Khutbah Idul Adha 1432 H / 2011M


PESAN DARI IBADAH QURBAN[1]
Oleh : Abi Azka Ar Rifa’i

 الله أكبر الله أكبر الله أكبر 3X

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu menghitung secara rinci tentang kenikmatan-kenikmatan itu. Karenanya dalam konteks nikmat, Allah Swt tidak memerintahkan kita untuk menghitung tapi mensyukurinya. Kehadiran kita pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci merupakan salah satu dari tanda syukur kita kepada Allah Swt.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat,kerabat dan para pengikuti setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti. Semoga kita semua ini termasuk dari umat beliau, ummat dakwah ijabah yang kelak akan mendapat syafaatnya di hari akhir nanti.
Allahu akbar3X…
Ma’ashirol haadirin rahimakumullah.
Pada hari ini jutaan kaum muslimin berduyun-duyun menuju musholla / tempat sholat baik kelapangan atau ke masjid untuk memuji keagungan Allah. Bersimpuh sembari menghaturkan pinta kepada Tuhan semesta alam ini. Setelah semalam suntuk berdzikir menyeru kebesaran Allah lewat bacaan takbir  dan tahmid yang mengalun dan mengalir lewat mulut-mulut ikhlas pengharap ridhonya semata.
Allahu akbar 3X…..
Jamaah sholat id yang dimuliakan oleh Allah.
Sebagai seorang muslim yang cinta terhadap syariat nabiyullah Muhammad Saw, kita dianjurkan untuk mengorbankan sebagian harta kita dijalan Allah dengan jalan menyembelih binatang ternak dalam rangka taqorrub kepada Allah Swt. Bahkan Rasulullah  mengancam orang-orang yang memiliki kemampuan tapi tidak mau berqurban dalam sabdanya.

من كان له ساعة ولم يضح فلا يقربن مصلانا

Barangsiapa memiliki keluasan rizki dan ia tidak mau berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat sholatku (HR Tirmidzi dengan sanad shahih ).
Berawal dari hadits inilah para ulama berselisih pendapat tentang hokum berqurban, Imam Hanafi menegaskan bahwa berqurban hukumnya wajib bagi orang yang mampu, sementara Imam Syafii berpendapat hukumnya sunnah muakkad.
Meskipun hukumnya sunnah, namun ibadah qurban mengandung nilai filosofis yang sangat dalam, karena pada hakekatnya qurban adalah ujian loyalitas keimanan kita kepada Allah, kita sering mengaku sebagai seorang mukmin yang sejati,akan tetapi pernyataan kita tersebut belum dianggap oleh Allah jika belum diadakan ujian loyalitas keimanan dan salah satu dari ujian itu adalah perintah berqurban. Mampukah kita dan maukah kita menyisihkan kebutuhan-kebutuhan kita yang lain dan lebih mendahulukan berqurban ?. Oleh karena itu Allah berfirman :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan untuk berkata,” kmi beriman.” Sementara mereka tidak diuji. (Qs Al-Ankabut:2).
Ujian adalah bukti dari keimanan, ujian juga simbol sayang sang penguji kepada hambanya dan ujian juga ajang untuk mencetak seseorang menjadi lebih berkualitas.
Kalau kita lihat dalam sejarah, tidak ada satu orang besarpun didunia ini yang meraih masa keemasannya tanpa melalui ujian sedikitpun. Panutan kita yang mulia, Rasulullah Saw harus mendapatkan ujian dari Allah semenjak beliau masih dikandungan, dengan wafatnya ayah tercintanya, umur enam tahun harus rela melanjutkan hidupnya tanpa kasih seorang ibu yang juga meninggalkannya. Musa Alaihissalam, harus merasakan ujian yang hebat saat ia baru saja merasakan segarnya udara di dunia, sebab ia harus dihanyutkan ke sungai NIL oleh ibunya pada hari kelahirannya untuk menghindari kekejaman tentara fir’aun. Isa Alaihissalampun harus terlahir di Baitullahmin sebuah tempat dekat kandang ternak, karena ibundanya terusir dari kampung halamannya.
Ujian-ujian yang diberikan oleh Allah pada hakekatnya adalah jalan yang diberikan oleh Allah untuk membuat hambanya menjadi orang pilihan.
Ma’ashirol muslimin rahimakumullah
Disamping itu qurban juga berarti sebuah tekad untuk berani meninggalkan dan menyembelih nafsu duniawi kita dalam rangka mengabdi dengan total kepada allah Rabbul Izzati. Kesenangan kita terhadap dunia akan menghalangi kedekatan kita kepada Allah Swt, oleh sebab itu Malik Bin Dinnar pernah berkata :

حب الدنيا رأس كل خطيئة

Cinta dunia adalah biang dari segala kesalahan.
Oleh sebab itu, kecintaan kita terhadap dunia harus disembelih agar kita bisa mendekat kepada Allah Swt. Islam tidak melarang umatnya untuk mencari dunia bahkan Allah cinta kepada umat ini yang mau bersusah payah mencari rizki yang halal, sebagaimana sabda Nabi :

