SAMPAI KAPAN KELALAIAN INI?

 
 
By : Diman x Mahdim | In :
Oleh Abu Abdillah Syahrul Fatwa Bin Luqman

Salah satu penyakit terburuk yang banyak menimpa manusia adalah kelalaian. Penyakit ini bila telah menyapa akan merusak seluruh jaringan tubuh. Jiwanya merasa males, hatinya menjadi beku, asyik dengan segala macam maksiat, lupa akan ibadah dan pengawasan Alloh. Jadilah dirinya terbuai dalam dunia yang fana, tujuan dan arah hidupnya hanya untuk dunia, hari-harinya dipenuhi dengan dosa, sehingga dirinya menjadi jauh dari Alloh. Tentu seorang muslim yang tertimpa penyakit ini harus segera bangkit, bertaubat dan memperbaiki diri, agar dia menjadi orang yang sukses dunia akherat. Amiin.

Waktu Akan Terus Berjalan
Sungguh Al-Qur’an dan Sunnah telah banyak berbicara tentang urgensi waktu. Alloh telah menyebutkan bahwa waktu adalah nikmat yang besar, ladang yang sangat bermanfaat dan mempunyai pengaruh yang sangat jelas. Alloh berfirman;

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS.al-Ashr: 1-3).

Dalam ayat ini Alloh bersumpah dengan masa, yang merupakan zaman untuk mencapai keberutungan dan amal soleh bagi seorang mukmin dan kerugian bagi orang yang berpaling. Di dalamnya terdapai pelajaran dan keajaiban bagi yang mau berfikir.
Waktu adalah sebuah pemberian dan nikmat Alloh yang besar, firmanNya;

Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya). (QS.an-Nahl: 12).

Alloh berfirman pula;

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (QS.al-Furqon: 62).

Namun, ketahuilah wahai saudaraku seiman, waktu ini akan terus berjalan dan berganti, hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun. Waktu hanyalah zaman yang singkat. Dia akan pergi dan tak akan kembali. Termasuk kebodohan kita terhadap urgensi waktu, kita merasa senang bila matahari telah tenggelam pada setiap harinya, padahal hal ini menunjukkan bahwa umur kita akan berkurang tidak akan kembali lagi!.

Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku terhadap matahari yang telah tenggelam pada hari ini, usiaku berkurang akan tetapi amalanku tidak bertambah”.

Imam Hasan al-Bashri berkata: “Tidaklah berlalu sebuah hari bagi seorang anak adam kecuali hari itu akan berkata padanya; Hai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, dan apa yang engkau kerjakan untukku akan menjadi saksi. Apabila aku telah pergi, aku tak akan kembali lagi, kerjakanlah sesukamu dengan segera dan engkau akan menjumpainya di hadapanmu, dan akhirkanlah sesukamu maka dia tidak akan kembali kepadamu”.

Maka orang yang cerdas adalah yang mampu mengisi hari-harinya dengan amal kebaikan, memanfaatkan sisa hidup yang ada dengan segala perkara yang bermanfaat, sebagai bekal menuju kampung yang abadi.

Umar bin Dzar berkata: “Aku membaca kitab Said bin Jubair, dia mengatakan; Ketahuilah, bahwa setiap hari yang seorang mukmin hidup di dalamnya adalah sebuah ghonimah”.

Hiasilah Hidup Anda Dengan Ketaatan
Apabila nafas tinggal sejengkal, kendaraan telah dipersiapkan, barang pinjaman telah dikembalikan dan tanah siap digali, maka tidak ada kecuali tinggal ajal yang siap menjemput. Sungguh sangat bodoh orang yang keadaannya semacam ini dia terlena dengan kenikmatan dunia, terbuai dengan syahwat. Bahkan dia menyia-nyiakan waktu yang tersisa hanya di depan TV, nonton video, sinetron atau main kartu, judi dan lain-lain dari kemaksiatan. Waktunya habis hanya untuk perkara yang tidak bermanfaat, habis untuk perkara sia-sia yang malah membuat dirinya tercebur dalam dosa. Bangkitlah segera dari kelalaian ini wahai saudaraku! Bersegeralah taubat sebelum ajal menjemput!, ingat engkau akan ditanya atas segala perbuatanmu selama di dunia. Rasulullah bersabda;
لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتىَّ يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ ؟ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ ؟ وَمَالَهُ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ ؟ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ ؟ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ
Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat dari sisi Robbnya hingga ditanya lima perkara; tentang umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa digunakan, hartanya dari mana di dapat dan kemana disalurkan, serta ilmunya apa yang ia perbuat. (HR.Tirmidzi: 2416 dll. Syaikh al-Albani menshohihkan hadits ini dalam as-Shohihah: 946).
Hasan al-Bashri berkata: “Termasuk tanda berpalingnya Alloh dari seorang hamba Dia akan menjadikan kesibukan hamba tersebut dalam perkara yang tidak bermanfaat, sebagai bentuk penghinaan terhadapnya”.
Saudaraku seiman, tidakkah engkau ingin bergabung bersama orang-orang yang sabar dalam ketaatan? Sampai kapankah engkau akan bergelimang dengan kelalaian dan maksiat ini? Apakah engkau akan menjadi budak hawa nafsu dan syahwat? Dengarkanlah firman Alloh berikut ini;

