‘’Tsa’labah’’
’
Bismillahirrahmanirrahim
Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib? (At-Taubah: 75-78)
Diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili ra ia berkata,
‘’Tsa’labah bin Hathaib Al-Anshari datang kepada Rasulullah saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar dia memberiku harta.’
Rasulullah saw bersabda, ‘Celakallah engkau, wahai Tsa’labah. Sedikit harta yang engkau syukuri itu lebih baik dari harta yang tidak sangggup engkau tanggung.’ Tsa’labah bin Hathib Al-Anshari datang lagi kepada Raulullah saw dan berkata kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar dia memberiku harta.’ Rasulullah bersabda saw,’ Bukankah pada diri Rasulullah ada teladan baik bagimu? Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai aku ingin gunung-gunug berjalan denganku dalam bentuk emas dan perak, maka itu pasti terjadi.’ Pada hari lain Tsa’labah bin Hathib datang kepada Raulullah saw lalu berkata, ‘ Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar dia memberiku harta. Demi dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, andai Allah memberiku harta, aku pasti memberikan hak kepada masing-masing yang berhak.’ Rasulullah saw bersabda, ‘Ya, Allah anugrahkan harta kepada Tsa’labah.’ Setelah itu Tsa’labah memlihara kambing dan kambingnya berkembang dengan cepat seperti cacing, hingga madinah tidak cukup untuk menampungnya. Lalu Tsa’labah pindah dari madinah dan menetap disalah satu lembah madinah dan kambingnya tetap berkembang dengan cepat seperti cacing. Tadinya, ia mengerjakan shalat Dzuhur dan Ashar berjama’ah bersama Rasulullah saw. Lalu, ia mengerjakan seluruh shalat di tengah kambing-kambingnya. Kambingnya terus berkembang, hingga akhirnya ia pindah lagi ketempat agak jauh dari madinah. Dan ia pun hanya datang kemadinah untuk mengerjakan shalat jum’at. Kambingnya terus berkembang, hingga akhinya ia pindah lagi ketempat lebih jauh dari madinah, hingga akhirnya ia tidak mengerjakan shalat jum’at dan shalat berjama’ah.
Pada hari jum’at, Tsa’labah keluar dan bertemu kaum muslimin. Ia pun bertanya kepada mereka tentang berbagai hal. Pada suatu hari, Rasulullah ingat Tsa’labah dan bersabda,’ Bagaimana kabar Tsa’labah?’ para sahabat mejawab,’Wahai Rasulullah, ia memelihara kambing, hingga tidak sanggup di tampung oleh lembah.’ Rasulullah bersabda, ‘Aduh, celakanya Tsa’labah. Aduh,sungguh celaka Tsa’labah.’ Setelah itu Allah menurunkan ayat tentang zakat. Lalu, Rasulullah mengutus salah seorang dari Bani Sulaiman dan Bani Juhainah (untuk menarik zakat),sembari menulis batasan-batasan zakat serta cara mengambilnya. Beliau bersabda,’ pergilah kalian kepada Tsa’labah bin Hathib dan salah seorang dari Bani Sulaiman, lalu ambil zakat dari keduanya!’ kedua sahabat itu segera berangkat dan tiba di tempat Tsa’labah. Keduanya meminta zakat kepada Tsa’labah dan membecakan surat dari Rasulullah saw kepadanya. Tsa’labah berkata,’ini tidak lain jizyah. Ini sama dengan sejenis jizyah.’ Kalian pergi dulu hingga urusan kalian berdua selesai, lalu temui aku lagi!’ kedua sahabat itu pergi dari tempat Tsa’labah dan kedatangannya tercium oleh orang dari Bani sulaiman. Lalu, orang dari Bani Sulaiman tersebut melihat mana untanya yang paling baik, lalu mengambilnya untuk dibayarkan sebagai zakat. Ia menemui dua petugas zakat dengan membewa untanya itu. Ketika kedua sahabat petugas zakat itu melihat unta orang dari Bani Sulaiman tersebut, keduanya berkata kepada orang dari Bani Sulaiman tersebut, ‘zakat yang mesti engkau bayar bukan ini.’ Orang dari Bani Sulaiman tersebut berkata, ‘Ambil saja ini, karena aku rela!’ setelah itu kedua sahabat tersebut menemui kaum muslimin lainya dan mengambil zakat dari mereka. Lau,keduanya kembali ketempat Tsa’labah. Tsa’labah berkata kepada kedua sahabat petugas zakat, ‘cobalah perlihatkan surat kalian berdua kepadaku!’ kedua sahabat itu membacakan surat yang dibawa kepada Tsa’labah, lalu Tsa’labah berkata,’ini tidak lain adalah jizyah. Ini sama saja dengan jizyah. Coba kalian pergi dulu, sebab aku ingin berfikir dulu!’ kedua sahabat itu pulang. Ketika Rasulullah melihat kedatangan kedua sahabat, beliau bersabda sebelum keduanya berbicara,’Aduh, celakanya Tsa’labah. Aduh sungguh celaka Tsa’labah.’ Setelah itu Rasulullah mendoakan orang dari Bani Sulaiman. Kedua sahabat itu pun bercerita kepada Rasulullah saw tentang kelakuan Tsa’labah. Lalu,Allah ta’ala menurunkan ayat tentang Tsa’labah,
‘’Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh’’.(At-Taubah:75)
Ketika itu di samping Rasulullah ada salah seorang kerabat Tsa’labah. Ia segera keluar dan pergi ketempat Tsa’labah, kemudian berkata,’Celaka engkau, Wahai Tsa’labah, sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat tentang dirimu.’ Lalu Tsa’labah pergi menghadap Rasulullah dan meminta bersedia menerima zakatnya. Tapi, beliau bersabda,’Sesunggunya Allah melarang menerima zakat darimu.’ Mendengar jawaban beliau seperti itu, Tsa’labah menaburkan tanah ke atas kepalanya. Rasulullah saw bersabda, ‘ini semua gara-gara ulahmu sendiri, aku sudah memerintahkan sesuatu kepadamu, tapi engkau tidak menta’atinya.’ Karena Rasulullah tidak meu menerima zakatnya, maka Tsa’labah pulang kerumahnya. Tak lama setelah itu Rasulullah saw wafat. Lalu, Tsa’labah datang kepada Abu Bakar ra (yang menjadi khalifah sepeniggalan Rasulullah saw) dan berkata kepadanya,’Terimalah zakatku!’ Abu Bakar ra berkata, ‘Rasulullah saw tidak mau menerima zakatmu dan aku juga tidak mau menerimanya.’ Abu Bakar pun meningal dunia dan tidak mau menerima zakat Tsa’labah. Ketika Umar ra menjabat sebagai khalifah, Tsa’labah datang kepada Umar dan berkata kepadanya, ‘Terimalah zakatku!’ Umar berkata, Rasulullah saw dan Abu Bakar ra tidak mau menerima zakatmu. Dan,aku juga tidak mau menerimanya.’ Ketika Utsman menjabat sebagai khalifah, Tsa’labah pun mendatangi Utsman, tapi Utsman juga tidak mau menerima zakatnya. Tsa’labah meniggal dunia pada masa kekhalifahan Utsman.’’ (Diriwayatkan Al-Baghawi dan Ath-Thabarani).
Sebagian ulama berkata bahwa Rasulullah saw tidak mau menerima zakat Tsa’labah, karena Allah ta’ala melarang beliau menerimanya, sebagai balasan baginya atas pengingkaran janjinya dan penghinaan baginya karena ucapanya, ‘’ini tidak lain adalah jizyah. Ini sama saja dengan jizyah.’’ Ketika ia berkata seperti itu, maka zakatnya ditolak sebagai bentuk penghinaan atas dirinya dan agar orang lain dapat mengambil ibrah darinya. Tidak ada salahnya memberikan zakat dengan hati ikhlas, berpendapat zakat itu wajib baginya, ia diberi pahala jika mengeluarkannya, dan di hukum jika tidak memberinya.
‘’Wallahu’alam’’
Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib? (At-Taubah: 75-78)
Diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili ra ia berkata,
‘’Tsa’labah bin Hathaib Al-Anshari datang kepada Rasulullah saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar dia memberiku harta.’
Rasulullah saw bersabda, ‘Celakallah engkau, wahai Tsa’labah. Sedikit harta yang engkau syukuri itu lebih baik dari harta yang tidak sangggup engkau tanggung.’ Tsa’labah bin Hathib Al-Anshari datang lagi kepada Raulullah saw dan berkata kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar dia memberiku harta.’ Rasulullah bersabda saw,’ Bukankah pada diri Rasulullah ada teladan baik bagimu? Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai aku ingin gunung-gunug berjalan denganku dalam bentuk emas dan perak, maka itu pasti terjadi.’ Pada hari lain Tsa’labah bin Hathib datang kepada Raulullah saw lalu berkata, ‘ Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar dia memberiku harta. Demi dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, andai Allah memberiku harta, aku pasti memberikan hak kepada masing-masing yang berhak.’ Rasulullah saw bersabda, ‘Ya, Allah anugrahkan harta kepada Tsa’labah.’ Setelah itu Tsa’labah memlihara kambing dan kambingnya berkembang dengan cepat seperti cacing, hingga madinah tidak cukup untuk menampungnya. Lalu Tsa’labah pindah dari madinah dan menetap disalah satu lembah madinah dan kambingnya tetap berkembang dengan cepat seperti cacing. Tadinya, ia mengerjakan shalat Dzuhur dan Ashar berjama’ah bersama Rasulullah saw. Lalu, ia mengerjakan seluruh shalat di tengah kambing-kambingnya. Kambingnya terus berkembang, hingga akhirnya ia pindah lagi ketempat agak jauh dari madinah. Dan ia pun hanya datang kemadinah untuk mengerjakan shalat jum’at. Kambingnya terus berkembang, hingga akhinya ia pindah lagi ketempat lebih jauh dari madinah, hingga akhirnya ia tidak mengerjakan shalat jum’at dan shalat berjama’ah.
Pada hari jum’at, Tsa’labah keluar dan bertemu kaum muslimin. Ia pun bertanya kepada mereka tentang berbagai hal. Pada suatu hari, Rasulullah ingat Tsa’labah dan bersabda,’ Bagaimana kabar Tsa’labah?’ para sahabat mejawab,’Wahai Rasulullah, ia memelihara kambing, hingga tidak sanggup di tampung oleh lembah.’ Rasulullah bersabda, ‘Aduh, celakanya Tsa’labah. Aduh,sungguh celaka Tsa’labah.’ Setelah itu Allah menurunkan ayat tentang zakat. Lalu, Rasulullah mengutus salah seorang dari Bani Sulaiman dan Bani Juhainah (untuk menarik zakat),sembari menulis batasan-batasan zakat serta cara mengambilnya. Beliau bersabda,’ pergilah kalian kepada Tsa’labah bin Hathib dan salah seorang dari Bani Sulaiman, lalu ambil zakat dari keduanya!’ kedua sahabat itu segera berangkat dan tiba di tempat Tsa’labah. Keduanya meminta zakat kepada Tsa’labah dan membecakan surat dari Rasulullah saw kepadanya. Tsa’labah berkata,’ini tidak lain jizyah. Ini sama dengan sejenis jizyah.’ Kalian pergi dulu hingga urusan kalian berdua selesai, lalu temui aku lagi!’ kedua sahabat itu pergi dari tempat Tsa’labah dan kedatangannya tercium oleh orang dari Bani sulaiman. Lalu, orang dari Bani Sulaiman tersebut melihat mana untanya yang paling baik, lalu mengambilnya untuk dibayarkan sebagai zakat. Ia menemui dua petugas zakat dengan membewa untanya itu. Ketika kedua sahabat petugas zakat itu melihat unta orang dari Bani Sulaiman tersebut, keduanya berkata kepada orang dari Bani Sulaiman tersebut, ‘zakat yang mesti engkau bayar bukan ini.’ Orang dari Bani Sulaiman tersebut berkata, ‘Ambil saja ini, karena aku rela!’ setelah itu kedua sahabat tersebut menemui kaum muslimin lainya dan mengambil zakat dari mereka. Lau,keduanya kembali ketempat Tsa’labah. Tsa’labah berkata kepada kedua sahabat petugas zakat, ‘cobalah perlihatkan surat kalian berdua kepadaku!’ kedua sahabat itu membacakan surat yang dibawa kepada Tsa’labah, lalu Tsa’labah berkata,’ini tidak lain adalah jizyah. Ini sama saja dengan jizyah. Coba kalian pergi dulu, sebab aku ingin berfikir dulu!’ kedua sahabat itu pulang. Ketika Rasulullah melihat kedatangan kedua sahabat, beliau bersabda sebelum keduanya berbicara,’Aduh, celakanya Tsa’labah. Aduh sungguh celaka Tsa’labah.’ Setelah itu Rasulullah mendoakan orang dari Bani Sulaiman. Kedua sahabat itu pun bercerita kepada Rasulullah saw tentang kelakuan Tsa’labah. Lalu,Allah ta’ala menurunkan ayat tentang Tsa’labah,
‘’Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh’’.(At-Taubah:75)
Ketika itu di samping Rasulullah ada salah seorang kerabat Tsa’labah. Ia segera keluar dan pergi ketempat Tsa’labah, kemudian berkata,’Celaka engkau, Wahai Tsa’labah, sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat tentang dirimu.’ Lalu Tsa’labah pergi menghadap Rasulullah dan meminta bersedia menerima zakatnya. Tapi, beliau bersabda,’Sesunggunya Allah melarang menerima zakat darimu.’ Mendengar jawaban beliau seperti itu, Tsa’labah menaburkan tanah ke atas kepalanya. Rasulullah saw bersabda, ‘ini semua gara-gara ulahmu sendiri, aku sudah memerintahkan sesuatu kepadamu, tapi engkau tidak menta’atinya.’ Karena Rasulullah tidak meu menerima zakatnya, maka Tsa’labah pulang kerumahnya. Tak lama setelah itu Rasulullah saw wafat. Lalu, Tsa’labah datang kepada Abu Bakar ra (yang menjadi khalifah sepeniggalan Rasulullah saw) dan berkata kepadanya,’Terimalah zakatku!’ Abu Bakar ra berkata, ‘Rasulullah saw tidak mau menerima zakatmu dan aku juga tidak mau menerimanya.’ Abu Bakar pun meningal dunia dan tidak mau menerima zakat Tsa’labah. Ketika Umar ra menjabat sebagai khalifah, Tsa’labah datang kepada Umar dan berkata kepadanya, ‘Terimalah zakatku!’ Umar berkata, Rasulullah saw dan Abu Bakar ra tidak mau menerima zakatmu. Dan,aku juga tidak mau menerimanya.’ Ketika Utsman menjabat sebagai khalifah, Tsa’labah pun mendatangi Utsman, tapi Utsman juga tidak mau menerima zakatnya. Tsa’labah meniggal dunia pada masa kekhalifahan Utsman.’’ (Diriwayatkan Al-Baghawi dan Ath-Thabarani).
Sebagian ulama berkata bahwa Rasulullah saw tidak mau menerima zakat Tsa’labah, karena Allah ta’ala melarang beliau menerimanya, sebagai balasan baginya atas pengingkaran janjinya dan penghinaan baginya karena ucapanya, ‘’ini tidak lain adalah jizyah. Ini sama saja dengan jizyah.’’ Ketika ia berkata seperti itu, maka zakatnya ditolak sebagai bentuk penghinaan atas dirinya dan agar orang lain dapat mengambil ibrah darinya. Tidak ada salahnya memberikan zakat dengan hati ikhlas, berpendapat zakat itu wajib baginya, ia diberi pahala jika mengeluarkannya, dan di hukum jika tidak memberinya.
‘’Wallahu’alam’’
Berbeda Pendapat, Bolehkah?
Bismilahirahmanirrahim
A. Berbeda masalah Ushul’d Dien Dilarang
Adapun berbeda dalam masalah pokok agama (ushul’ud Dien) hukumnya haram. Pokok agama inilah yang menjadi pembeda. Apakah orang beriman atau kafir dilihat dari pokok agama ini (aqidah), bukan dari furu’ud Dien (perkara cabang agama). Sebagai contoh yang dilakukan Islam Jama’ah mengkafirkan orang islam di luar kelompoknya hanya dari furu’ud Dien, Yang demikian itu salah. Ushul’ud ini merupakan wilayah aqidah. Dalil-dalil yang menjadi dasar pembahasan masalah Ushul’ud D hanya yang Qoth’I (pasti, fix). Baik Qoth’I Tsubuts (pasti sumbernya). Dalil yang bersetatus Qoth’I Tsubuts adalah Al-Qur’an dan Hadis yang Mutawatir. Sebagai contoh dalil tentang keimanan kepada Allah swt, kepada Malaikat, Kitab-kitab Allah swt. Keimanan terhadap kerasulan Nabi Muhammad saw. Tentang Qodho’ dan Qodar, Hari kiamat, Surga dan Neraka, dan dalil kewajiban sholat lima kali sehari semalam, kewajiban puasa ramadhan, kewajiban haji, kewajiban zakat, kewajiban berjihad berperang melawan orang-orang kafir dan yang sejenis adalah bersifat qoth’I Tsubut dan qoth’I dalalah. Oleh karena itu jika ada orang yang tidak beriman terhadap dalil tersebut maka orang itu telah kafir. Dalam persoalan-persoalan tersebut diatas tidak boleh beda pendapat sama sekali.