ِانَّ اللهَ تَعَالىَ يُحِبُّ أَنْ  يَرَى تَعِبًا فىِ طَلَبِ الْحَلاَلِ

Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hambanya lelah dalam mencari yang halal (HR. Ad Dailami).
Islam hanya melarang kita untuk mencintai dunia, sebab jika kita sudah jatuh cinta pada dunia, maka kita akan melakukan dan menghalalkan segala cara untuk meraih dunia  itu sendiri.
Ma’ashirol muslimin rahimakumullah.
Allahu akbar 3X laailaha illallah wallohu akbar walillahilhamdu.
Binatang qurban yang kita sembelih hanyalah simbol yang tidak akan pernah diperdulikan dan dinilai oleh Allah bila tidak didasari niat yang bersih dan ikhlas, dimana hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firmanNya :

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَاوَلَا دِمَاؤُهَاوَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَالَكُمْ لِتُكَبِّرُوااللَّهَ عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِالْمُحْسِنِينَ

37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. ( Al hajj :37 )
Ibnu Abbas menafsirkan kata taqwa pada ayat di atas dengan niat. Niat yang suci dan ikhlaslah yang dapat mencapai ridho Allah, bukan karena riya atau sombong. Kalau kita kembali buka sejarah, kita akan dapati bagaimana habil putra Adam as, ketika mendapat perintah untuk mempersembahkan qurban sebagai bentuk pengabdian kepada Allah, maka ia dengan penuh keikhlasan dan ketulusan memilih hewan ternak terbaiknya untuk dipersembahkan kepada Tuhannya, Allah Azza wajalla. Sebab ia sadar bahwa Allah itu maha baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik-baik semata. Hingga karena niat dan keikhlasannya itulah Allah swt berkenan menerima qurban yang dilakukan oleh Habil.
Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh saudaranya yang bernama Qabil, dia merespon perintah Allah dengan keterpaksaan dan niat yang buruk, maka ia pun mempersembahkan hasil pertanian terburuk yang ia miliki dan akhirnya Allahpun menolak qurbannya.
Ma’ashirol muslimin
Qurban juga merupakan simbol ketakwaan dan ketaatan kita kepada Allah swt, perintah ini berawal dari bisikan Allah swt yang mengusik tidur abal anbiya’ Ibrahim As. Allah memberikan wahyu lewat Ru’yah shodiqoh kepada Ibrahim agar menyembelih putra semata wayangnya yang bernama Ismail. Ketika Ibrahim terjaga dari tidurnya, ia mengira bahwa apa yang mengganggu tidurnya adalah sebuah bisikan dari syaithan sebab sangat tidak mungkin Allah swt yang Maha penyayang dan pengasih memerintahkannya untuk menyembelih putra yang telah lama dinanti-nantikannya tersebut. Di sini Ibrahim As, merespon perintah Allah tersebut dengan akalnya ( ta’aquliy ), lalu dia menampik perintah tersebut lantaran tidak bisa diterima logika. Akan tetapi ketika Allah kembali mengusiknya dengan mimpi yang sama sampai tiga kali. Ibrahim Khalilullah ini mencampakkan akalnya dan menerima perintah Allah tersebut secara Taabbudiy,sebagai wujud ketundukan dan kepatuhan kepada Allah Swt.
Sehingga dikala ia dengan sabar dan penuh keikhlasan menjalankan perintah Allah tersebut, Allah bangga kepadanya dan mengganti tubuh anaknya dengan kambing kibas dari surga. Sebuah indikasi bahwa apabila kita bisa bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah dari Allah dan ridho serta ikhlas dalam menjalaninya, bukan saja kita mendapat pahala dari Allah, namun Allahpun akan memberikan ganti dengan yang lebih baik.
Ibadah qurban juga mengandung pesan kepada kita agar memiliki jiwa sosial dan peka terhadap penderitaan sesama. Pendistribusian daging qurban kepada kalangan fuqoro wal masaakin agar mereka dapat menikmati kegembiraan yang sama di hari raya ini adalah simbol agar kita mau berbagi dengan mereka serta ikut meringankan beban hidupnya bukan hanya pada hari-hari tertentu saja, akan tetapi setiap saat dan setiap waktu saat kita diberikan kemampuan oleh Allah Swt. Spirit qurban hendaknya tidak berlaku instan, artinya jika pada hari ini kita dengan kerelaan hati mengeluarkan sedikit harta kita untuk faqir miskin, maka dihari-hari setelah ini kita mestinya tetap memilki rasa empati terhadap saudara kita yang kekurangan dengan cara membantu dan menyantuninya. Apabila semangat ini terus menyala di hati setiap orang yang berqurban, maka insya Allah kemiskinan yang saat ini menjadi momok bangsa ini akan dapat dientaskan.
Momentum Idul Adha sekarang ini yang teraplikasi dengan pelaksanaan ibadah haji dan qurban merupakan saat yang tepat untuk memacu diri kita berusaha lebih keras dan sungguh-sungguh agar terwujud negeri yang baik dan memperoleh ridha Allah Swt. Untuk itu, marilah kita tutup khutbah Ied kita pada hari ini dengan sama-sama berdo’a:

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.


[1] Di sampaikan pada Khutbah Sholat Iedul Adha di Masjid Al Ikhlas Vila Gading Harapan, 06 Nov 2011


http://tanbihun.com/bebas/khutbah-idul-adha-1432-h-2011m

Comments

Popular posts from this blog