Bagaimana Menyadarkan Diri Kita Agar Mau Bertaubat?

Mengingat pentingnya taubat. Maka pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan point penting yang dapat mempengaruhi seseorang agar ia mau bertaubat.

Seseorang yang berbuat dosa bisa saja malas untuk melakukan taubat.
Apakah sebabnya dia malas untuk melakukan taubat?
Apakah karena dia sibuk tentang pekerjaannya, sekolahnya, kuliahnya? Atau ia masih sibuk karena harus mengerjakan dosa-dosa lain? Atau karena ia menganggap bahwa jumlah dosanya masih tanggung dan ingin bertaubat nanti sekalian kalau dosanya sudah sangat besar?
Atau mereka tidak ingin melakukan taubat karena belum membaca artikel ini? :)

Apapun alasannya coba baca artikel berikut ini.
Semoga artikel ini bisa membangkitkan keinginan seseorang dalam bertaubat. Khususnya pada diri saya sendiri, yang taubatnya masih belum tentu diterima.

Okay…,

Sebagian besar dari isi artikel ini diambil dari buku berjudul IHYA’ ULUMUDDIN IV “Mengingat Kematian” (terjemahan).
Penerbit Pustaka Amani (Jakarta)
Tanggal Penerbitan: Rembang, 1 Juni 1989
Karangan Imam Al-Ghazali

Kemalasan seseorang dalam melakukan taubat dipengaruhi oleh keadaan hatinya. Yakni hati orang yang bersangkutan tersebut berada dalam keadaan beku (keras), mati, atau buta. Hal tersebut merupakan indikator tingkat keparahan keadaan hati seseorang, karena dosanya yang banyak. Namun demikian, masih bisa diusahakan untuk perbaikan keadaan hati tersebut asalkan, ia mau memperbaikinya. Yakni, dengan cara membuang sifat “keras kepala”nya.

Bagaimana membuang sifat keras kepala (keras hati) yang dimiliki oleh seseorang?


Ada seorang wanita mengeluh kepada Aisyah tentang kesat dan kasarnya hatinya, lalu Aisyah berkata,
“Hendaklah engkau banyak mengingat mati, agar hatimu menjadi lembut.”
Nasihat tersebut dijalankan oleh si wanita tadi, lalu hatinya menjadi lembut, kemudian ia pun datang sekali lagi kepada Aisyah untuk berterima kasih.


Mengingat Kematian

Ketahuilah, bahwa orang yang tenggelam dalam menyibuki keduniaan, menelungkup bergelut dengan tipu dayanya, dan cenderung memperturutkan nafsunya, pastilah hatinya lalai dari mengingat mati. Kematian tiadalah akan teringat olehnya, dan bila diingatkan ia akan kesal dan marah-marah. Orang-orang beginilah yang dituju dalam firman Allah swt.

Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. al-Jumu’ah: 8).

Selanjutnya, manusia itu terbagi menjadi tiga golongan. Yaitu: orang yang karam menekuni keduniaan, orang yang dalam taraf permulaan bertaubat, dan ahli ilmu ma’rifat yang telah sampai di ujung.

Orang yang karam dalam keduniaan tiadalah akan mengingat mati, dan kalaupun diingatnya yang terasa hanyalah kesedihan memisahi dunia dan kesal terhadap kematian. Mengingat mati dengan cara seperti ini hanyalah akan menambah jauh dari Allah swt.