B. Berbeda Masalah Furu’ud Dien Dibolehkan
Mengapa harus berbeda?…satu kata satu pandamngan kan enak! Dari sisi kemanusian perbedaan itu memang tidak bisa dihindari karena satu orang memiliki satu pemikiran. Sehingga kalau seratus orang bisa jadi seratus pendapat juga. Manusia memiliki potensi akal. Adapun dari sisi dalil, memang dalilnya bersifat dhonni (dugaan kuat) sehingga makana yang dimaksud memungkinkan dipahami lebih dari satu pemikiran. Disinilah letak dasar terjadinya perbedaan. Sehingga secara alami memang wajar bisa muncul perbedaan diantara kaum muslimin. Memang ada satu rambu yang harus diikuti, yakni terjadi perbedaab pendapat tentang suatu masalah dari satu pemahaman makna dalil, maka seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga mengerahkan kemampuan untuk memilih yang lebih kuat pendapatnya. Tidak harus setiap masalah fiqih harus satu pemahaman karena sifat dalilnya yang memang sudah memungkinkan terjadi beda pemahaman. Berbeda dalam hal sebatas perbedaan masalah furu’ dibolehkan oleh syara’, maka kaum muslimin harus tetap menjaga persatuan di antara kaum muslimin dengan sekuat tenaga. Tidak perlu antara pengikut paham organisasi Muhammadiyah dengan NU atau dengan Al Irsyad atau dengan Al Khairiyah, atau dengan Hizbut Tahrir, Hyatullah, FPI, PERSIS dan yang lainnya terjadi perpecahan. Karena perpecahan diantara mereka akan memporak-pondakan sendi-sendi persatuan perjuangan kaum muslimin menegakkan syari’at Allah swt diatas muka bumi ini. Tidak perlu terjadi saling mengkelaim bahwa kelompoknyalah yang benar sendiri dan dijamin masuk surga sedang yang lain mesuk neraka karena tidak sependapat dengan pendapatnya. Utamakan persatuan untuk bersama-sama menggalang kekuatan dalam rangka perjuangan menegkan syari’at Allah swt. Sebagaimana dicontohkan para sahabat yang agung, perbedaan pendapat yang terjadi diantara mereka tidak sampai mengoyak persatuan mereka dibawah wadah Al Jama’ah minal muslimin. Sebagai contoh perbedaan pendapat (Ikhtilaf) yang terjadi di antara para sahabat dalam masalah Furu’ sebagai berikut :
Sewaktu Nabi saw dan para sahabatnya jihad perang khandak yang di menagkan kaum muslimin mereka tidak langsung pulang. Tetapi mereka diseru oleh Nabi saw. Untuk langsung berangkat jihad melawan Israel Bani Qraidhah karena telah menlanggar perjanjian dengan negara Islam yang berdaulat. Di tengah-tengah persiapan pasukan rupanya Nabi saw. Menginginkan segera sampai di daerah Bani Quraidhah. Nabi saw bersabda : ‘’Janganlah salah seorang dari kalian melaksanakan Shalat Ashar kecuali di (daerah) Bani Quraidhah’’ maka para sahabat ketika di tengah perjalanan waktu Ashar mau habis mereka berhenti dan bertukar pikiran mengenai Shalat Ashar tersebut. Kemudian mereka berselisih pendapat terhadap seruan Nabi saw diatas. Diantara mereka ada yang melaksanakan shalat ashar di tengah perjalanan karena waktu shalat ashar mau habis. Mereka memahami maksud dari ucapan Nabi saw. Tersebut adalah menyuruh segera berangkat dan berjalan dengan cepat-cepat hingga karena jalan cepat itu waktu shalat ashar itu masih ada ketika pasukan sudah sampai di Bani Quraidhah. Dengan demikian pasukan bisa melaksanakan shalat ashar di daerah Bani Quraidhah. Adapun sebagian sahabat yang lain tetap tidak melaksanakan shalat ashar ditengah perjalanan. Mereka akan shalat ashar nanti setelah sampai di Bani Quraidhah. Mereka demikian karena memahami ucapan Nabi saw. Memang pasukan dilarang shalat ashar kecuali di daerah Bani Quraidhah. Meskipun ternyata mereka melaksaakan shalat ashar di Bani Quradhah telah habis waktunya. Ketika kepada Nabi saw tentang peristiwa ini, maka Nabi saw membenarkan semuanya. Dan sahabat tidaklah berpecah belah walaupun telah terjadi perbedaan pendapat.
Demikian juga ketika dua orang sahabat yang berselisih pendapat tentangperistiwa yang mereka alami. Ketika mereka berdua dalam keadan junub keduanya sama-sama tidak mendapatkan air untuk mendi junub. Krmudian yang mereka lakukan adalah bertayamum. Ketika keduanya mendapatkan air di perjalanan, maka sahabat yang satu mandi junub mengulangi tayamum sebelumnya, tetapi sahabat yang lain tidak mandi karena menganggap tayamum sebelumnya sudah cukup tidak perlu di ulang lagi. Dan masih sangat banyak perbedaan pendapat masalah furu’ yang terjadi di kalangan sahabat.
Adapun saat ini, perbedaan pendapat diantara kaum muslimin dibolehkan oleh Syara’ jika hanya sebatas perbedaan masalah furu’ad Dien (cabang dalam agama). Contoh berbeda masalah fiqih sahalat, tetapi masalah kewajiban shalat lima waktu tetap sama. Termasuk jika perbedaan masalah furu’ tentang fiqih satu masalah lalu membentuk jami’yah sendiri (seperti kelompok yang menganut madhzab Syafi’I, Hambali dll). Tetapi perbedaan jami’yah, kaum muslimin tetap harus berasatu dalam satu naugan syari’at islam di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Orang-orang yang beriman di wajibkan taat kepada khalifah. Firman Allah swt :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
‘’Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.’’ (Anisa:59)
Sabda Nabi saw.
‘’Barang siapa mentaatiku, maka ia telah taat kepada Allah, dan barang siapa menyelisihiku, maka ia telah maksiat kepada Allah. Barang siapa mentaati amir-ku, maka ia telah mentaati. Barang siapa menyelisihi amir-ku, maka ia telah menyelisihi-ku (bermaksiat kepada-ku) (dikeluarkan oleh Bukhari, 5/124, Muslim 3/1466, Ibnu Majah 2/954, Ahmad 2/253, dan Nasai 7/154). Sabda Nabi saw.
‘’Dari Arfajah Al-Asja’I ra, ia berkata: ‘’Sesungguhnya akan terjadi sepenigalanku nanti…maka barang siapa yang kamu lihat dia menigalkan jama’ah, atau bermaksud memecah-belah urusan (kesatuan) umat Nabi Muhammad saw, siapa pun orangnya, hendaklah kamu membunuhnya. Sesungguhnya tangan Allah bersama jama’ah…(HR.Nasa’I 7/92, Muslim, 3/1479, Abu Daud, 4/242, Ahmad, 4/24)
‘’Wallahu’alam’’
Kemuliaan Ahlul Yaman
18 02 2010
Kemuliaan Ahlul Yaman
Bismilahirahmanirrahim
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ أَهْلَ اْليَمَن هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوْبًا اَلْإِيْمَانُ يَمَانٌ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَّةٌ .
( صحيح البخاري )
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا، قَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ وَفِيْ نَجْدِنَا، قَالَ : اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا، قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللهِ وَفِيْ نَجْدِنَا فَأَظُنُّهُ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَاْلفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
( صحيح البخاري )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“ Datang kepada kalian penduduk Yaman, mereka lebih ramah perasaannya dan lebih lembut hatinya, iman adalah pada penduduk Yaman, dan hikmah kemuliaan ada pada penduduk Yaman .” ( Shahih Al Bukhari )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Ya Allah, berkatilah Syam kami dan berkatilah Yaman kami”, mereka berkata: Ya Rasulullah, juga Najd kita..?, (Beliau diam tapi kemudian kembali berdoa): “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan berkatilah Yaman kami” , mereka berkata: Ya Rasulullah, juga Najd kita..? ,( Rasulullah diam dan kembali berdoa ): “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan berkatilah Yaman kami” , mereka berkata : Ya Rasulullah, juga Najd kami..??, beliau saw kemudian menjawab: “dari sana (Najd) akan muncul goncangan dan fitnah!, dan dari sana (Najd) akan muncul tanduk setan!.” ( Shahih Al Bukhari)
أَتَاكُمْ أَهْلَ اْليَمَن هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوْبًا اَلْإِيْمَانُ يَمَانٌ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَّةٌ
“ Datang kepada kalian penduduk Yaman mereka lebih ramah perasaannya dan lebih lembut hatinya, iman adalah penduduk Yaman dan hikmah kemuliaan ada pada penduduk Yaman .” ( Shahih Al Bukhari )
Penduduk Yaman hatinya sangat lembut , perasaannya sangat berkasih sayang , dan iman ada pada penduduk Yaman serta rahasia hikmah juga ada pada penduduk Yaman, yaitu penduduk Hadramaut tempat berhijrahnya Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir dari Baghdad. Kebanyakan penduduk Yaman adalah orang yang berlemah lembut hatinya , sebagimana hadits sang nabi namun karena terlalu berlemah lembut dan ramah , sangat baik dan sopan tidak mau mengganggu orang lain maka zaman sekarang banyak para teroris yang masuk ke Yaman dan sembunyi disana , karena orang-orang Yaman tidak suka bermusuhan dan tidak suka berprasangka buruk , tetapi sekarang nama Yaman buruk dikatakan Yaman sebagai sarang teroris , sungguh demi Allah tidak demikian karena ulama ahlu Yaman sejak berabad –abad tahun yang lalu didakwahi pertama kali oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib kw dan sayyidina Mu’adz bin Jabal ra . Sayyidina Mu’adz bin Jabal ke Yaman Utara dan sayyidina Ali bin Abi Thalib ke Yaman Selatan, Hadramaut . Demikian dakwah kedua shahabat ini membuka Yaman menjadi wilayah muslimin , dan disabdakan oleh Rasul yang berdoa:
اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا
“ Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk wilayah Syam, Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk Yaman “
Syam adalah wilayah Jordan dan sekitarnya , mengapa Rasulullah mendoakan keberkahan untuk wilayah yaman ? , karena beliau mengetahui bahwa nanti stelah beliau wafat akan ada Al Imam Ahmad Al Muhajir keturunan beliau hijrah ke Yaman dari Baghdad dan kemudian terus menyebar . Saat ini negeri muslimin terbesar di dunia adalah Indonesia , dan yang membawa Islam ke Indonesia adalah penduduk Yaman dari keluarga Al Hamid, As Saggaf , Al Habsy dan As Syathiry, Assegaf dll, yang menyebar ke pedalaman –pedalaman Papua , Sulawesi, Pulau Jawa , mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan .
اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا
“ Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk wilayah Syam, Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk Yaman”
Penyebaran islam terbesar adalah dari Yaman. karena negeri terbesar di muka bumi adalah Indonesia , dan Indonesia diislamkan oleh penduduk Yaman dari para Habaib kita , dan inilah keberhasilan terbesar di muka bumi , karena di negeri-negeri yang lain jumlah muslimin tidak sebanyak di Indonesia , padahal tidak ada para sahabat Rasul yang sampai ke Indonesia , maka dari mana keberhasilan itu datang tentunya dari penduduk Yaman , yaitu dari para Habaib nya , dari mana mereka ? dari doa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Lalu ketika sang nabi mendoakan keberkahan untuk wilayah Syam dan Yaman maka diantara sahabat ada yang berkata : “ wilayah Najd juga wahai Rasulullah “, tetapi Rasul diam kemudian mendoakan lagi penduduk Syam dan Yaman , dan diantara sahabat ada yang berkata lagi : “ dan wilayah Najd wahai Rasul “, Najd adalah suatu wilayah pegunungan di Saudi Arabia , dua kali sahabat meminta rasulullah untuk mendoakan Najd , dan untuk yang ketiga kalinya Rasul menjawab : “ akan muncul goncangan dan fitnah dari tempat itu , dan terbitnya tanduk syaitan dari Najd “, demikian sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Dan benarlah Sabda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasalam, bahwa fitnah itu akan muncul dari wilayah ‘’Najd’’ seperti halnya (Ibn Abdul wahab adalah dari Najd dan lahir di Najd) dan hal itu diketahui oleh sayyidina Muhammad 14 abad yang silam .
Namun yang sebenarnya negeri Yaman adalah negeri yang membawa kebahagiaan dan rahmat di masa setelah wafatnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam , karena telah disampaikan oleh sang Nabi bahwa Iman akan terbit pada penduduk Yaman dan Hikmah kemuliaan ada pada penduduk Yaman . Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan hadits ini , beliau berkata bahwa hadits ini terikat pada kaum Anshar karena ternyata kaum Anshar itu adalah keturunan oarng –orang Yaman , yang mana Rasulullah telah bersabda :
مَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُمُ اللهُ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُمُ اللهُ
“ Barangsiapa yang mencintai Anshar maka ia dicintai Allah , dan siapa yang membenci Anshar maka ia dibenci Allah “
Anshar adalah keturunan orang Yaman , bahkan Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam An Nawawy alaihi rahmatullah menjelaskan bahwa penduduk Makkah pun ketika di masa datangnya Siti Hajar ‘alaihassalam yang ditinggalkan oleh nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang ketika itu sayyidah Hajar bersama putranya yaitu nabi Ismail alaihissalam ditinggal di Makkah, ketika itu datang kafilah dari Bani Tihamah dari Yaman , jadi penduduk Makkah pun asal muasalnya dari Yaman juga , ternyata Makkah dan Madinah awalnya juga dari Yaman , demikian pula muslimin yang sampai ke Indonesia awalnya juga dari Yaman. bukan berarti saya memuji-muji Yaman karena Guru kita orang Yaman bukan begitu maksudnya , tetapi tahqiq dari Hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar kita lebih mengetahui dan memahami asal muasal aqidah kita , jangan sampai kita tertipu karena asal muasal aqidah telah diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Diriwayatkan bagaimana indahnya budi pekerti nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat yang juga sangat tunduk kepada budi pekerti yang indah, sayyidina Ali bin Abi Thalib kw , sayyidatuna Fathimah Az Zahra Ra dan para muhajirin dan anshar mereka wangi dan harum dengan budi pekerti yang indah , dan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda diriwayatkan oleh Imam Bukhari didalam kitabnya Shahih Bukhari :
أَحَبُّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنُكُمْ أَخْلاَقًا
“ Orang yang paling aku cintai diantara kalian adalah yang paling indah budi pekertinya"
Maka berjuanglah untuk memperindah budi pekerti kita . Kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah memperindah hari-hari kita , Allah membantu keindahan budi pekerti kita , Rabby.. sungguh hati ini keras dari bermunajat , Rabby..kami rindu untuk memperbanyak doa dalam tangis kehadirat-Mu .
‘’Wallahu’alam’’
Oleh: Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa
Bismilahirahmanirrahim
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ أَهْلَ اْليَمَن هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوْبًا اَلْإِيْمَانُ يَمَانٌ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَّةٌ .
