juz. 15, Muhammad ath-Thahir bin Asyur, Tafisr At-Tahrir wa At-Tanwir, (Tunisia: Dar Tunisia, 1984) Hal. 185 Juz 15, Abu Fadli Syihabudin Al-Alusi Al-Baghdadi, Ruh Al-Ma’ani  Fi At-Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim wa As-Sab’i wa Al-Matsani, (Beirut: Dar Ihya Turast al-Arabi, tt) hal. 138, Juz 15, Ahmad Syakir, ‘Umdah At-Tafsir Ala Al-Hafidz Ibnu Katsir, (Kairo: Dar al-Wafa, 1462 H/ 2005 M, Cet. II) hal. 447, juz. II,Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, Fath Al-Qadir, (Beirut; Dar Kitab Arobi, 1427 H/ 2007 M), hal.1295 – 1296, juz. I
[2] Lihat, Abu Zakariya Muhyiddin An-Nawawi, Al-Majmu bi Syarh Al-Muhadzab, (Beirut, Dar Fikir, tt), hal. 43, juz. IV, Muwaffiquddin dan Syamsuddin bin Qudamah, Al-Mughni wa Syarh Al-Kabir fi Fiqh Al-Imam Ahmad, (Makkah: Mustapha Ahmad al-Baz, 1417 H/ 1997 M, Cet. I)  hal. 806, juz. I, Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, Nail Al-Authar, (Beirut, Dar Fikr, 1421 H/ 2000 M, Cet. I), hal. 72, juz. III, Muhammad Al-Khatib Asy-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj, (Beirut; Dar Fikr, 1430 H/ 2009 M, Cet. I), hal. 313, juz. I






Comments

Popular posts from this blog