Dan orang yang –ingin– bertaubat perlu sekali banyak mengingat mati, agar bangkit di hatinya rasa gentar dan takut, sehingga ia dapat melengkapkan taubat secara sempurna. Mungkin saja ia tiada menyenangi mati lantaran takut akan disambar Almaut (kematian) sebelum taubatnya sempurna dan perbekalannya lengkap. Alasan yang seperti ini untuk tiada menyenangi mati dapatlah dimaafkan, dan orangnya tiada termasuk mereka yang dituju oleh Rasulullah saw.:

“Barangsiapa yang tiada senang menemui Allah, maka Allah pun tidak senang pula menemuinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang seperti ini tiadalah menyesali mati dan menemui Allah. Dia hanya takut akan terluput dan gagal dari menemui Allah lantaran kekurangan dan kelalaian dirinya sendiri. Samalah halnya dengan seseorang yang terlambat datang menemui kekasihnya, lantaran masih sibuk melengkapkan segala yang perlu agar pertemuan itu menyenangkan bagi sang kekasih. Sikap seperti ini tiadalah dianggap enggan bertemu. Tandanya ialah bahwa ia selalu dalam melengkapkan persediaan, tanpa mengarahkan kesibukan kepada hal-hal lain. Dan kalau sikapnya tidak seperti itu, maka ia akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang karam menekuni keduniaan.

Adapun orang ahli ilmu ma’rifat, ia akan senantiasa mengingat mati, karena itu lah saat perjanjian yang telah ditentukan untuk dia bertemu dengan Kekasihnya. Orang bercinta tak akan pernah lupa saat perjanjian untuk bertemu dengan kekasihnya. Dan orang yang seperti ini biasanya menganggap lambat sekali datangnya kematian dan ingin agar kematian segera tiba, untuk membebaskan dirinya dari negeri orang-orang durhaka ini, dan ia dapat pindah tempat ke daerah disamping Rabbul ‘Alamin (Tuhan Semesta Alam).

Seperti yang diberitakan oleh Hudzaifah bahwa beliau itu dikala telah dekat ajalnya, beliau mengeluh, “Pecinta yang datang dalam suasana sangat miskin. Tiadalah beruntung orang yang menyesal kemudian. Wahai Tuhan, kiranya Engkau adalah Maha Tahu bahwa miskin lebih ku cintai daripada kaya, sakit lebih kusukai daripada sehat, dan kematian lebih kuinginkan daripada kehidupan. Mudahkanlah bagiku menghadapi kematian, sehingga daku segera dapat menemui Engkau.”

Jadi, orang bertaubat memang diterima alasannya untuk tidak menyenangi kematian, dan orang yang seperti itu juga bisa diterima alasannya untuk menyenangi kematian, dan mengharapkannya. Namun, yang lebih unggul lagi derajatnya daripada dua golongan ini, ialah orang yang menyerahkan sepenuhnya kepada Allah swt.. Ia tiada memajukan pilihan untuk dirinya, tentang mati atau hidup, tetapi yang paling disukainya ialah apa yang disukai oleh Yang Dipertuannya. Orang seperti ini telah meningkat oleh kesengatan cinta dan setia ke taraf menyerah dan ridla (rela/suka) sepenuhnya. Inilah taraf yang terakhir dan tertinggi.

Namun, bagaimanapun, mengingat mati, mengandung pahala dan kelebihan, karena bahkan orang yang karam menekuni keduniaan pun masih bisa memetik faedah dari mengingat mati, yaitu merenggangkannya dari keduniaan, karena ingat kepada mati mengganggu kenikmatan hidupnya dan mengeruhkan kesenangannya yang akhirnya akan mati juga. Dan setiap hal yang mengeruhkan (mengganggu) kesenangan nafsu keduniawian adalah termasuk pintu keselamatan.

Ada beberapa hadits yang Rasulullah saw. yang menjelaskan keutamaan mengingat-ingat prihal kematian. Diantaranya adalah:

Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala kenikmatan (kematian). (HR. Tirmidzi)

Maksudnya, ganggulah kesenangan-kesenanganmu dengan dengan mengingatnya, agar terhenti keasyikanmu kepada kesenangan-kesenangan itu, dan hatimu lalu berhadap kepada Allah swt.