( صحيح البخاري )
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا، قَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ وَفِيْ نَجْدِنَا، قَالَ : اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا، قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللهِ وَفِيْ نَجْدِنَا فَأَظُنُّهُ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَاْلفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
( صحيح البخاري )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“ Datang kepada kalian penduduk Yaman, mereka lebih ramah perasaannya dan lebih lembut hatinya, iman adalah pada penduduk Yaman, dan hikmah kemuliaan ada pada penduduk Yaman .” ( Shahih Al Bukhari )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Ya Allah, berkatilah Syam kami dan berkatilah Yaman kami”, mereka berkata: Ya Rasulullah, juga Najd kita..?, (Beliau diam tapi kemudian kembali berdoa): “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan berkatilah Yaman kami” , mereka berkata: Ya Rasulullah, juga Najd kita..? ,( Rasulullah diam dan kembali berdoa ): “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan berkatilah Yaman kami” , mereka berkata : Ya Rasulullah, juga Najd kami..??, beliau saw kemudian menjawab: “dari sana (Najd) akan muncul goncangan dan fitnah!, dan dari sana (Najd) akan muncul tanduk setan!.” ( Shahih Al Bukhari)
أَتَاكُمْ أَهْلَ اْليَمَن هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوْبًا اَلْإِيْمَانُ يَمَانٌ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَّةٌ
“ Datang kepada kalian penduduk Yaman mereka lebih ramah perasaannya dan lebih lembut hatinya, iman adalah penduduk Yaman dan hikmah kemuliaan ada pada penduduk Yaman .” ( Shahih Al Bukhari )
Penduduk Yaman hatinya sangat lembut , perasaannya sangat berkasih sayang , dan iman ada pada penduduk Yaman serta rahasia hikmah juga ada pada penduduk Yaman, yaitu penduduk Hadramaut tempat berhijrahnya Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir dari Baghdad. Kebanyakan penduduk Yaman adalah orang yang berlemah lembut hatinya , sebagimana hadits sang nabi namun karena terlalu berlemah lembut dan ramah , sangat baik dan sopan tidak mau mengganggu orang lain maka zaman sekarang banyak para teroris yang masuk ke Yaman dan sembunyi disana , karena orang-orang Yaman tidak suka bermusuhan dan tidak suka berprasangka buruk , tetapi sekarang nama Yaman buruk dikatakan Yaman sebagai sarang teroris , sungguh demi Allah tidak demikian karena ulama ahlu Yaman sejak berabad –abad tahun yang lalu didakwahi pertama kali oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib kw dan sayyidina Mu’adz bin Jabal ra . Sayyidina Mu’adz bin Jabal ke Yaman Utara dan sayyidina Ali bin Abi Thalib ke Yaman Selatan, Hadramaut . Demikian dakwah kedua shahabat ini membuka Yaman menjadi wilayah muslimin , dan disabdakan oleh Rasul yang berdoa:
اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا
“ Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk wilayah Syam, Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk Yaman “
Syam adalah wilayah Jordan dan sekitarnya , mengapa Rasulullah mendoakan keberkahan untuk wilayah yaman ? , karena beliau mengetahui bahwa nanti stelah beliau wafat akan ada Al Imam Ahmad Al Muhajir keturunan beliau hijrah ke Yaman dari Baghdad dan kemudian terus menyebar . Saat ini negeri muslimin terbesar di dunia adalah Indonesia , dan yang membawa Islam ke Indonesia adalah penduduk Yaman dari keluarga Al Hamid, As Saggaf , Al Habsy dan As Syathiry, Assegaf dll, yang menyebar ke pedalaman –pedalaman Papua , Sulawesi, Pulau Jawa , mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan .
اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا
“ Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk wilayah Syam, Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk Yaman”
Penyebaran islam terbesar adalah dari Yaman. karena negeri terbesar di muka bumi adalah Indonesia , dan Indonesia diislamkan oleh penduduk Yaman dari para Habaib kita , dan inilah keberhasilan terbesar di muka bumi , karena di negeri-negeri yang lain jumlah muslimin tidak sebanyak di Indonesia , padahal tidak ada para sahabat Rasul yang sampai ke Indonesia , maka dari mana keberhasilan itu datang tentunya dari penduduk Yaman , yaitu dari para Habaib nya , dari mana mereka ? dari doa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Lalu ketika sang nabi mendoakan keberkahan untuk wilayah Syam dan Yaman maka diantara sahabat ada yang berkata : “ wilayah Najd juga wahai Rasulullah “, tetapi Rasul diam kemudian mendoakan lagi penduduk Syam dan Yaman , dan diantara sahabat ada yang berkata lagi : “ dan wilayah Najd wahai Rasul “, Najd adalah suatu wilayah pegunungan di Saudi Arabia , dua kali sahabat meminta rasulullah untuk mendoakan Najd , dan untuk yang ketiga kalinya Rasul menjawab : “ akan muncul goncangan dan fitnah dari tempat itu , dan terbitnya tanduk syaitan dari Najd “, demikian sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Dan benarlah Sabda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasalam, bahwa fitnah itu akan muncul dari wilayah ‘’Najd’’ seperti halnya (Ibn Abdul wahab adalah dari Najd dan lahir di Najd) dan hal itu diketahui oleh sayyidina Muhammad 14 abad yang silam .
Namun yang sebenarnya negeri Yaman adalah negeri yang membawa kebahagiaan dan rahmat di masa setelah wafatnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam , karena telah disampaikan oleh sang Nabi bahwa Iman akan terbit pada penduduk Yaman dan Hikmah kemuliaan ada pada penduduk Yaman . Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan hadits ini , beliau berkata bahwa hadits ini terikat pada kaum Anshar karena ternyata kaum Anshar itu adalah keturunan oarng –orang Yaman , yang mana Rasulullah telah bersabda :
مَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُمُ اللهُ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُمُ اللهُ
“ Barangsiapa yang mencintai Anshar maka ia dicintai Allah , dan siapa yang membenci Anshar maka ia dibenci Allah “
Anshar adalah keturunan orang Yaman , bahkan Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam An Nawawy alaihi rahmatullah menjelaskan bahwa penduduk Makkah pun ketika di masa datangnya Siti Hajar ‘alaihassalam yang ditinggalkan oleh nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang ketika itu sayyidah Hajar bersama putranya yaitu nabi Ismail alaihissalam ditinggal di Makkah, ketika itu datang kafilah dari Bani Tihamah dari Yaman , jadi penduduk Makkah pun asal muasalnya dari Yaman juga , ternyata Makkah dan Madinah awalnya juga dari Yaman , demikian pula muslimin yang sampai ke Indonesia awalnya juga dari Yaman. bukan berarti saya memuji-muji Yaman karena Guru kita orang Yaman bukan begitu maksudnya , tetapi tahqiq dari Hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar kita lebih mengetahui dan memahami asal muasal aqidah kita , jangan sampai kita tertipu karena asal muasal aqidah telah diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Diriwayatkan bagaimana indahnya budi pekerti nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat yang juga sangat tunduk kepada budi pekerti yang indah, sayyidina Ali bin Abi Thalib kw , sayyidatuna Fathimah Az Zahra Ra dan para muhajirin dan anshar mereka wangi dan harum dengan budi pekerti yang indah , dan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda diriwayatkan oleh Imam Bukhari didalam kitabnya Shahih Bukhari :
أَحَبُّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنُكُمْ أَخْلاَقًا
“ Orang yang paling aku cintai diantara kalian adalah yang paling indah budi pekertinya"
Maka berjuanglah untuk memperindah budi pekerti kita . Kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah memperindah hari-hari kita , Allah membantu keindahan budi pekerti kita , Rabby.. sungguh hati ini keras dari bermunajat , Rabby..kami rindu untuk memperbanyak doa dalam tangis kehadirat-Mu .
‘’Wallahu’alam’’
Oleh: Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa
Penderita Kusta, Si Botak, dan Si Buta
Bismillahirahmanirrahim
Diriwayatkan dari Abu Hurarah ra, ia pernah mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, bhwa Allah ingin menguji tiga orang Yahudi. Mereka adalah si penderita kusta, si botak, dan si buta. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat mendatangi penderita kusta, ‘’Apakah yang paling engkau cintai?’’ tanya malaikat. Si penderita kusta menjawab, ‘’Warna kulit yang bagus, kulit tubuh yang halus dan kesembuhan dari penyakit yang menyebabkan orang-orang membenciku.’’ Lalau malaikat mengusapkan tangannya pada tubuh si penderita kusta, dan seketika itu sembuhlah penyakitnya. Kemudian ia memberi warna kulit yang bagus. Malaikat bertanya lagi, ‘’Harta apa yang paling engkau sukai?’’ Si penderita kusta menjawab, ‘’Unta.’’ Maka malaikat memberinya seekor unta yang sedang mengandung, sembari berkata, ‘’Semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini.’’
Malaikat lalu pergi menemui si botak. ‘’Apakah yang paling engkau cintai?’’ tanya malaikat. Si botak menjawab, ‘’Rambut yang begus dan kesembuhan dari botak yang membuat orang-orang menghinaku.’’ Lalu malaikat mengusapkan tangan di kepalanya, maka ia pun langsung sembuh seketika dari kebotakan, dan rambut yang bagus menghiasi kepalanya. Kemudian malaikat bertanya lagi, ‘’Harta apa yang paling engkau sukai?’’ Si botak menjawab, ‘’Sapi.’’ Maka malaikat memberinyta seekor sapi yang sedang mengandung, sembari berkata, ‘’Semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini.’’
Kemudian malaikat mendatangi si buta dan berkata, ‘’Apakah yang paling engkau cintai?’’ Si buta menjawab, ‘’Aku ingin Allah mengembalikan penglihatanku agar aku bisa melihat orang-orang di sekitarku.’’ Lalu malaikat mengusapkan tangannya pada mata orang buta itu, maka Allah mengembalikan penglihatannya. Kemudian malaikat bertanya, ‘’Harta apa yang paling engkau sukai?’’ Si buta menjawab ‘’Kambing.’’ Maka malikat memberinya seekor kambing yang sedang mengandung, sembari berkata, ‘’Semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini.’’
Masing-masing dari ketiga hewan pemberian malaikat itu beranak-pianak hingga setiap orang dari ketiganya memiliki pengembala khususu untuk mengembalakan ternak mereka. Si penderita kusata memiliki padang gembala unta, si botak memiliki padang gembala untuk sapi-sapinya dan si buta memiliki padang gembala untuk kambing-kambingnya. Kemudian sang malaikat mendaatangi mereka satu persatu. Ia mendatangi sipenderita penyakit kusta yang suadah sembuh dengan menyamar menjadi seorang penderita kusta. Ia berkata sembari mengiba, ‘’Aku adalah orang yang malang dan kehabisan bekal perjalanan. Aku tidak bisa hidup sampai sekarang ini kecuali atas pertolongan Allah. Aku memohon kepadamu atas nama zat yang telah menganugrahimu warna kulit yang bagus, kulit yang molek, dan harta berupa unta, berilah aku bekal untuk meneruskan perjalananku.’’ Si bekas penderita kusta itu mencela, ‘’Banyak sekali permintaanmu?!’’ maka malaikat yang menyamar itu berkata, ‘’Kelihatannya aku mengenalmu, bukankah engkau dulu si penderita kusta yang fakir dan di kucilkan orang-orang, lalu Allah menganugrai semua ini?’’ Dengan dada di busungkan si bekas penderita kusta berkata, ‘’Aku adalah orang berharta dan aku mewarisi harta ini dari orang kaya pula.’’ Sang malaikat menimpalinya, ‘’Jika engkau berdusta, Allah akan mengembalikanmu seperti dulu.’’
Kemudian sang malaikat medatangi si botak yang telah dikaruniakan rambut indah, dengan menyamar menjadi seorang botak, seraya mengucapkan hal yang sama seperti yang di katakan kepada si penderita kusta. Maka malaikat mencela, ‘’Jika engkau berdusta, Allah akan mengembalikanmu seperti dulu!’’
Kemudian sang malaikat mendatangi si buta dengan menyamar menjadi seorang buta, ‘’Aku seorang ibnu sabil yang malang dan kehabisan bekal perjalanan. Aku tidak bisa hidup sampai sekarang ini kecuali atas pertolongan Allah. Aku memohon kepadamu atas nama zat yang telah mengembalikan penglihatanmu dan harta berupa kambing, berilah aku bekal untuk meneruskan perjalananku.’’ Si buta menjawab, ‘’Sungguh, dahulu aku seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku, maka ambillah apa yang engkau inginkan dan tingalkan apa yang engkau kehendaki. Sungguh aku tidak akan keberatan engkau mengambilnya untuk kepentingan Allah yang Maha Perkasa dan Maha Mulia. Sang malaikat menjawab, ‘’Milikilah hartamu itu. Sesungguhnya aku hanya ingin menguji kalian. Allah telah meridhaimu (si buta) dan murka kepada kedua temanmu (si penderita kusta dan si botak).’’ (HR.Bukhari dan Muslim)
Bismillahirahmanirrahim
Diriwayatkan dari Abu Hurarah ra, ia pernah mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, bhwa Allah ingin menguji tiga orang Yahudi. Mereka adalah si penderita kusta, si botak, dan si buta. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat mendatangi penderita kusta, ‘’Apakah yang paling engkau cintai?’’ tanya malaikat. Si penderita kusta menjawab, ‘’Warna kulit yang bagus, kulit tubuh yang halus dan kesembuhan dari penyakit yang menyebabkan orang-orang membenciku.’’ Lalau malaikat mengusapkan tangannya pada tubuh si penderita kusta, dan seketika itu sembuhlah penyakitnya. Kemudian ia memberi warna kulit yang bagus. Malaikat bertanya lagi, ‘’Harta apa yang paling engkau sukai?’’ Si penderita kusta menjawab, ‘’Unta.’’ Maka malaikat memberinya seekor unta yang sedang mengandung, sembari berkata, ‘’Semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini.’’
Malaikat lalu pergi menemui si botak. ‘’Apakah yang paling engkau cintai?’’ tanya malaikat. Si botak menjawab, ‘’Rambut yang begus dan kesembuhan dari botak yang membuat orang-orang menghinaku.’’ Lalu malaikat mengusapkan tangan di kepalanya, maka ia pun langsung sembuh seketika dari kebotakan, dan rambut yang bagus menghiasi kepalanya. Kemudian malaikat bertanya lagi, ‘’Harta apa yang paling engkau sukai?’’ Si botak menjawab, ‘’Sapi.’’ Maka malaikat memberinyta seekor sapi yang sedang mengandung, sembari berkata, ‘’Semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini.’’
Kemudian malaikat mendatangi si buta dan berkata, ‘’Apakah yang paling engkau cintai?’’ Si buta menjawab, ‘’Aku ingin Allah mengembalikan penglihatanku agar aku bisa melihat orang-orang di sekitarku.’’ Lalu malaikat mengusapkan tangannya pada mata orang buta itu, maka Allah mengembalikan penglihatannya. Kemudian malaikat bertanya, ‘’Harta apa yang paling engkau sukai?’’ Si buta menjawab ‘’Kambing.’’ Maka malikat memberinya seekor kambing yang sedang mengandung, sembari berkata, ‘’Semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini.’’
Masing-masing dari ketiga hewan pemberian malaikat itu beranak-pianak hingga setiap orang dari ketiganya memiliki pengembala khususu untuk mengembalakan ternak mereka. Si penderita kusata memiliki padang gembala unta, si botak memiliki padang gembala untuk sapi-sapinya dan si buta memiliki padang gembala untuk kambing-kambingnya. Kemudian sang malaikat mendaatangi mereka satu persatu. Ia mendatangi sipenderita penyakit kusta yang suadah sembuh dengan menyamar menjadi seorang penderita kusta. Ia berkata sembari mengiba, ‘’Aku adalah orang yang malang dan kehabisan bekal perjalanan. Aku tidak bisa hidup sampai sekarang ini kecuali atas pertolongan Allah. Aku memohon kepadamu atas nama zat yang telah menganugrahimu warna kulit yang bagus, kulit yang molek, dan harta berupa unta, berilah aku bekal untuk meneruskan perjalananku.’’ Si bekas penderita kusta itu mencela, ‘’Banyak sekali permintaanmu?!’’ maka malaikat yang menyamar itu berkata, ‘’Kelihatannya aku mengenalmu, bukankah engkau dulu si penderita kusta yang fakir dan di kucilkan orang-orang, lalu Allah menganugrai semua ini?’’ Dengan dada di busungkan si bekas penderita kusta berkata, ‘’Aku adalah orang berharta dan aku mewarisi harta ini dari orang kaya pula.’’ Sang malaikat menimpalinya, ‘’Jika engkau berdusta, Allah akan mengembalikanmu seperti dulu.’’
Kemudian sang malaikat medatangi si botak yang telah dikaruniakan rambut indah, dengan menyamar menjadi seorang botak, seraya mengucapkan hal yang sama seperti yang di katakan kepada si penderita kusta. Maka malaikat mencela, ‘’Jika engkau berdusta, Allah akan mengembalikanmu seperti dulu!’’
Kemudian sang malaikat mendatangi si buta dengan menyamar menjadi seorang buta, ‘’Aku seorang ibnu sabil yang malang dan kehabisan bekal perjalanan. Aku tidak bisa hidup sampai sekarang ini kecuali atas pertolongan Allah. Aku memohon kepadamu atas nama zat yang telah mengembalikan penglihatanmu dan harta berupa kambing, berilah aku bekal untuk meneruskan perjalananku.’’ Si buta menjawab, ‘’Sungguh, dahulu aku seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku, maka ambillah apa yang engkau inginkan dan tingalkan apa yang engkau kehendaki. Sungguh aku tidak akan keberatan engkau mengambilnya untuk kepentingan Allah yang Maha Perkasa dan Maha Mulia. Sang malaikat menjawab, ‘’Milikilah hartamu itu. Sesungguhnya aku hanya ingin menguji kalian. Allah telah meridhaimu (si buta) dan murka kepada kedua temanmu (si penderita kusta dan si botak).’’ (HR.Bukhari dan Muslim)
Zuhud
Bismilahirahmanirrahim
Abul Abbas Sahl bin Sa’d As-Sa’idi ra berkata,
‘’Ada seorang laki-laki yang datang menemui Nabi saw dan berkata, ‘Wahai Rasulallah, tunjukanlah aku suatu amal yang jika aku kerjakan, aku akn dicintai Allah dan dicintai manusia.’ Rasulallah bersabda, ‘zuhudlah pada dunia, niscaya kamu akan dicintai Allah dan zuhudlah pada apa yang disenagi manusia, niscaya kamu akan dicintai manusia.’’(HR.Ibnu Majah)
Hadis ini menunjukan bahwa Allah mencintai orang-orang yang zuhud kepada dunia, dan para ulama mengatakan, ‘’Apabila mahabbatullah merupakan maqam yang paling tinggi, maka zuhud terhadap dunia adalah hal atau keadaan yang paling utama.’’