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS.al-Kahfi: 28).
Imam Ibnu Qudamah berkata: “Manfaatkanlah waktu hidupmu yang sangat berharga, jagalah waktumu yang mulia. Ketahuilah, bahwa masa hidupmu terbatas, nafasmu terbilang, setiap nafas akan mengurangi bagian umurmu, umur itu sangat singkat dan yang tersisa hanya sedikit, setiap bagian umurmu adalah mutiara yang sangat mahal, tidak ada tandingan dan penggantinya. Sesungguhnya dalam hidup yang singkat ini akan bermuara pada kenikmatan yang abadi atau adzab yang pedih. Maka janganlah engkau sia-siakan mutiara umurmu yang berharga dalam perkara yang bukan ketaatan”.
Thoifur al-Buthomi berkata: “Sesungguhnya malam dan siang adalah pangkal harta seorang muslim, keuntungannya adalah surga dan kerugiaannya adalah neraka”.
Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Sesungguhnya tahun adalah ibarat sebuah pohon, dan bulan-bulan adalah akarnya sedangkan hari adalah rantingnya, jam adalah daunnya dan nafas adalah buahnya. Barangsiapa yang nafasnya untuk ketaatan, maka hasilnya adalah pohon yang baik, barangsiapa yang nafasnya dalam kemaksiatan maka hasilnya adalah hanzholah”.

Maka sungguh sangat merugi orang yang mendapat waktu sehat dan luang akan tetapi dia tidak dapat memanfaatkan secara maksimal. Kelalaian adalah pangkal dari segala kehancuran. Rasulullah bersabda;
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
 
Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu di dalamnya; nikmat sehat dan waktu luang. (HR.Bukhari: 6412).

Barangsiapa yang sehat badannya dan waktunya kosong dari kesibukan sementara dia tidak berusaha untuk menggapai kebaikan akherat, maka ibaratnya bagaikan orang yang tertipu dalam jual beli. Maksudnya, bahwa mayoritas manusia tidak bisa memanfaatkan waktu sehat dan luangnya dengan baik, bahkan mereka malah menggunakan waktu tersebut bukan pada tempatnya. Andaikan mereka bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan baik niscaya segala kebaikan akan mereka raih.

Umar bin Dzar berkata: “Beramallah untuk dirimu sendiri di dalam waktu malam ini, karena orang yang tertipu adalah orang yang terlelap dari kebaikan siang dan malam, orang yang demikian tidak mendapat kebaikan malam dan siang. Siang dan malam dijadikan sebagai jalan bagi orang yang beriman untuk taat kepada Robbnya, dan sebagai ujian bagi orang lain karena kelalaian mereka terhadap diri mereka sendiri. Maka manfaatkanlah berjalannya waktu , malam dan hari-hari”.

Sekali lagi, manfaatkanlah waktu hidupmu untuk ketaatan kepada Alloh, laksanakanlah perintahNya dan jauhilah laranganNya. Dunia adalah waktu yang singkat, dia ibarat sebuah perjalanan, segala sesuatu yang akan terjadi besok pasti dekat, akan terjadi dan akan berakhir, sebagaimana berlalunya hari, siang dan malam. Alloh berfirman;

Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (QS.an-Nuur: 44).

Dawud at-Thoii berkata: “Sesungguhnya malam dan siang adalah tingkatan yang akan dilalui manusia sedikit demi sedikit hingga dia akan bermuara pada akhir perjalanannya. Apabila engkau mampu mengumpulkan perbekalan pada setiap tingkatan itu maka kerjakanlah. Karena perjalanan ini akan terputus dengan segera. Ambillah bekalmu untuk perjalanan ini, tunaikan yang seharusnya engkau kerjakan, maka engkau akan memetik hasilnya”.

Alloh Selalu Mengawasimu
Jangan kira bahwa setiap amalan yang kita kerjakan lepas dari pengawasan Alloh. Tidaklah setiap langkah, gerak gerik dan lisan yang terucap kecuali Alloh mengetahuinya. Maka jangan anda merasa aman ketika berbuat maksiat! Sekalipun engkau sedang seorang diri, karena Alloh akan selalu mengawasi dan mengetahui segala yang terjadi di alam dunia ini. Alloh berfirman;

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.al-Hadid: 4).