Sebabnya semua keutamaan ini adalah karena mengingat mati membawa diri merenggang dari negeri fana (penuh tipu daya) dan menyebabkan kita menekuni persiapan untuk akhirat. Sedangkan melengahkan diri dari mengingat kematian menarik kita untuk semakin menekuni nafsu keduniawian.

Kematian sebagai penasihat pada diri sendiri. Karena Rasulullah saw. bersabda:

Cukuplah kematian itu sebagai penasihat. (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Juga sabdanya,

Hadiah berharga untuk orang mukmin adalah kematian. (HR. Ibnu Abiddunya, Thabrani dan Hakim)

Karena memang dunia itu adalah penjara bagi orang mukmin, dimana dia senantiasa menderita dalam menghadapi diri, mengendalikan hawa nafsunya, dan menolak godaan iblis. Lalu kematian membebaskannya dari siksaan itu, dan pembebasan itu tentulah suatu hadiah berharga untuknya.

Rasulullah saw. bersabda:

Kematian itu adalah penghapus dosa untuk setiap orang muslim. (HR. Abu Na’im, Baihaqi, dan al Khathib)

Dan yang beliau maksudkan tentulah orang muslim sejati, yang beriman penuh, lagi pula kaum Muslimin selamat dari hantaman lidah dan tangannya, serta terbukti dalam dirinya akhlak orang-orang beriman, dan ia tiadalah dikotori dosa, kecuali dosa-dosa kecil yang jarang pula adanya. Maka kematian, akan mensucikannya dari semua ini, dan menghapus dosa-dosanya, setelahnya ia menghindari dosa-dosa besar, dan mendirikan segala amal yang wajib (shalat, puasa, dll)

Kemudian, tentang orang yang benar-benar cerdik, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw.

Secerdik-cerdik manusia adalah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat. (HR. Ibnu Majah dan Abiddunya)

Tentang dampak buruk karena panjang angan-angan dan mengikuti nafsu.
Rasulullah saw. bersabda:

Sesungguhnya hal-hal yang paling kutakutkan mengenai kamu semua ialah dua perkara, yakni mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu itu dapat menutup dari kebenaran dan panjang angan-angan bisa menyebabkan cinta sekali kepada keduniaan. (HR. Abiddunya)

Tepat sekali apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw. tersebut. Karena yang menyebabkan panjangnya angan-angan yakni –merasa– tetap hidup selamanya yang merupakan kecintaan kepada duniawiah yang berlebih-lebihan, sangat gemar pada kenikmatannya, juga karena kebodohan semata-mata, sehingga takut sekali kedatangan mati secara tiba-tiba. Orang seperti ini tentunya tidak mengetahui bahwa kematian itu tidak pandang waktu, apakah datangnya itu disaat muda, tua ataupun tua bangka, apakah nanti musim kemarau, penghujan, musim bunga, semi dan lain sebagainya. Tidak peduli apakah malam ataukah siang. Seseorang tidak kuasa menolak kedatangannya, padahal ia juga melihat berkali-kali orang-orang yang mati di sisinya. Seseorang juga tidak tentu kapan akan dihantarkan Jenazahnya, padahal di saat itu ia masih seringkali menghantarkan jenazah.

Ada seorang ahli syair berkata:

Pernahkah?
Pernahkah orang itu selesai dari keinginannya?
Tak satupun keinginan yang terpenuhi,
Melainkan pasti akan pindah pada keinginan yang lain.

Cinta itu selalu perlu bukti.
Apakah Anda punya bukti bahwa Anda mencintai diri Anda?
Bertaubatlah dari segala dosa dan kesalahan, secepat mungkin, selama waktu masih ada. Karena itu adalah salah satu bukti bahwa Anda memang benar-benar mencintai diri Anda.

Mengapa?
Karena Rasulullah saw. bersabda:

Setelah kematian tidak ada permintaan maaf. Dan setelah kematian tidak ada tempat selain surga dan neraka. (al-hadits)

Comments

Popular posts from this blog