Zuhud adalah : Baca entri selengkapnya »
Bismilahirahmanirrahim
Abul Abbas Sahl bin Sa’d As-Sa’idi ra berkata,
‘’Ada seorang laki-laki yang datang menemui Nabi saw dan berkata, ‘Wahai Rasulallah, tunjukanlah aku suatu amal yang jika aku kerjakan, aku akn dicintai Allah dan dicintai manusia.’ Rasulallah bersabda, ‘zuhudlah pada dunia, niscaya kamu akan dicintai Allah dan zuhudlah pada apa yang disenagi manusia, niscaya kamu akan dicintai manusia.’’(HR.Ibnu Majah)
Hadis ini menunjukan bahwa Allah mencintai orang-orang yang zuhud kepada dunia, dan para ulama mengatakan, ‘’Apabila mahabbatullah merupakan maqam yang paling tinggi, maka zuhud terhadap dunia adalah hal atau keadaan yang paling utama.’’
Zuhud adalah : Baca entri selengkapnya »
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
Islam Agama Yang Melindungi
3 02 2010
Islam Agama Yang Melindungi
Bismilahirahmanirrahim
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
‘’Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.’’(Al-Ahzab: 53)
Diriwayatkan dari Annas ra bahwa Umar bin Khatab ra berkata, ‘’Aku sinkron dengan Tuhanku dalam empat hal.’’ Kelanjutan hadits tersebut adalah bahwa Umar bin Khatab berkata, ‘’Aku berkata, ‘’Wahai, Rasulallah, bagaimana kalau isteri-isterimu mengenakan jilbab, karna orang baik-baik dan jahat masuk ketempat mereka?’’
Lalu turunlah firman Allah Ta’ala,
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ
‘’Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir.’’(Al-Ahzab:53)
Para ulama megatakan ayat tadi dalil bahwa Allah Ta’ala mengizinkan kaum muslimin bertanya kepada isteri-isteri Nabi saw dari balik hijab (tabir), atau bertanya tentang satu masalah yang mesti mereka jawab. Hal ini juga berlaku pada wanita-wanita selain mereka. Menurut perinsip syariat, seluruh tubuh wanita itu aurat. Karenanya, ia tidak membuka wajahnya kecuali jika ada keperluan. Seperti untuk keperluan kesaksian. Ia juga tidak boleh membka bagian manapun dari angota tubuhnya, kecuali karna kondisi darurat, misalnya untuk keperluan diagonis jika memang diperlukan.
Allah Ta’ala berfirman,
ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
‘’Cara seperti itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka’’(Al-Ahzab:53)
Maksudnya, minta sesuatu dari balik hijab (tabir) itu lebih membersihkan kalian dari pikiran-pikiran yang timbul pada kaum lelaki terhadap wanita atau wanita terhadap laki-laki. Juga lebih mampu menghilangkan kecurigaan dan tuduhan yang tidak berdasar, serta lebih mampu menjaga kedua pihak. Ini menunjukan siapapun tidak boleh percaya bahwa dirinya mampu menahan diri, lalau dia boleh berduaan dengan wanita bukan mahromnya. Ini jelas tidak dibenarkan dan tidak melakukan hal seperti itu jauh lebih baik baginya dan lebih melindungi dirinya.
Disebutkan di hadis mulia, bahwa Rasulallah bersabda,
‘’Aku tidak menigalkan sesudahku fitnah bagi kaum laki-laki yang lebih berbahaya dari wanita.’’ (HR.Bukhari).
Rasulallah saw bersabda,
‘’Setiap orang ditulis jatah zinanya dan itu pasti terjadi padanya. Zina mata ialah melihat (orang bukan mahram), zina telinga ialah mendengar, zina lidah ialah berbicara, zina tangan ialah memukul, zina kaki ialah berjalan (ke tempat maksiat), sedang hati menginginkan dan berandai-andai, lalu hal itu di benarkan atau dimentahkan oleh kemaluan.’’(HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulallah saw bersabda,
‘’Janganlah kalian duduk-duduk dijalan.’’ Para sahabat berkata, ‘’Wahai Rasulallah, kita mau tidak mau mesti duduk-duduk guna ngobrol.’’ Rasulallah saw bersabda,’’Jika kalian tetap duduk-duduk dijalan, maka berikan hak kepada jalan.’’ Para sahabat berkata, ‘’apa hak jalan itu?’’ Rasulallah saw bersabda, ‘’’Menahan pandangan,menahan diri untuk tidak mengganggu, menjawab salam, menyuruh kepada kebaikan , dan melarang dari kwmugkaran.’’ (HR.Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, ra dia berkata,
‘’Kami sedang berada disamping Rasulallah saw. Maimunah juga ada disamping beliau. Lalu Ibnu Ummu Maktum datang dan itu terjadi setlah hijab diwajibkan kepada kami. Nabi saw bersabda, ‘bersembunyilah darinya!’ kami berkata, ‘Wahai Rasulallah, bukankah dia buta dan tidak dapat melihat dan tahu kita?’ Nabi saw bersabda, ‘ Apakah kalian berdua buta? Bukankah kalian berdua bisa melihat?’’(HR.Abu Daud dan Tirmidz)
Disebutkan di hadis qudsi,
‘’Melihat (bukan mahramnya) itu salah satu anak panah beracun iblis. Barang siapa tidak melakukannya karna takut kepada-Ku, maka aku mengantinya dengan iman dan ia rasakan rasa manisnya iman dihatinya.’’(HR.Ath-Thabrani dan Hakim)
Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir ra bahwa Rasulallah saw bersabda,
‘’Janganlah kalian masuk ke tempat kaum wanita.’’Salah seorang dari kaum Anshar berkata, ‘’Bagaimana kerabat suami menurutmu?’’ Rasulallah saw bersabda, ‘’Kerabat suami sama dengan kematian.’’ (HR.Bukhari dan Muslim).
Imam An-Nawawi ra berkata, ‘’Makna hadis tadi ialah takut kepada kerabat suami lebih ditingkatkan, sebab fitnah sangat mungkin terjadi darinya, karna ia dapat masuk secara bebas dan berduaan dengan wanita yang menjadi isteri kerabatnya tanpa mengndang kecurigaan. Ini berbeda dengan orang yang bukan mahram. Pada umumnya manusia, tidak begitu curiga terhadap kerabat suami. Disinilah letak kematian itu. Karna itu, kerabat suami lebih diutamakan dilarang bertemu dengan wanita yang menjadi isteri kerabatnya daripada orang lain seperti telah kami sebutkan.’’
Disebutkan di hadis mulia,
‘’Wanita tidak boleh berpergian kecuali disertai mahramnya dan orang laki-laki tidak boleh masuk ketempat wanita kecuali wanita tersebut ditemani mahramnya.’’(HR.Bukhari dan Muslim)
Islam megharamkan hubungan bebas dan campur baur (ikhtilath) antara laki-laki dan dengan wanita dan menganjurkan kepada mereka menjaga jarak (menjauh) hingga dalam shalat sekalipun. Disebutkan di hadis mulia,
‘’Shaf kaum laki-laki yang paling baik ialah shaf terdepan dan shaf mereka yang paling jelek ialah shaf terakhir. Shaf kakum wanita yang paling baik ialah shaf terakhir, dan shaf mereka yang palig jelek ialah shaf terdepan.’’(HRMuslim)
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khunderi ra bahwa Nabi saw bersabda,
‘’Pada setiap pagi, ada dua malaikat berseru, ‘ Celakalah kaum laki-laki (karna ulahnya) terhadap kaum wanita. Dan, Celaklah kaum wanita (karna ulah) terhadap kaum laki-laki.’’(HR.Ibnu Majah dan Hakim)
Disebutka dihadis mulia,
‘’Jika seorang wanita memakai parfum, lalu berjalan melewati salah satu kaum agar mereka mencium aromanya, maka ia pezina.’’(HR.Abu Daud)
Juga disebutkan dihadis mulia,
‘’Wanita itu aurat, jika ia keluar, ia disambut setan.’’(HR.Tirmidz) Nabi saw menamakan wanita itu aurat dan aurat itu harus ditutup.
Makna disambut setan ialah setan mengarahkan pandangannya kepada wanita untuk menyesatkannya orang lain dengannya. Akibatnya, laki-laki terjerumus kedalam fitnah karna wanita, atau setan menjerumuskan wanita karena laki-laki, atau setan emnjerumuskannya sekaligus.
Wanita tetap berada di rumah itu lebih baik baginya daripada ia keluar rumah, bahkan untuk kepentingan shalat berjama’ah sekalipun.
Diriwayatkan dari Ummu Humaid, isteri Abu Humaid As-Said ra bahwa ia datang kepada Nabi saw lalu berkata kepada beliau, ‘’Wahai Rasulallah, aku senag shalat bersamamu.’’ Rasulallah saw bersabda,’’Aku tahu engkau senag shalat bersamaku. Tapi, shalatmu dirumahmu itu lebih baik dari shalatmu dikamarku. Shalatmu dikamarmu itu lebih dari shalatmu didesamu. Shalatmu di desamu itu lebih baik dari shalatmu di masjid kaummu. Shalatmu di masjid kaummu itu lebih baik dari shalatmu di masjidku.’’ Lalu, Nabi saw menyuruh pembangunan masjid untuk Umu Humaid di bagian rmahnya yang palig dalam dan paling gelap. Ia pun shalat didalamnya hingga meniggal dunia. (HR.Ahmad)
‘’Wallahu’alam’’
(Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni)
Bismilahirahmanirrahim
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
‘’Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.’’(Al-Ahzab: 53)
Diriwayatkan dari Annas ra bahwa Umar bin Khatab ra berkata, ‘’Aku sinkron dengan Tuhanku dalam empat hal.’’ Kelanjutan hadits tersebut adalah bahwa Umar bin Khatab berkata, ‘’Aku berkata, ‘’Wahai, Rasulallah, bagaimana kalau isteri-isterimu mengenakan jilbab, karna orang baik-baik dan jahat masuk ketempat mereka?’’
Lalu turunlah firman Allah Ta’ala,
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ
‘’Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir.’’(Al-Ahzab:53)
Para ulama megatakan ayat tadi dalil bahwa Allah Ta’ala mengizinkan kaum muslimin bertanya kepada isteri-isteri Nabi saw dari balik hijab (tabir), atau bertanya tentang satu masalah yang mesti mereka jawab. Hal ini juga berlaku pada wanita-wanita selain mereka. Menurut perinsip syariat, seluruh tubuh wanita itu aurat. Karenanya, ia tidak membuka wajahnya kecuali jika ada keperluan. Seperti untuk keperluan kesaksian. Ia juga tidak boleh membka bagian manapun dari angota tubuhnya, kecuali karna kondisi darurat, misalnya untuk keperluan diagonis jika memang diperlukan.
Allah Ta’ala berfirman,
ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
‘’Cara seperti itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka’’(Al-Ahzab:53)
Maksudnya, minta sesuatu dari balik hijab (tabir) itu lebih membersihkan kalian dari pikiran-pikiran yang timbul pada kaum lelaki terhadap wanita atau wanita terhadap laki-laki. Juga lebih mampu menghilangkan kecurigaan dan tuduhan yang tidak berdasar, serta lebih mampu menjaga kedua pihak. Ini menunjukan siapapun tidak boleh percaya bahwa dirinya mampu menahan diri, lalau dia boleh berduaan dengan wanita bukan mahromnya. Ini jelas tidak dibenarkan dan tidak melakukan hal seperti itu jauh lebih baik baginya dan lebih melindungi dirinya.
Disebutkan di hadis mulia, bahwa Rasulallah bersabda,
‘’Aku tidak menigalkan sesudahku fitnah bagi kaum laki-laki yang lebih berbahaya dari wanita.’’ (HR.Bukhari).
Rasulallah saw bersabda,
‘’Setiap orang ditulis jatah zinanya dan itu pasti terjadi padanya. Zina mata ialah melihat (orang bukan mahram), zina telinga ialah mendengar, zina lidah ialah berbicara, zina tangan ialah memukul, zina kaki ialah berjalan (ke tempat maksiat), sedang hati menginginkan dan berandai-andai, lalu hal itu di benarkan atau dimentahkan oleh kemaluan.’’(HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulallah saw bersabda,
‘’Janganlah kalian duduk-duduk dijalan.’’ Para sahabat berkata, ‘’Wahai Rasulallah, kita mau tidak mau mesti duduk-duduk guna ngobrol.’’ Rasulallah saw bersabda,’’Jika kalian tetap duduk-duduk dijalan, maka berikan hak kepada jalan.’’ Para sahabat berkata, ‘’apa hak jalan itu?’’ Rasulallah saw bersabda, ‘’’Menahan pandangan,menahan diri untuk tidak mengganggu, menjawab salam, menyuruh kepada kebaikan , dan melarang dari kwmugkaran.’’ (HR.Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, ra dia berkata,
‘’Kami sedang berada disamping Rasulallah saw. Maimunah juga ada disamping beliau. Lalu Ibnu Ummu Maktum datang dan itu terjadi setlah hijab diwajibkan kepada kami. Nabi saw bersabda, ‘bersembunyilah darinya!’ kami berkata, ‘Wahai Rasulallah, bukankah dia buta dan tidak dapat melihat dan tahu kita?’ Nabi saw bersabda, ‘ Apakah kalian berdua buta? Bukankah kalian berdua bisa melihat?’’(HR.Abu Daud dan Tirmidz)
Disebutkan di hadis qudsi,
‘’Melihat (bukan mahramnya) itu salah satu anak panah beracun iblis. Barang siapa tidak melakukannya karna takut kepada-Ku, maka aku mengantinya dengan iman dan ia rasakan rasa manisnya iman dihatinya.’’(HR.Ath-Thabrani dan Hakim)
Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir ra bahwa Rasulallah saw bersabda,
‘’Janganlah kalian masuk ke tempat kaum wanita.’’Salah seorang dari kaum Anshar berkata, ‘’Bagaimana kerabat suami menurutmu?’’ Rasulallah saw bersabda, ‘’Kerabat suami sama dengan kematian.’’ (HR.Bukhari dan Muslim).
Imam An-Nawawi ra berkata, ‘’Makna hadis tadi ialah takut kepada kerabat suami lebih ditingkatkan, sebab fitnah sangat mungkin terjadi darinya, karna ia dapat masuk secara bebas dan berduaan dengan wanita yang menjadi isteri kerabatnya tanpa mengndang kecurigaan. Ini berbeda dengan orang yang bukan mahram. Pada umumnya manusia, tidak begitu curiga terhadap kerabat suami. Disinilah letak kematian itu. Karna itu, kerabat suami lebih diutamakan dilarang bertemu dengan wanita yang menjadi isteri kerabatnya daripada orang lain seperti telah kami sebutkan.’’
Disebutkan di hadis mulia,
‘’Wanita tidak boleh berpergian kecuali disertai mahramnya dan orang laki-laki tidak boleh masuk ketempat wanita kecuali wanita tersebut ditemani mahramnya.’’(HR.Bukhari dan Muslim)
Islam megharamkan hubungan bebas dan campur baur (ikhtilath) antara laki-laki dan dengan wanita dan menganjurkan kepada mereka menjaga jarak (menjauh) hingga dalam shalat sekalipun. Disebutkan di hadis mulia,
‘’Shaf kaum laki-laki yang paling baik ialah shaf terdepan dan shaf mereka yang paling jelek ialah shaf terakhir. Shaf kakum wanita yang paling baik ialah shaf terakhir, dan shaf mereka yang palig jelek ialah shaf terdepan.’’(HRMuslim)
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khunderi ra bahwa Nabi saw bersabda,
‘’Pada setiap pagi, ada dua malaikat berseru, ‘ Celakalah kaum laki-laki (karna ulahnya) terhadap kaum wanita. Dan, Celaklah kaum wanita (karna ulah) terhadap kaum laki-laki.’’(HR.Ibnu Majah dan Hakim)
Disebutka dihadis mulia,
‘’Jika seorang wanita memakai parfum, lalu berjalan melewati salah satu kaum agar mereka mencium aromanya, maka ia pezina.’’(HR.Abu Daud)
Juga disebutkan dihadis mulia,
‘’Wanita itu aurat, jika ia keluar, ia disambut setan.’’(HR.Tirmidz) Nabi saw menamakan wanita itu aurat dan aurat itu harus ditutup.
Makna disambut setan ialah setan mengarahkan pandangannya kepada wanita untuk menyesatkannya orang lain dengannya. Akibatnya, laki-laki terjerumus kedalam fitnah karna wanita, atau setan menjerumuskan wanita karena laki-laki, atau setan emnjerumuskannya sekaligus.