Muhammad bin Ali at-Tirmidzi berkata: “Jadikanlah rasa diawasi kepada dzat yang tidak pernah hilang dari pandanganmu, dan jadikanlah rasa syukurmu kepada dzat yang nikmatnya tak akan terputus kepadamu”.

Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Seorang hamba sejak menginjakkan kakinya di dunia ini maka dia ibaratnya orang yang sedang berjalan menuju Robbnya. Jarak safarnya adalah umurnya, malam dan siang adalah tingkatan, maka dia akan senantiasa menjalaninya hingga safarnya berakhir. Orang yang cerdas adalah yang selalu semangat untuk menempuh jarak safar ini dalam perkara yang bisa mendekatkan diri kepada Alloh hingga sampai ke negeri asalnya”.

Beliau berkata pula: “Memanfaatkan waktu adalah dengan menyibukkan diri dalam segenap kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Alloh atau segala sesuatu yang menunjang pendekatan diri kepada Alloh berupa makan, minum, nikah, tidur dan istirahat. Karena barangsiapa yang mengambil perkara diatas dengan niat agar kuat mengerjakan perkara yang Alloh cintai dan menjauhi perkara yang terlarang maka hal itu termasuk bentuk pemanfaatan waktu yang baik”.

Maka takutlah engkau wahai saudaraku kepada Alloh sesuai kadar kedekatan Alloh kepadamu, engkau tidak bisa keluar dari kekuasaan Alloh dan pengawasanNya. Agungkanlah Alloh dalam hatimu, jangan engkau melanggar aturan dan batasanNya, ingatlah hari-hari Alloh. Sungguh Alloh telah memerintahkan Nabi Musa agar memperingatkan Bani Isroil untuk mengingat hari-hari Alloh dan apa yang telah terjadi, dengan mengambil pelajaran dan hikmah dari kejadian tersebut. Alloh berfirman;

Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (QS.Ibrohim: 5).

Orang Yang Sukses Dunia Akherat
Wahai orang yang telah melalui hari-hari dan tahun, wahai orang yang terlelap tidur dan terbuai dengan kelalaian, orang yang tahun berganti tahun masih tetap tenggelam dalam lautan kesalahan, tidakkah engkau sadar dan bangkit dari ini semua?. Tidakkah engkau bangkit untuk memulai hidup baru dengan memperbaiki diri? Tidakkah engkau mendengar ayat-ayat Alloh? Perhatikanlah sejenak firman Alloh berikut ini;

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (QS.al-A’rof: 179).

Orang yang berbahagia dunia akherat adalah yang bersegera untuk bertaubat dan mulai memperbaiki dirinya dengan segera beramal soleh dan meninggalkan segala kemaksiatan. Dia berusaha untuk mengubah arah hidupnya, dari buruk menjadi baik, dari maksiat menjadi taat, dari lalai menjadi ingat. Hal ini bila memang menginginkan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, karena usaha perbaikan diri berawal dari diri pribadi sendiri. Alloh berfirman;

Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS.ar-Ro’du: 11).

Syumaith bin Ajlan berkata: “Manusia ada dua golongan; orang yang berbekal selama di dunia dan orang yang selalu merasakan kenikmatan dunia, maka lihatlah dirimu termasuk golongan yang mana. Aku melihat dirimu senang untuk hidup kekal di dunia, dengan alasan apa engkau senang hidup kekal di dunia? Jika engkau taat kepada Alloh, engkau memperbagusi ibadah kepadaNya, mendekatkan diri dengan amal soleh maka engkau orang yang beruntung. Ataukah engkau senang di dunia hanya untuk makan dan minum, bermain-main dan mengumpulkan dunia serta mengembangkannya kemudian memberi kesenangan untuk anak dan isterimu? Maka alangkah jeleknya tujuan hidup seperti itu.

Jika manusia tidak mengetahui kapan ajalnya menjemput, maka orang yang berbahagia adalah orang yang selalu persiapan untuk menyambut tamu yang agung ini dengan amal soleh dan istiqomah, bertaubat dan memperbaiki diri, sehingga dia menjadi orang yang beruntung di dunia dan akherat.

Imam Ibnul Jauzy berkata: “Selayaknya bagi orang yang yang tidak mengetahui kapan ajalnya datang untuk selalu bersiap, jangan tertipu dengan masa muda dan sehat”.

Maka orang yang berbahagia adalah yang selalu siap untuk berjumpa dengan Alloh, dia bersegera untuk taubat dan beramal soleh. Tidak bosan untuk intropeksi diri, dalam setiap jam, hari, bulan dan tahunnya, hingga kematian menjemput sedangkan dia dalam keadaan sadar dan sudah siap. Bittaufiq. Allohu A’lam.

Comments

Popular posts from this blog