Wanita tetap berada di rumah itu lebih baik baginya daripada ia keluar rumah, bahkan untuk kepentingan shalat berjama’ah sekalipun.
Diriwayatkan dari Ummu Humaid, isteri Abu Humaid As-Said ra bahwa ia datang kepada Nabi saw lalu berkata kepada beliau, ‘’Wahai Rasulallah, aku senag shalat bersamamu.’’ Rasulallah saw bersabda,’’Aku tahu engkau senag shalat bersamaku. Tapi, shalatmu dirumahmu itu lebih baik dari shalatmu dikamarku. Shalatmu dikamarmu itu lebih dari shalatmu didesamu. Shalatmu di desamu itu lebih baik dari shalatmu di masjid kaummu. Shalatmu di masjid kaummu itu lebih baik dari shalatmu di masjidku.’’ Lalu, Nabi saw menyuruh pembangunan masjid untuk Umu Humaid di bagian rmahnya yang palig dalam dan paling gelap. Ia pun shalat didalamnya hingga meniggal dunia. (HR.Ahmad)
‘’Wallahu’alam’’
(Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni)
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
Jilbab
3 02 2010
Jilbab
Bismilahirahmanirrahim
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
‘’Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.(Al-Ahzab:59)
Ibnul Abbas ra berkata, ‘’Allah ta’ala menyuruh kaum wanita (jika ingin keluar rumah) untuk menutup kepala dan wajah mereka dengan jilbab, kecuali satu matanya.’’
Ulama mengatakan, jilbab ialah pakaian yang menutupi semua angota tubuh, tidak hannya sebagiannya saja. Ini dibenarkan Al-Qurtubi di tafsirnya.
Allah ta’ala berfirman,
وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاءِ اللاتِي لا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَنْ يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
‘’Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’’(An-Nuur:60)
Ulama mengaatakan yang dimaksud dengan Al-Qawaidu An-Nisa pada ayat tadi ialah wanita-wanita tua yang jika dilihat kaum laki-laki maka mereka (kaum laki-laki) merasa jijik karna usia tua mereka. Sedangkan wanita yang masih memiliki sisa-sisa kecantikan yang merupakan daya tarik (Syahwat) maka tidak masuk dalam cakupan ayat tadi.
Makna ayat diatas ialah wanita-wanita tua tidak berdosa jika melepas sebagian pakaian mereka, yaitu jilbab dan pakaian luar mereka serta pelapis kerudung. Sedangkan melepas kerudung, maka tetap tidak boleh.
Ulama tafsir mengatakan wanita-wanita tua yang tidak lagi punya daya tarik tersebut, disebut secara khuisus di ayat, sebab jiwa tidak lagi tertarik pada mereka dan kaum laki-laki tidak berminat pada mereka. Karna itu, apa yang tidak diperbolekan pada selain mereka diperbolehkan pada mereka dan kewajiban menjaga diri yang melelahkan (berpakaian secara syar’i) itu di hilangkan dari mereka.
Firman Allah ta’ala,
غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ
‘’Deengan tidak menampakan perhiasan’’
Maksudnya, mereka tidak bermaksud menampakan perhiasan mereka, dengan cara melepas jilbab dan pakaian luar mereka. Tabarruj ialah, wanita memperlihatkan sisi-sisi sensualnya yang wajib ditutup. Firman Allah Ta’ala,
وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ
‘’Dan tidak menagalkan pakaian itu lebih baik bagi mereka.’’
Maksudnya, mereka tidak boleh melepas jilbab dan pakaian luar. Disini, Allah Ta’ala mengigatkan agar semua wanita dilindungi (dijaga) dan konsisten mereka untuk tetap mengenakan jilbab, seperti pemudi yang mengenakan jilbab itu lebih baik dan utama bagi mereka. Diantara bertuk Tabarruj ialah wanita mengenakan baju tipis yang memperlihatkan kulitnya, juga mengenakan kaos kaiki tipis dan tembus pandang. Diriwayatkan dari Abu Hurarah ra bahwa Rasulallah saw bersabda,
‘’Ada dua kelompok manusia penghuni neraka yang belum pernah aku lihat.(Pertama) orang yang punya cemeti seperti ekor kerbau. Mereka memukuli manusia dengan cemeti tersebut. (Kedua) wanita-wanita berakaian tapi telanjang, berjalan lengak-lengok, dan berpaling dari kebenaran, dan kepala mereka seperti punuk unta yang miring. (Kedua kelompok itu) tidak masuk surga dan tidak mencium aromanya, padahal aromanya bisa dicium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.’’(HR.Muslim)
Ulama mengatakan wanita-wanita dikatakan berpakaian sebab memang mengenakan pakaian dan mereka dikatakan telanjang sebab jika pakaian itu tipis maka pakaian tersebut memperlihatkan bentuk tubuh mereka dan sisa-sisa sensual mereka. Dan, itu haram hukumnya.
Wanita sejatinya ditutup. Karenanya, ia disyariatkan memanjangkan ekor pakaiannya (baju bagian bawah) sehasta.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulallah saw bersabda,
‘’Barang siapa menarik pakaiannya dengan sombong, maka Allah tidak melihatnya pada hari kiamat.’’ Ummu Salamah berkata, ‘’Apa yang harus dilakukan kaum wanita dengan ekor baju mereka?’’ Rasulallah bersabda, ‘’Mereka memanjang sejengkal.’’ Ummu Salamah berkata, ‘’Kalau begitu, kaki mereka terlihat?’’ Rasulallah bersabda, ‘’Mereka memanjangkan sehasta dan tidak lebih dari itu.’’(Diriwayatkan At-Tirmidzi).
Lantas bagaimana jika wanita Muslimah berjalan ditempat kotor dengan baju seperti itu?…Ummu Salamah berkata bahwa Rasulallah saw bersabda,
‘’Kotoran itu dibersihkan oleh (tempat atau tanah lain) sesudahnya.’’(Diriwayatkan Malik).
Para ulama mengatakan bahwa hadis tadi merupakan dispensasi bagi kaum wanita. Yaitu mereka diperbolehkan menyeret sarung (atau bagian bawah pakaian) mereka, karena itu lebih menutupi organ tubuh (terutama kaki) mereka.
‘’Wallahu’alam’’
(Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni)
Bismilahirahmanirrahim
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
‘’Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.(Al-Ahzab:59)
Ibnul Abbas ra berkata, ‘’Allah ta’ala menyuruh kaum wanita (jika ingin keluar rumah) untuk menutup kepala dan wajah mereka dengan jilbab, kecuali satu matanya.’’
Ulama mengatakan, jilbab ialah pakaian yang menutupi semua angota tubuh, tidak hannya sebagiannya saja. Ini dibenarkan Al-Qurtubi di tafsirnya.
Allah ta’ala berfirman,
وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاءِ اللاتِي لا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَنْ يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
‘’Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’’(An-Nuur:60)
Ulama mengaatakan yang dimaksud dengan Al-Qawaidu An-Nisa pada ayat tadi ialah wanita-wanita tua yang jika dilihat kaum laki-laki maka mereka (kaum laki-laki) merasa jijik karna usia tua mereka. Sedangkan wanita yang masih memiliki sisa-sisa kecantikan yang merupakan daya tarik (Syahwat) maka tidak masuk dalam cakupan ayat tadi.
Makna ayat diatas ialah wanita-wanita tua tidak berdosa jika melepas sebagian pakaian mereka, yaitu jilbab dan pakaian luar mereka serta pelapis kerudung. Sedangkan melepas kerudung, maka tetap tidak boleh.
Ulama tafsir mengatakan wanita-wanita tua yang tidak lagi punya daya tarik tersebut, disebut secara khuisus di ayat, sebab jiwa tidak lagi tertarik pada mereka dan kaum laki-laki tidak berminat pada mereka. Karna itu, apa yang tidak diperbolekan pada selain mereka diperbolehkan pada mereka dan kewajiban menjaga diri yang melelahkan (berpakaian secara syar’i) itu di hilangkan dari mereka.
Firman Allah ta’ala,
غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ
‘’Deengan tidak menampakan perhiasan’’
Maksudnya, mereka tidak bermaksud menampakan perhiasan mereka, dengan cara melepas jilbab dan pakaian luar mereka. Tabarruj ialah, wanita memperlihatkan sisi-sisi sensualnya yang wajib ditutup. Firman Allah Ta’ala,
وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ
‘’Dan tidak menagalkan pakaian itu lebih baik bagi mereka.’’
Maksudnya, mereka tidak boleh melepas jilbab dan pakaian luar. Disini, Allah Ta’ala mengigatkan agar semua wanita dilindungi (dijaga) dan konsisten mereka untuk tetap mengenakan jilbab, seperti pemudi yang mengenakan jilbab itu lebih baik dan utama bagi mereka. Diantara bertuk Tabarruj ialah wanita mengenakan baju tipis yang memperlihatkan kulitnya, juga mengenakan kaos kaiki tipis dan tembus pandang. Diriwayatkan dari Abu Hurarah ra bahwa Rasulallah saw bersabda,
‘’Ada dua kelompok manusia penghuni neraka yang belum pernah aku lihat.(Pertama) orang yang punya cemeti seperti ekor kerbau. Mereka memukuli manusia dengan cemeti tersebut. (Kedua) wanita-wanita berakaian tapi telanjang, berjalan lengak-lengok, dan berpaling dari kebenaran, dan kepala mereka seperti punuk unta yang miring. (Kedua kelompok itu) tidak masuk surga dan tidak mencium aromanya, padahal aromanya bisa dicium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.’’(HR.Muslim)
Ulama mengatakan wanita-wanita dikatakan berpakaian sebab memang mengenakan pakaian dan mereka dikatakan telanjang sebab jika pakaian itu tipis maka pakaian tersebut memperlihatkan bentuk tubuh mereka dan sisa-sisa sensual mereka. Dan, itu haram hukumnya.
Wanita sejatinya ditutup. Karenanya, ia disyariatkan memanjangkan ekor pakaiannya (baju bagian bawah) sehasta.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulallah saw bersabda,
‘’Barang siapa menarik pakaiannya dengan sombong, maka Allah tidak melihatnya pada hari kiamat.’’ Ummu Salamah berkata, ‘’Apa yang harus dilakukan kaum wanita dengan ekor baju mereka?’’ Rasulallah bersabda, ‘’Mereka memanjang sejengkal.’’ Ummu Salamah berkata, ‘’Kalau begitu, kaki mereka terlihat?’’ Rasulallah bersabda, ‘’Mereka memanjangkan sehasta dan tidak lebih dari itu.’’(Diriwayatkan At-Tirmidzi).
Lantas bagaimana jika wanita Muslimah berjalan ditempat kotor dengan baju seperti itu?…Ummu Salamah berkata bahwa Rasulallah saw bersabda,
‘’Kotoran itu dibersihkan oleh (tempat atau tanah lain) sesudahnya.’’(Diriwayatkan Malik).
Para ulama mengatakan bahwa hadis tadi merupakan dispensasi bagi kaum wanita. Yaitu mereka diperbolehkan menyeret sarung (atau bagian bawah pakaian) mereka, karena itu lebih menutupi organ tubuh (terutama kaki) mereka.
‘’Wallahu’alam’’
(Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni)
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
SABAR
1 02 2010
SABAR
Bismilahirahmanirrahim
Allah menjadikan sabar sebagai kendaraan yang tidak pernah letih, senjata yang tidak pernah salah membidik sasaran, perajurit pemenag yang tidak pernah kalah, dan benteng kokoh yang tidak pernah rusak. Sabar dan kemenagan bagai dua saudara kandung. Dalam Al-quran, Allah memuji orang-orang yang sabar dan memberi tahukan bahwa pahala mereka akan di sempurnakan tanpa batas. Allah selalu bersama mereka dengan hidayah-Nya dan pertolongan-Nya yang tak terkalahkkan, dan bantuan-Nya yang nyata.
Allah berfirman,
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
‘’dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.’’(Al-Anfal:46)
Sehingga orang-orang sabar dengan kebersamaan ini akan mendapatkan kebaikan didunia dan diakhirat dan memperoleh kemenagan dengan nikmat-nikmat-Nya lahir dan batin. Allah anugrahkan Imamah (kepemimpinan) dalam agama kepada mereka yang sabar dan yakin. Allah berfirman, Baca entri selengkapnya »
Bismilahirahmanirrahim
Allah menjadikan sabar sebagai kendaraan yang tidak pernah letih, senjata yang tidak pernah salah membidik sasaran, perajurit pemenag yang tidak pernah kalah, dan benteng kokoh yang tidak pernah rusak. Sabar dan kemenagan bagai dua saudara kandung. Dalam Al-quran, Allah memuji orang-orang yang sabar dan memberi tahukan bahwa pahala mereka akan di sempurnakan tanpa batas. Allah selalu bersama mereka dengan hidayah-Nya dan pertolongan-Nya yang tak terkalahkkan, dan bantuan-Nya yang nyata.
Allah berfirman,
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
‘’dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.’’(Al-Anfal:46)
Sehingga orang-orang sabar dengan kebersamaan ini akan mendapatkan kebaikan didunia dan diakhirat dan memperoleh kemenagan dengan nikmat-nikmat-Nya lahir dan batin. Allah anugrahkan Imamah (kepemimpinan) dalam agama kepada mereka yang sabar dan yakin. Allah berfirman, Baca entri selengkapnya »
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
KHAUF (TAKUT)
29 01 2010
KHAUF (TAKUT)
Bismillahirahmanirrahim
Khauf (takut), adalah cambuk Allah yang di gunakan memicu hamba-hamba-Nya kepada ilmu dan amal, supaya mereka dekat dengan Allah. Ia adalah ungkapan tentang sakit dan terbakarnya hati, karna khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenagkan di masa mendatang. Khauflah yang mampu menahan angota-angota tubuh dari mengerjakan kemaksiatan dan mengikatnya dengan ketaatan. Khau yang lemah akan mendorong seseorang untuk lalai dan berani mengerjakan dosa, sedangkan berlebih-lebihan dalam khauf akan menyebabkan semaggat dan keputusasaan. Khauf kepada Allah adakalanya karna ma’rifatullah (mengetahui Allah), mengetahui sifat-sifat-Nya, serta mengeatahui bahwa bila Allah inggin membinasakan seluruh alam, Dia tidak akan peduli, dan tidak akan bisa di halangi oleh siapa pun, adakalanya karna banyaknya kesalahan hamba, karna mengerjakan maksiat, dan terkadang karna keduanya sekaligus, pengetahuaannya tentang aib dan kekurangan dirinya serta kebesaran Allah, dan Allah tidak mebutuhkan hamba, dan Allah tidak akan ditanya tentang berbagai tindakan-Nya, sementara manusia akan ditanya, sesua dengan kekuatan khaufnya. Baca entri selengkapnya »
Bismillahirahmanirrahim
Khauf (takut), adalah cambuk Allah yang di gunakan memicu hamba-hamba-Nya kepada ilmu dan amal, supaya mereka dekat dengan Allah. Ia adalah ungkapan tentang sakit dan terbakarnya hati, karna khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenagkan di masa mendatang. Khauflah yang mampu menahan angota-angota tubuh dari mengerjakan kemaksiatan dan mengikatnya dengan ketaatan. Khau yang lemah akan mendorong seseorang untuk lalai dan berani mengerjakan dosa, sedangkan berlebih-lebihan dalam khauf akan menyebabkan semaggat dan keputusasaan. Khauf kepada Allah adakalanya karna ma’rifatullah (mengetahui Allah), mengetahui sifat-sifat-Nya, serta mengeatahui bahwa bila Allah inggin membinasakan seluruh alam, Dia tidak akan peduli, dan tidak akan bisa di halangi oleh siapa pun, adakalanya karna banyaknya kesalahan hamba, karna mengerjakan maksiat, dan terkadang karna keduanya sekaligus, pengetahuaannya tentang aib dan kekurangan dirinya serta kebesaran Allah, dan Allah tidak mebutuhkan hamba, dan Allah tidak akan ditanya tentang berbagai tindakan-Nya, sementara manusia akan ditanya, sesua dengan kekuatan khaufnya. Baca entri selengkapnya »
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
TAWASUL DENGAN AMAL SHALEH
29 01 2010
TAWASUL DENGAN AMAL SHALEH
Bismilahirrahmanirrahim
Rasulallah saw. Bercerita, ‘’Ada tiga orang dari umat sebelum kalian melakukan perjalanan hingga menjelang malam. Mereka pun bermalam di sebuah gua. Ketika mereka memasuki gua itu, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas bukit dan menyumbat mulut gua. Mereka berkata kepada diri mereka masing-masing, ‘’Kita tidak akan bisa menyelamatkan diri, melainkan bila memohon kepada Allah dengan perbuatan shahih yang pernah kita lakukan.’’
Salah seorang dari mereka bedoa, ‘’Ya, Allah, hamba dulu mempunyai bapak dan ibu yang sudah tua renta. Hamba senantiasa memberi minum kedua orang tua hamba, sebelum memberi minuh kelaurga dan anak-anak hamba. Pada suatu hari karna pekerjaan hamba mencari kayu, membuat hamba pergi terlampau jauh hingga tidak bisa pulang dan mereka pun tertidur menunggu kedatangan hamba. Sampai dirumah, hamba langsung memerah susu untuk keduanya, tapi mereka sudah tertidur pulas. Hamba merasa segan untuk membangunkan mereka dan hamba pun tidak mau memberi minum keluarga dan anak-anak hamba sebelum mereka berdua minum terlebih dahulu. Lalu hamba memutuskan untuk tetap menuggu dengan periuk di tangan hingga fajar menyingsing dan anak-anak hamba merintih kelaparan merajuk di kaki hamba. Tak lama kemudia kedua orang tua hamba bangun dan mereka bisa minum susu yang telah hamba siapkan. Ya, Allah, jika menurut-Mu hamba melakukan semua itu demi mengharap keridhaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari batu penghalang yang menimpa kami!’’ Tiba-tiba batu yang menyumbat mulut gua itu bergeser, tetapi belum cukup begi mereka untuk bisa keluar dari gua tersebut.
Salah seorang dari mereka yang lain berdoa, Ya, Allah, hamba dulu mepunyai saudara sepupu perempuan dan dia adalah orang yang paling hamba cintai. Hamba terus berusaha membujuknya untuk bercinta, namun ia menolak hasrat cinta hamba. Hingga akhirnya datang musim kemarau yang panjang (paceklik), ia pun menemui hamba, hamba memberinya 120 dinar dengan syarat ia mau melayani keinginan hamba, maka ia menyanggupinya. Sampai ketika hamba hendak menjamahnya, ia berkata, ‘’Takutlah kepada Allah! Dan janganlah engkau jamah kehormatanku ini, kecuali setelah menjadi hakmu.’’ Mendengar perkataan itu hamba pun pergi meniggalkannya. Dan dia tetap orang yang paling hamba cintai, kemudian hamba memberikan emas kepadanya. Ya, Allah, jika hamba melakukan perbuatan ini karna mengharap keridhaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari apa yang menimpa kami ini. Seketika itu, batu yang menutupi mulut gua itu terkuak, namun mereka masih belum bisa keluar dari gua tersebut.
Giliran lelaki yang ketiga berdoa, Ya, Allah, hamba dulu sering menyewa pekerja dan senantiasa memberikan mereka upah, kecuali seorang dari mereka yang pergi dan tidak tahu kemana perginya. Hamba pun memutuskan untuk menginvestasikan upah orang itu hingga menjadi banyak. Suatu ketika sipekerja itu datang kepada hamba dan berkata, ‘’Wahai hamba Allah, berikan kepadaku upah pekerjaanku dahulu!’’ Maka hamba berkata kepadanya, ‘’Semua yang engkau lihat, unta, sapi, kambing, dan budak-budak itu adalah upahmu.’’ Orang itu berkata, ‘’Wahai hamba Allah, janganlah bergurau denganku!’’ Hamba menjawab, ‘’Aku tidak bergurau!’’ Maka orang itu mengambil semua hartanya dan tidak menyisahkan sedikitpun dari harta itu. Ya, Allah, jika hamba melakukan semua itu demi mengharap keridhaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari musibah yang menimpa kami!’’ Maka terbukalah batu yang menyumbat mulut gua itu, sehingga mereka bertiga bisa keluar dari gua itu dengan selamat.’’ (HR.Bukhari dan Muslim)
‘’Wallahu’alam’’
Bismilahirrahmanirrahim
Rasulallah saw. Bercerita, ‘’Ada tiga orang dari umat sebelum kalian melakukan perjalanan hingga menjelang malam. Mereka pun bermalam di sebuah gua. Ketika mereka memasuki gua itu, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas bukit dan menyumbat mulut gua. Mereka berkata kepada diri mereka masing-masing, ‘’Kita tidak akan bisa menyelamatkan diri, melainkan bila memohon kepada Allah dengan perbuatan shahih yang pernah kita lakukan.’’
Salah seorang dari mereka bedoa, ‘’Ya, Allah, hamba dulu mempunyai bapak dan ibu yang sudah tua renta. Hamba senantiasa memberi minum kedua orang tua hamba, sebelum memberi minuh kelaurga dan anak-anak hamba. Pada suatu hari karna pekerjaan hamba mencari kayu, membuat hamba pergi terlampau jauh hingga tidak bisa pulang dan mereka pun tertidur menunggu kedatangan hamba. Sampai dirumah, hamba langsung memerah susu untuk keduanya, tapi mereka sudah tertidur pulas. Hamba merasa segan untuk membangunkan mereka dan hamba pun tidak mau memberi minum keluarga dan anak-anak hamba sebelum mereka berdua minum terlebih dahulu. Lalu hamba memutuskan untuk tetap menuggu dengan periuk di tangan hingga fajar menyingsing dan anak-anak hamba merintih kelaparan merajuk di kaki hamba. Tak lama kemudia kedua orang tua hamba bangun dan mereka bisa minum susu yang telah hamba siapkan. Ya, Allah, jika menurut-Mu hamba melakukan semua itu demi mengharap keridhaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari batu penghalang yang menimpa kami!’’ Tiba-tiba batu yang menyumbat mulut gua itu bergeser, tetapi belum cukup begi mereka untuk bisa keluar dari gua tersebut.
Salah seorang dari mereka yang lain berdoa, Ya, Allah, hamba dulu mepunyai saudara sepupu perempuan dan dia adalah orang yang paling hamba cintai. Hamba terus berusaha membujuknya untuk bercinta, namun ia menolak hasrat cinta hamba. Hingga akhirnya datang musim kemarau yang panjang (paceklik), ia pun menemui hamba, hamba memberinya 120 dinar dengan syarat ia mau melayani keinginan hamba, maka ia menyanggupinya. Sampai ketika hamba hendak menjamahnya, ia berkata, ‘’Takutlah kepada Allah! Dan janganlah engkau jamah kehormatanku ini, kecuali setelah menjadi hakmu.’’ Mendengar perkataan itu hamba pun pergi meniggalkannya. Dan dia tetap orang yang paling hamba cintai, kemudian hamba memberikan emas kepadanya. Ya, Allah, jika hamba melakukan perbuatan ini karna mengharap keridhaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari apa yang menimpa kami ini. Seketika itu, batu yang menutupi mulut gua itu terkuak, namun mereka masih belum bisa keluar dari gua tersebut.
Giliran lelaki yang ketiga berdoa, Ya, Allah, hamba dulu sering menyewa pekerja dan senantiasa memberikan mereka upah, kecuali seorang dari mereka yang pergi dan tidak tahu kemana perginya. Hamba pun memutuskan untuk menginvestasikan upah orang itu hingga menjadi banyak. Suatu ketika sipekerja itu datang kepada hamba dan berkata, ‘’Wahai hamba Allah, berikan kepadaku upah pekerjaanku dahulu!’’ Maka hamba berkata kepadanya, ‘’Semua yang engkau lihat, unta, sapi, kambing, dan budak-budak itu adalah upahmu.’’ Orang itu berkata, ‘’Wahai hamba Allah, janganlah bergurau denganku!’’ Hamba menjawab, ‘’Aku tidak bergurau!’’ Maka orang itu mengambil semua hartanya dan tidak menyisahkan sedikitpun dari harta itu. Ya, Allah, jika hamba melakukan semua itu demi mengharap keridhaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari musibah yang menimpa kami!’’ Maka terbukalah batu yang menyumbat mulut gua itu, sehingga mereka bertiga bisa keluar dari gua itu dengan selamat.’’ (HR.Bukhari dan Muslim)
‘’Wallahu’alam’’
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
SARAH DAN RAJA YANG ZALIM
28 01 2010
SARAH DAN RAJA YANG ZALIM
Bismillahirahmanirrahim
Abu Hurarah ra. Mengisahkan bahwa Rasulallah saw bersabda, ‘’Nabi Ibrahim adalah seorang nabi yang sama sekali tidak perbah berdusta, kecuali dalam tiga keadaan. Dua keadaan yang dilakukan demi Allah, yaitu ucapan Nabi Ibrahim ‘’Sesumngguhnya aku sakit’’ (Ash-Shaffat:88) dan ucapanya ‘’Sebenarnya patung besar inilah yang telah melakukannya.’’ Dan yang lain berkaitan dengan Sarah. Sebenarnya Ibrahim bersama Sarah pernah datang kewilayah seorang raja yang zalim. Sarah adalah seorang wanita yang paling cantik. Nabi Ibrahim berkata kepad Sarah. ‘’Sungguh jika raja zalim itu tahu bahwa kamu adalah isteriku, tentu dia akan memaksaku untuk menyerahkanmu. Jika ia bertanya padamu, maka katakan kepadanya bahwa kamu adalah saudara perempuanku. Sesungguhnya kamu memang saudara perempuanku dalam Islam. Karna di wilayah ini aku tidak melihat seorang muslim pun selain engkau dan aku.’’
Ketika Nabi Ibrahim memasuku wilayah raja zalim itu, salah seorang rakyatnya melihat Sarah. Lalu ia datang menghadap raja zalim tersebut dan melaporkannya, ‘’Telah datang ke wilayah paduka seorang wanita yang hanya patut menjadi milik paduka.’’ Kemudian raja tersebut mengirimkan utusan kepada Sarah dan membawanya pada saat Nabi Ibrahim as. Sedang melakukan shalat.
Tatkala Sarah dibawa kehadapan raja, sang raja tidak mempu menahan dirinya untuk memeluk Sarah, namun kedua tangannya serasa terkunci. Sangraja berkata pada Sarah, ‘’Berdoalah kepada Allah agar ia melepaskan tanganku. Aku berjanji tidak akan menganggumu.’’lalu Sarah berdoa, dan tangan sang raja pun sembuh. Namun ia mengulangi perbuatanya ingin memeluk Sarah, maka tangannya pun terkunci untuk kedua kalinya, lebih kuat dari yang pertama. Raja mengulangi ucapanya, dan Sarah mendoakannya, tangan sang raja pun sembuh. Akan tetapi lagi-lagi raja bermaksud memeluk Sarah, namun tangannya pun kembali terkunci, lebih kuat dari yang pertama dan kedua. Raja berkata, ‘’Brdoalah kepada Allah agar ia melepaskan tanganku. Demi Allah aku bersumpah tidak akan menganggumu lagi.’’ Sarah melakukan permintaannya dan tangan sangraja tersebut kembali sembuh. Lalu sang raja memangil orang yang membawa Sarah dan membentaknya. ‘’Yang kamu bawa kepadaku sebenarnya setan bukan manusia. Usir dia dari wilayahku dan hadiahkan hajar padanya.’’
Abu Hurarah meneruskan ceritanya, ‘’Sarah kembali dengan berjalan kaki. Ketika Nabi Ibrahim as. Melihatnya, beliau menyambutnya seraya berkata, ‘’Bagaimana kabarmu?’’ Sarah menjawab, ‘’Aku baik-baik saja. Allah telah mengunci tangan orang yang ingin membuat jahat dan memberiku seorang pembantu.’’ Abu Hurarah berkata, ‘’Dia (pembantu) itu adalah Ibu kalian, wahai orang-orang Arab.’’ (HR.Bukhari dan Muslim)
‘’Wallahu’alam’’
Bismillahirahmanirrahim
Abu Hurarah ra. Mengisahkan bahwa Rasulallah saw bersabda, ‘’Nabi Ibrahim adalah seorang nabi yang sama sekali tidak perbah berdusta, kecuali dalam tiga keadaan. Dua keadaan yang dilakukan demi Allah, yaitu ucapan Nabi Ibrahim ‘’Sesumngguhnya aku sakit’’ (Ash-Shaffat:88) dan ucapanya ‘’Sebenarnya patung besar inilah yang telah melakukannya.’’ Dan yang lain berkaitan dengan Sarah. Sebenarnya Ibrahim bersama Sarah pernah datang kewilayah seorang raja yang zalim. Sarah adalah seorang wanita yang paling cantik. Nabi Ibrahim berkata kepad Sarah. ‘’Sungguh jika raja zalim itu tahu bahwa kamu adalah isteriku, tentu dia akan memaksaku untuk menyerahkanmu. Jika ia bertanya padamu, maka katakan kepadanya bahwa kamu adalah saudara perempuanku. Sesungguhnya kamu memang saudara perempuanku dalam Islam. Karna di wilayah ini aku tidak melihat seorang muslim pun selain engkau dan aku.’’
Ketika Nabi Ibrahim memasuku wilayah raja zalim itu, salah seorang rakyatnya melihat Sarah. Lalu ia datang menghadap raja zalim tersebut dan melaporkannya, ‘’Telah datang ke wilayah paduka seorang wanita yang hanya patut menjadi milik paduka.’’ Kemudian raja tersebut mengirimkan utusan kepada Sarah dan membawanya pada saat Nabi Ibrahim as. Sedang melakukan shalat.
Tatkala Sarah dibawa kehadapan raja, sang raja tidak mempu menahan dirinya untuk memeluk Sarah, namun kedua tangannya serasa terkunci. Sangraja berkata pada Sarah, ‘’Berdoalah kepada Allah agar ia melepaskan tanganku. Aku berjanji tidak akan menganggumu.’’lalu Sarah berdoa, dan tangan sang raja pun sembuh. Namun ia mengulangi perbuatanya ingin memeluk Sarah, maka tangannya pun terkunci untuk kedua kalinya, lebih kuat dari yang pertama. Raja mengulangi ucapanya, dan Sarah mendoakannya, tangan sang raja pun sembuh. Akan tetapi lagi-lagi raja bermaksud memeluk Sarah, namun tangannya pun kembali terkunci, lebih kuat dari yang pertama dan kedua. Raja berkata, ‘’Brdoalah kepada Allah agar ia melepaskan tanganku. Demi Allah aku bersumpah tidak akan menganggumu lagi.’’ Sarah melakukan permintaannya dan tangan sangraja tersebut kembali sembuh. Lalu sang raja memangil orang yang membawa Sarah dan membentaknya. ‘’Yang kamu bawa kepadaku sebenarnya setan bukan manusia. Usir dia dari wilayahku dan hadiahkan hajar padanya.’’
Abu Hurarah meneruskan ceritanya, ‘’Sarah kembali dengan berjalan kaki. Ketika Nabi Ibrahim as. Melihatnya, beliau menyambutnya seraya berkata, ‘’Bagaimana kabarmu?’’ Sarah menjawab, ‘’Aku baik-baik saja. Allah telah mengunci tangan orang yang ingin membuat jahat dan memberiku seorang pembantu.’’ Abu Hurarah berkata, ‘’Dia (pembantu) itu adalah Ibu kalian, wahai orang-orang Arab.’’ (HR.Bukhari dan Muslim)
‘’Wallahu’alam’’
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
KISAH BAYI YANG BERBICARA PADA IBUNYA
28 01 2010
KISAH BAYI YANG BERBICARA PADA IBUNYA
Bismillahirahmanirrahim
Abu Hurarah ra mengisahkan, ‘’Seorang perempuan dari Bani Israel menyusui anaknya. Saat itu seorang lelaki berlalu menuggai kuda dengan penampilan menarik. Sang Ibu diam-diam bergumam, ‘’Ya, Allah, jadikanlah anakku seperti dia!’’ Seketika sang anak melepaskan tetek dan menatap wajah Ibunya. Ia pun berkata, Ya, Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti dia. ‘’Setelah itu ia kembali menikmati susu Ibunya.
Abu Hurarah ra berkata, ‘’Aku teringat Rasulallah saat beliau bercerita bahwa sewaktu kecil, beliau sering menghisab jempol jarinya saat beliau masih menyusu pada Ibunya.
Kemudian Abuhurarah berkata, ‘’Lalu ibu itu menyaksikan seorang budak wanita yang diseret-seret dan dipukuli sembari dituduh bahwa ia telah berzinah dan mencuri. Sibudak wanita itu hanya bisa menjawab tuduhan mereka dengan berkata, ‘’Aku serahkan segalanya pada Allah swt dan Dialah sebaik-baik penolong .’’Sang Ibu berkata dalam hatinya, ‘’Ya, Allah, janganlah Egkau jadikan anakku seperti budak itu!’’ Si bayi lagi-lagi melepas tetek Ibunya dan berkata, ‘’Ya, Allah, jadikanlah aku seperti dia!’’
Sang Ibu merasa keheranan. Ia bertanya kepada bayinya, ‘’Tadi saat seorang lelaki gagah lewat dan kemudian aku berdoa, Ya, Allah jadikanlah anakku seperti lelaki itu, kamu malah berkata, Ya, Allah janganlah Engkau jadikan aku seperti dia! Ketika melihat seorang budak wanita yang dipukuli oleh orang karna mereka menuduhnya berzinah dan mencuri. Dan aku berdoa Ya, Allah jangan kau jadikan anakku sepertinya, kamu malah mengatakan, Ya, Allah, jadikanlah aku seperti budak itu?’’Sibayi menjawab, ‘’Lelaki gagah itu adalah orang zalim. Oleh karna itu aku berdoa, Ya, Allah janganlah Engkau jadikan aku seperti dia. Sedangkan budak wanita itu ia dituduh mencuri, padahal sebenarnya dia tidak melakukannya. Maka aku memohon Ya, Allah jadikanlah aku seperti wanita itu. (HR.Bukhari dan Muslim)
‘’Wallahu’alam’’
Bismillahirahmanirrahim
Abu Hurarah ra mengisahkan, ‘’Seorang perempuan dari Bani Israel menyusui anaknya. Saat itu seorang lelaki berlalu menuggai kuda dengan penampilan menarik. Sang Ibu diam-diam bergumam, ‘’Ya, Allah, jadikanlah anakku seperti dia!’’ Seketika sang anak melepaskan tetek dan menatap wajah Ibunya. Ia pun berkata, Ya, Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti dia. ‘’Setelah itu ia kembali menikmati susu Ibunya.
Abu Hurarah ra berkata, ‘’Aku teringat Rasulallah saat beliau bercerita bahwa sewaktu kecil, beliau sering menghisab jempol jarinya saat beliau masih menyusu pada Ibunya.
Kemudian Abuhurarah berkata, ‘’Lalu ibu itu menyaksikan seorang budak wanita yang diseret-seret dan dipukuli sembari dituduh bahwa ia telah berzinah dan mencuri. Sibudak wanita itu hanya bisa menjawab tuduhan mereka dengan berkata, ‘’Aku serahkan segalanya pada Allah swt dan Dialah sebaik-baik penolong .’’Sang Ibu berkata dalam hatinya, ‘’Ya, Allah, janganlah Egkau jadikan anakku seperti budak itu!’’ Si bayi lagi-lagi melepas tetek Ibunya dan berkata, ‘’Ya, Allah, jadikanlah aku seperti dia!’’
Sang Ibu merasa keheranan. Ia bertanya kepada bayinya, ‘’Tadi saat seorang lelaki gagah lewat dan kemudian aku berdoa, Ya, Allah jadikanlah anakku seperti lelaki itu, kamu malah berkata, Ya, Allah janganlah Engkau jadikan aku seperti dia! Ketika melihat seorang budak wanita yang dipukuli oleh orang karna mereka menuduhnya berzinah dan mencuri. Dan aku berdoa Ya, Allah jangan kau jadikan anakku sepertinya, kamu malah mengatakan, Ya, Allah, jadikanlah aku seperti budak itu?’’Sibayi menjawab, ‘’Lelaki gagah itu adalah orang zalim. Oleh karna itu aku berdoa, Ya, Allah janganlah Engkau jadikan aku seperti dia. Sedangkan budak wanita itu ia dituduh mencuri, padahal sebenarnya dia tidak melakukannya. Maka aku memohon Ya, Allah jadikanlah aku seperti wanita itu. (HR.Bukhari dan Muslim)
‘’Wallahu’alam’’
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
LELAKI AHLI SURGA
28 01 2010
LELAKI AHLI SURGA
Bismillahirahmanirrahim
Anas bin Malik ra. Mengisahkan, ‘’Kami sedang duduk bersama Rasulallah saw. Beliau bersabda, ‘’Nanti akan lewat seorang ahli surga.’’ Saat itu juga seorang sahabat Anshar muncul sembari menyela-yela jengotnya untuk mengusap bekas wudhu. Tangan kirinya menebteng sendal. Keesokan harinya Rasulallah saw. Kembali mengatakan hal yang sama dan muncul sahabat Anshar itu. Dihari ketiga Rasulallah berkata seperti sebelumnya. Dan masih sahabat Anshar itu yang muncul. Ketika Rasulallah beranjak pergi , sahabat Abdullah bin Umar membuntuti sahabat Anshar itru. Ia berkata kepadanya, ‘’Aku sedang bertengkar dengan ayahku. Aku bersumpah tidak akan tingal bersamanya selama tiga hari. Jika engkau ijinkan, aku ingin tingal bersamamu selama itu.’’ Sahabat itu menjawab, ‘’Baiklah’’ Adullah bin Umar bercerita bahwa ia tingal bersamanya selama tiga hari. Selama itu ia tidak melihatnya bangun malam untuk beribadah, melainkan ketika bangun ia selalu berdoa dan bertakbir hingga menjelang shaalat subuh. Abdullah bin Umar mengisahkan, ‘’Aku hanya mendengar ia selalu mengucapkan kebaikan. Selama tiga malam itu hampir saja aku remehkan semua yang ia lakukan. Akhirny aku putuskan untuk bertanya kepadanya, ‘Wahai hamba Allah, sebenernya tidak pernah terjadi perselisihan antara aku dan ayhku. Aku mendengar Rasulallah saw. Berkata sebanyak tiga kali ‘Nanti akan lewat seorang ahli surga,’ ternyata kamulah orangnya. Aku lantas ingin tingal bersamamu untuk mengetahui lebih dekat semua yang kamu lakukan. Tetapi sampai saat ini aku tidak melihatmu melakukan sesuatu yang luar biasa dan berharga. Aku bertanya kepadamu , apa sebabnya yang menyebabkan Rasulallah mengatakan demikian?’’ sahabat itu menjawab, ‘’Aku hanyalah sebagaimana yang kamu lihat.’’ Mendengar jawabanya aku beranjak meniggalkannya. Tapi kemudian dia berseru, ‘’Aku hanyalah sebagaimana yang kamu lihat, tetapi memang tak pernah terbetik dalam hatiku perasaan dengki pada orang-orang muslim yang lain, atau iri terhaadap semu yang Allah anugrahkan kepada mereka.’’ Abdullah menimpali, ‘’ini dia yang menyebabkan kamu menjadi ahli surga.’’ (HR.Ahmad dengan sanad menurut syarat Bukhari, Muslim, dan An-Nasa’i)
‘’Wallahu’alam’’
Bismillahirahmanirrahim
Anas bin Malik ra. Mengisahkan, ‘’Kami sedang duduk bersama Rasulallah saw. Beliau bersabda, ‘’Nanti akan lewat seorang ahli surga.’’ Saat itu juga seorang sahabat Anshar muncul sembari menyela-yela jengotnya untuk mengusap bekas wudhu. Tangan kirinya menebteng sendal. Keesokan harinya Rasulallah saw. Kembali mengatakan hal yang sama dan muncul sahabat Anshar itu. Dihari ketiga Rasulallah berkata seperti sebelumnya. Dan masih sahabat Anshar itu yang muncul. Ketika Rasulallah beranjak pergi , sahabat Abdullah bin Umar membuntuti sahabat Anshar itru. Ia berkata kepadanya, ‘’Aku sedang bertengkar dengan ayahku. Aku bersumpah tidak akan tingal bersamanya selama tiga hari. Jika engkau ijinkan, aku ingin tingal bersamamu selama itu.’’ Sahabat itu menjawab, ‘’Baiklah’’ Adullah bin Umar bercerita bahwa ia tingal bersamanya selama tiga hari. Selama itu ia tidak melihatnya bangun malam untuk beribadah, melainkan ketika bangun ia selalu berdoa dan bertakbir hingga menjelang shaalat subuh. Abdullah bin Umar mengisahkan, ‘’Aku hanya mendengar ia selalu mengucapkan kebaikan. Selama tiga malam itu hampir saja aku remehkan semua yang ia lakukan. Akhirny aku putuskan untuk bertanya kepadanya, ‘Wahai hamba Allah, sebenernya tidak pernah terjadi perselisihan antara aku dan ayhku. Aku mendengar Rasulallah saw. Berkata sebanyak tiga kali ‘Nanti akan lewat seorang ahli surga,’ ternyata kamulah orangnya. Aku lantas ingin tingal bersamamu untuk mengetahui lebih dekat semua yang kamu lakukan. Tetapi sampai saat ini aku tidak melihatmu melakukan sesuatu yang luar biasa dan berharga. Aku bertanya kepadamu , apa sebabnya yang menyebabkan Rasulallah mengatakan demikian?’’ sahabat itu menjawab, ‘’Aku hanyalah sebagaimana yang kamu lihat.’’ Mendengar jawabanya aku beranjak meniggalkannya. Tapi kemudian dia berseru, ‘’Aku hanyalah sebagaimana yang kamu lihat, tetapi memang tak pernah terbetik dalam hatiku perasaan dengki pada orang-orang muslim yang lain, atau iri terhaadap semu yang Allah anugrahkan kepada mereka.’’ Abdullah menimpali, ‘’ini dia yang menyebabkan kamu menjadi ahli surga.’’ (HR.Ahmad dengan sanad menurut syarat Bukhari, Muslim, dan An-Nasa’i)
‘’Wallahu’alam’’
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
MUHASABAH
27 01 2010
MUHASABAH
Bismilahirahmanirrahim
Cara untuk mengatasi kekuasaan nafsu ammarah atas diri seorang mukmin adalah dengan selalu menginterospeksi dan menghadangnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Amad,
‘’Orang yang cerdas adalah orang yang menginterospeksi dirinya dan beramal untuk kehidupan sesudah mati, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan keinginan hawa nafsunya dan berangan-angan untuk mendapatkan sesuatu dari Allah’’
Imam Amad menceritakan bahwa Umar bin Khatab berkata, ‘’Introspeksilah dirimu sebelum ia dihisab dan timbang-timbanglah dirimu sebelum ia ditimbang, jika kamu menghisab dirimu sekarang, maka kamu akan lebih ringan pada hari kiamat kelak, dan berhiaslah untuk hari perkumpulan terbesar, يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ ‘Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (dari Allah).’’ (Al-Haaqqah:18)
Hasan berkata, ‘’Seorang mukmin akan bertanggungjawab atas dirinya sendiri, dia menghisab dirinya untuk Allah, hisab pada hari kiamat akan lebinh ringan bagi kaum yang menghisab dirinya di dunia, dan akan lebih berat bagi kaum yang membiarkan dirinya tanpa hisab.’’
Seorang mukmin akan kagum dan tertarik pada sesuatu, lalu berkata, ‘’Demi Allah, sungguh aku sangat mengiginkanmu, dan kamu benar-benar aku perlukan, namun Allah melarangku untuk mendekatimu, sehingga aku tidak mungkin mendapatkanmu, karna adanya penghalang antara aku dan kamu.’’ Tetapi sesuatu itu begitu menguasai hatinya, lalu dia melakukan introspeksidiri seraya berkata, ‘’Aku tidak menginginkan ini! Apa hubungannya aku dengan ini?! Demi Allah, aku tidak akan kembali kepada hal ini untuk selama-lamanya.’’ Orang-orang yang beriman adalah keum yang dibimbing oleh Al-Quran dalam menghadang kebinasaan, seorang mukmin adalah tawana di dunia yang berusaha membebaskan diri, tidak pernah merasa aman hingga bertemu dengan Allah, dia menyadari akan dihukum karna ulah pendegaran,penglihatan, lisan, dan angota-angota tubuhnya yang lain.’’
Malik bin Dinar berkata, ‘’Semoga Allah merahmati hamba yang berkata kepada dirinya sendiri, ‘Bukankah kamu pelaku dosa begini? Bukankah kamu pelaku dosa begini?, lalu dia mencelanya, kemudian mendiamkannya, setelah itu menharuskannya untuk mengikuti Al-Quran, dan menjadikannya sebagai pegangan.’’
Maka orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat wajib jangan sampai melalikan muhasabah, dan mempersempit gerakan nafsu dan diamnya, serta angan-angan hatinya, karna setiap nafas sepanjang hidup ini adalah mutiara yang sangat mahal dan bisa digunakan untuk membeli perbendaharaan harta dan kenikmatan yang tidak akan pernah habis dan rusak untuk selama-lamanya, sehingga menyia-nyiakan turun naiknya nafsu, atau mempergunakannya untuk membeli sesuatu yang akan mendatangkan kebinasaannya adalah kerugian yang sangat besar, hanya orang yang paling bodoh, dungu, dan tidak berakal yang akan melakukan teransaksi seperti itu dan kerugian ini akan tampak pada hari kiamat kelak, Allah berfirman,
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
‘’Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapanya, begitu (juga) kejahatan yang telah dia kerjakan, dia ingin kalau kiranay antara dia dengan hari itu ada masa yang jauh,’’ (Ali-Imran:30)
Muhasabah jiwa itu ada dua jenis: pertama, pra amal, dan yang kedua pasca amal.
Jenis yang pertama, seorang hamba hendaklah merenug beberapa saat jika suatu keinginan muncul, tidak langsung bertindak sehingga keunggulan mengerjakannya jelas lebih baik daripada menigalkannya. Hasan berkata, ‘’Semoga Allah merahmati seorang hamba yang merenug saat berniat untuk melakukan sesuatu, jika ia karna Allah, dia pantas meneruskannya, tapi jika tidak karna Allah, maka dia harus berusaha menahan diri dan tidak melakukannya.’’
Sebagian ulama menjelaskan apa yang disampaikan oleh Hasan Al-Basri ini, ‘’Jika jiwa tergerak untuk melakukan sesuatu amal, maka langkah pertam yang harus dia lakukan adalah merenug dan berpikir terlebih dahulu, apakah amal itu mampu dia lakukan, atau tidak, jika tidak, maka dia tidak akan melakukannya, namun jika mampu, dia akan kembali merenung dan berpikir, apakah mengerjakannya lebih baik daripada menigalkannya, atau sebaliknya, jika pilihannya jatuh pada yang kedua, maka dia akan meniggalkannya, sedamngkan jika pilihannya jatuh pada yang pertama, maka dia harus merenung kembali untuk ketiga kalinay, apakah pemicunya akan mendapatkan ridha dan pahala dari Allah Azza wa Jalla atau akan memperoleh pangkat, pujian, atau harta benda!!! Jika pilihannya jatuh pada jatuh pada yang kedua, maka dai harus meniggalkannya, meski dia akan memperoleh apa yang dia inginkan, agar jiwa tidak terbiasa melakukan kemusyrikan dan merasa mudah mengerjakan amal untuk selain Allah.
Jika seorang hamba sudah menghindari amal-amal selain Allah, maka akan semakin mudah pula baginya melakukan amal untuk Allah Ta’ala. Tapi jika pilihannya jatuh pada yang pertama,, dia kembali harus merenung dan berpikir, apakah dia akan mendapatkan bantuan atau penolong. Jika dalam melakukan amal dai akan mendapatkan bantuan, hendaklah dia merealisasikannya dengan izin Allah, niscaya dia akan memperoleh keuntungan. Dan jika tidak mendapatkan bantuan, sebaiknya dia berusaha menahan diri, sebagaimana Nabi saw tidak memerangi orang-orang musyrik di Makkah hingga beliau mempunyai kekuatan dan penolong. Jika dia mendapatkan bantuan, ketika itu dia boleh melakukannya dan akan sukses atas izin Allah. Sementara kesuksesan tidak akan dapat tercapai, kecuali dengan menghilangkan salah satu sifat dari sifat-sifat diatas, dan sebaliknya, dengan terhimpunya sifat-sifat, dia pasti akan mendapatkan kesuksesan, dan inilah empat perkara yang perlu direnugkan oleh seorang hamba sebelum beramal.
Jenis yang kedua, muhasabah jiwa pasca amal. Ini terdiri dari tiga macam:
Pertama, muhasabah jiwa dalam ketaatan, hak Allah yang tidak dia tunaikan dengan sempurna dan tidak pula menurut cara yang semestinya. Dan hak Allah dalam ketaatan terdiri dari enam perkara yaitu, ikhlas dalam beramal, setia kepada Allah dalam beramal, mencontoh Rasulallah saw dan mengerjakannya dengan ikhsan (seolah-olah melihat Allah atau dilihat oleh-Nya), merasakan anugrah Allah atasnya, dan mengakui keteledoran dan kekurangannya dalam beramal. Dia mengintrospeksi dirinya, apakah dia sudah menunaikan semua ini dengan sempurna atau masih sebaliknya?
Kedua, menghisab dirinya atas semua amal yang meniggalkannya jauh lebih baik daripada mengerjakannya.
Ketiga, menghisab dirinya atas semua yang mubah, mengapa dia mengerjakannya, dan apakah dia menginginkan Allah dan kampung akhirat, sehingga menjadi orang yang beruntung. Atau menginginkan dunia dan kesenagannya, sehingga tidak mendapatkan keuntungan apa-apa bahkan mendapatka kerugian.
Ada juga orang yang suka menunda-nunda amal, menolak muhasabah, langsung bertindak, dan menganggap mudah dan ringan, padahal semua itu akan mengantarkannya kejurang kebinasaan, beginilah keadaan orang yang terbedaya, dia tidak peduli dengan berbagai keburukan dan selalu berpegang pada ampunan Allah, sehingga dia meremehkan muhasabah dan tidak mempedulikan akibat perbuatannya yang tidak baik. Jika dia mencoba untuk muhasabah dirinya, namun mengerjakan dosa akan lebih mudah baginya, menyenagi dan sulit menghindarinya.
Allah berfirman, ‘’Agar dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka dan dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih’’ (Al-Ahzab:8)
Bila orang-orang yang benar saja akan ditanya dan dihisab tentang kebenaran mereka, lalu bagaimana dengan para pendusta?….sudah barang tentu meraka pun akan dihisab.
Manfaat muhasabah
1. Mengetahui cela diri, siapa yang tidak tahu cela dan kekurangaan dirinya, maka dia tidak akan mampu menghilangkan dan membuambuangnya.
Yunus bin Ubaid menceritakan, ‘’Sungguh aku mengetahui sifat-sifat terpuji, aku tidak mengetahui satupun diantaranya ada dalam diriku.’’
Muhammad bin Wasi berkata, ‘’Andaikata dosa mengeluarkan bau yang tidak sedap, tentu tidak akan ada yang mau mendatangi majlisku.’’
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Darda, dia berkata, ‘’Seseorang tidak benar-benar dikatakan ahli dalam agama, sehingga dia mencela orang-orang karna Allah, lalu dia mengoreksi dirinya sendiri dan mencacinya lebih keras dari yang pertama.’’
2. Mengetahui hak Allah, karna yang demikian itu akan membuaatnya mampu mencela dirinya sendiri dan membebaskannya dari sifat ujub dan ria, ia juga membukakan pintu ketundukan, kehinaan, dan kelemahan dihadapan Allah. Dan kesuksesan tidak akan dapat dicapai, kecuali dengan ampunan, dan Rahmat dari Allah semata, sebab termasuk haknya adalah dita’ati, tidak didurhakai, diingat tidak dilalaikan dan disyukuri serta tidak diingkari.
‘’Wallahu’alam’’
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Bismilahirahmanirrahim
Cara untuk mengatasi kekuasaan nafsu ammarah atas diri seorang mukmin adalah dengan selalu menginterospeksi dan menghadangnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Amad,
‘’Orang yang cerdas adalah orang yang menginterospeksi dirinya dan beramal untuk kehidupan sesudah mati, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan keinginan hawa nafsunya dan berangan-angan untuk mendapatkan sesuatu dari Allah’’
Imam Amad menceritakan bahwa Umar bin Khatab berkata, ‘’Introspeksilah dirimu sebelum ia dihisab dan timbang-timbanglah dirimu sebelum ia ditimbang, jika kamu menghisab dirimu sekarang, maka kamu akan lebih ringan pada hari kiamat kelak, dan berhiaslah untuk hari perkumpulan terbesar, يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ ‘Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (dari Allah).’’ (Al-Haaqqah:18)
Hasan berkata, ‘’Seorang mukmin akan bertanggungjawab atas dirinya sendiri, dia menghisab dirinya untuk Allah, hisab pada hari kiamat akan lebinh ringan bagi kaum yang menghisab dirinya di dunia, dan akan lebih berat bagi kaum yang membiarkan dirinya tanpa hisab.’’
Seorang mukmin akan kagum dan tertarik pada sesuatu, lalu berkata, ‘’Demi Allah, sungguh aku sangat mengiginkanmu, dan kamu benar-benar aku perlukan, namun Allah melarangku untuk mendekatimu, sehingga aku tidak mungkin mendapatkanmu, karna adanya penghalang antara aku dan kamu.’’ Tetapi sesuatu itu begitu menguasai hatinya, lalu dia melakukan introspeksidiri seraya berkata, ‘’Aku tidak menginginkan ini! Apa hubungannya aku dengan ini?! Demi Allah, aku tidak akan kembali kepada hal ini untuk selama-lamanya.’’ Orang-orang yang beriman adalah keum yang dibimbing oleh Al-Quran dalam menghadang kebinasaan, seorang mukmin adalah tawana di dunia yang berusaha membebaskan diri, tidak pernah merasa aman hingga bertemu dengan Allah, dia menyadari akan dihukum karna ulah pendegaran,penglihatan, lisan, dan angota-angota tubuhnya yang lain.’’
Malik bin Dinar berkata, ‘’Semoga Allah merahmati hamba yang berkata kepada dirinya sendiri, ‘Bukankah kamu pelaku dosa begini? Bukankah kamu pelaku dosa begini?, lalu dia mencelanya, kemudian mendiamkannya, setelah itu menharuskannya untuk mengikuti Al-Quran, dan menjadikannya sebagai pegangan.’’
Maka orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat wajib jangan sampai melalikan muhasabah, dan mempersempit gerakan nafsu dan diamnya, serta angan-angan hatinya, karna setiap nafas sepanjang hidup ini adalah mutiara yang sangat mahal dan bisa digunakan untuk membeli perbendaharaan harta dan kenikmatan yang tidak akan pernah habis dan rusak untuk selama-lamanya, sehingga menyia-nyiakan turun naiknya nafsu, atau mempergunakannya untuk membeli sesuatu yang akan mendatangkan kebinasaannya adalah kerugian yang sangat besar, hanya orang yang paling bodoh, dungu, dan tidak berakal yang akan melakukan teransaksi seperti itu dan kerugian ini akan tampak pada hari kiamat kelak, Allah berfirman,
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
‘’Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapanya, begitu (juga) kejahatan yang telah dia kerjakan, dia ingin kalau kiranay antara dia dengan hari itu ada masa yang jauh,’’ (Ali-Imran:30)
Muhasabah jiwa itu ada dua jenis: pertama, pra amal, dan yang kedua pasca amal.
Jenis yang pertama, seorang hamba hendaklah merenug beberapa saat jika suatu keinginan muncul, tidak langsung bertindak sehingga keunggulan mengerjakannya jelas lebih baik daripada menigalkannya. Hasan berkata, ‘’Semoga Allah merahmati seorang hamba yang merenug saat berniat untuk melakukan sesuatu, jika ia karna Allah, dia pantas meneruskannya, tapi jika tidak karna Allah, maka dia harus berusaha menahan diri dan tidak melakukannya.’’
Sebagian ulama menjelaskan apa yang disampaikan oleh Hasan Al-Basri ini, ‘’Jika jiwa tergerak untuk melakukan sesuatu amal, maka langkah pertam yang harus dia lakukan adalah merenug dan berpikir terlebih dahulu, apakah amal itu mampu dia lakukan, atau tidak, jika tidak, maka dia tidak akan melakukannya, namun jika mampu, dia akan kembali merenung dan berpikir, apakah mengerjakannya lebih baik daripada menigalkannya, atau sebaliknya, jika pilihannya jatuh pada yang kedua, maka dia akan meniggalkannya, sedamngkan jika pilihannya jatuh pada yang pertama, maka dia harus merenung kembali untuk ketiga kalinay, apakah pemicunya akan mendapatkan ridha dan pahala dari Allah Azza wa Jalla atau akan memperoleh pangkat, pujian, atau harta benda!!! Jika pilihannya jatuh pada jatuh pada yang kedua, maka dai harus meniggalkannya, meski dia akan memperoleh apa yang dia inginkan, agar jiwa tidak terbiasa melakukan kemusyrikan dan merasa mudah mengerjakan amal untuk selain Allah.
Jika seorang hamba sudah menghindari amal-amal selain Allah, maka akan semakin mudah pula baginya melakukan amal untuk Allah Ta’ala. Tapi jika pilihannya jatuh pada yang pertama,, dia kembali harus merenung dan berpikir, apakah dia akan mendapatkan bantuan atau penolong. Jika dalam melakukan amal dai akan mendapatkan bantuan, hendaklah dia merealisasikannya dengan izin Allah, niscaya dia akan memperoleh keuntungan. Dan jika tidak mendapatkan bantuan, sebaiknya dia berusaha menahan diri, sebagaimana Nabi saw tidak memerangi orang-orang musyrik di Makkah hingga beliau mempunyai kekuatan dan penolong. Jika dia mendapatkan bantuan, ketika itu dia boleh melakukannya dan akan sukses atas izin Allah. Sementara kesuksesan tidak akan dapat tercapai, kecuali dengan menghilangkan salah satu sifat dari sifat-sifat diatas, dan sebaliknya, dengan terhimpunya sifat-sifat, dia pasti akan mendapatkan kesuksesan, dan inilah empat perkara yang perlu direnugkan oleh seorang hamba sebelum beramal.
Jenis yang kedua, muhasabah jiwa pasca amal. Ini terdiri dari tiga macam:
Pertama, muhasabah jiwa dalam ketaatan, hak Allah yang tidak dia tunaikan dengan sempurna dan tidak pula menurut cara yang semestinya. Dan hak Allah dalam ketaatan terdiri dari enam perkara yaitu, ikhlas dalam beramal, setia kepada Allah dalam beramal, mencontoh Rasulallah saw dan mengerjakannya dengan ikhsan (seolah-olah melihat Allah atau dilihat oleh-Nya), merasakan anugrah Allah atasnya, dan mengakui keteledoran dan kekurangannya dalam beramal. Dia mengintrospeksi dirinya, apakah dia sudah menunaikan semua ini dengan sempurna atau masih sebaliknya?
Kedua, menghisab dirinya atas semua amal yang meniggalkannya jauh lebih baik daripada mengerjakannya.
Ketiga, menghisab dirinya atas semua yang mubah, mengapa dia mengerjakannya, dan apakah dia menginginkan Allah dan kampung akhirat, sehingga menjadi orang yang beruntung. Atau menginginkan dunia dan kesenagannya, sehingga tidak mendapatkan keuntungan apa-apa bahkan mendapatka kerugian.
Ada juga orang yang suka menunda-nunda amal, menolak muhasabah, langsung bertindak, dan menganggap mudah dan ringan, padahal semua itu akan mengantarkannya kejurang kebinasaan, beginilah keadaan orang yang terbedaya, dia tidak peduli dengan berbagai keburukan dan selalu berpegang pada ampunan Allah, sehingga dia meremehkan muhasabah dan tidak mempedulikan akibat perbuatannya yang tidak baik. Jika dia mencoba untuk muhasabah dirinya, namun mengerjakan dosa akan lebih mudah baginya, menyenagi dan sulit menghindarinya.
- Kesimpulannya, pertama-tama seorang hamba harus memuhasabah dirinya dalam hal-hal yang bersifat fardhu, bila dia merasa ada keraguan dalam melakukannya, baik dengan qadha ataupun dengan perbaikan. Kedua, dia mesti menghisabnya dengan larangan-larangan. Jika dia menyadari bahwa dirinya suadah melakukan kemaksiatan, dia akan memperbaiki dirinya dengan bertaubat, istighfar, dan kebaikan-kebaikan yang akan menghapuskan kesalahan. Ketiga, menghisab diri atas kelalaiannya,bila dia lalai dari tujuan utama penciptaannya, maka dia akan menyusulinya dengan zikir dan menghadap kepada Allah Ta’ala. Keempat, menghisabnya atas apa yang dia bicarakan, dilangkahkan kakinya, dipukul dengan tangannya atau didengar oleh telinganya, apa yang aku harapkan dari semua ini, mengapa aku harus mengerjakannya, untuk siapa aku mengerjakannya, dengan cara bagaimana aku mengerjakannya, dan dia harus menyadari bahwa dia akan mendapatkan dua pertanyaan bagi semua gerak dan kata. Untuj siapa kamu mengerjakannya? Dan bagaimana kamu mengerjakannya? Yang pertama adalah pertannyaan tentang keikhlasan, sedangkan yang kedua adalah pertanyaan tentang meneladani Rasulallah saw.
Allah berfirman, ‘’Agar dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka dan dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih’’ (Al-Ahzab:8)
Bila orang-orang yang benar saja akan ditanya dan dihisab tentang kebenaran mereka, lalu bagaimana dengan para pendusta?….sudah barang tentu meraka pun akan dihisab.
Manfaat muhasabah
1. Mengetahui cela diri, siapa yang tidak tahu cela dan kekurangaan dirinya, maka dia tidak akan mampu menghilangkan dan membuambuangnya.
Yunus bin Ubaid menceritakan, ‘’Sungguh aku mengetahui sifat-sifat terpuji, aku tidak mengetahui satupun diantaranya ada dalam diriku.’’
Muhammad bin Wasi berkata, ‘’Andaikata dosa mengeluarkan bau yang tidak sedap, tentu tidak akan ada yang mau mendatangi majlisku.’’
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Darda, dia berkata, ‘’Seseorang tidak benar-benar dikatakan ahli dalam agama, sehingga dia mencela orang-orang karna Allah, lalu dia mengoreksi dirinya sendiri dan mencacinya lebih keras dari yang pertama.’’
2. Mengetahui hak Allah, karna yang demikian itu akan membuaatnya mampu mencela dirinya sendiri dan membebaskannya dari sifat ujub dan ria, ia juga membukakan pintu ketundukan, kehinaan, dan kelemahan dihadapan Allah. Dan kesuksesan tidak akan dapat dicapai, kecuali dengan ampunan, dan Rahmat dari Allah semata, sebab termasuk haknya adalah dita’ati, tidak didurhakai, diingat tidak dilalaikan dan disyukuri serta tidak diingkari.
‘’Wallahu’alam’’
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
‘’TAWAKAL’’
26 01 2010
‘’TAWAKAL’’
Bismillahirohmanirrohim
Tawakal adalah, kesungguhan bersandarnya hati kepada Alloh Azza wa Jalla dalam mengundang kebaikan dan menolak keburukan dalam urusan dunia dan akhirat. Alloh berfirman, ‘’Siapa yang bertakwa kepada Alloh, niscaya dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak pernah di sangka. Dan siapa yang bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)-nya.’’ (Ath-Thalaq: 2-3)
Siapa mengejawantahkan takwa dan tawakal, dia akan mendapatkan kebaikan semua kebaikan dunia dan akhirat. Uamar bin Khotob ra menceritakan dari Nabi saw, beliau bersabda, ‘’Jika kamu sungguh-sungguh bertawakal kepada Alloh, pasti dia akan memberimu rizki seperti burung-burung yang berangkat pagi dengan perut kosong, dan kembali dengan perut penuh.’’ (HR.Tirmidz).
Abu Hatim Ar-Razi berkata, ‘’Hadits diatas adalah landasan utama tawakal dan termasuk salah satu sebab utama yang mendatangkan rizki.’’
Sa’id bin Jubair berkata, ‘’Tawakal adalah pokok iman.’’
Merealisasikan tawakal tidak bertentangan dengan ikhtiar atau usaha yang di tentukan Alloh agar semua usaha mendapatkan hasil, dan ketentuan-Nya berlaku seperti itu diantara hamba-hamba-Nya, karna Alloh memerintahkan untuk berbuat, disamping menyuruh bertawakal. Jadi berusaha dengan mengunakan angota-angota badan adalah salah satu bentuk keta’atan kepada Alloh, dan tawakal kepada-Nya dengan hati adalah wujud iman kepada-Nya. Alloh berfirman,
‘’Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagaalah kamu…..(An-Nsa:71)
Sahl berkata, ‘’Siapa yang mencela gerak, yakni dalam berusaha dan bekerja, sungguh dia telah mencela sunnah, dan siapa mencela tawakal, sungguh dia telah mencela iman.’’
Tawakal adalah sikap Nabi saw, sedangkan usaha adalah sunnahnya, siapa yang mengikuti sikapnya, janganlah sampai meninggalkan sunnahnya.
Ada yang mengatakan, ‘’ Tidak mau berusaha mencidrai syariat, sedangkan menyakini usaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal, akan mencidrai tauhid.’’
Amal yang dikerjakan hamba terbagi atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
Pertama, keta’atan-keta’atan yang diperintahkan Alloh dan dijadikan-Nya sebab keselamatan dari neraka dan masuk surga; jenis ini wajib dilakukan disertai oleh tawakal kepada Alloh, dan memohon pertolongan kepada-Nya dalam melakukannya, sebab tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dari-Nya dan apa yang dikehendaki Alloh pasti akan terjadi, sedangkan apa yang tidak dikehendaki-Nya tentu tidak akan ada dan tiada akan terjadi, maka siapa yang teledor dalam melakukannya, maka dia akan mendapatkan siksa di dunia dan di akhirat berdasarkan hukum agama dan hukum alam.
Yusuf bin Asbath berkata, ‘’Ada yang mengatakan: lakukan amal seperti orang yang tidak akan selamat tanpa melakukan amal tersebut, dan tawakallah seperti tawakal seorang yang tidak akan di timpa sesuatu kecuali sesuai dengan apa yang telah ditulis untuknya.’’
Kedua, sesuatu yang dijadikan Alloh sebagai kebiasaan umum di dunia. Dia memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melakukannya, seperti: makan ketika lapar, minum ketika haus, bernaung ketika panas, menghagatkan badan ketika kedinginan, dan sebagainya. Ini juga wajib dilakukan oleh seseorang, dan siapa yang teledor dalam melakukannya, hingga mendapatkan bahaya karna meniggalkannya, padahal dia mampu melakukannya, maka dia lalai dan berhak mendapat hukuman.
Ketiga, sesuatu yang dijadikan Alloh sebagai kebiasaan di dunia yang bersifat umum, namun terkadang dia menyalahi aturan itu untuk orang yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nay. Ia ada beberapa jenis, obat-obatan, misalnya, para ulama berselisih pendapat; apakah yang lebih utama bagi orang yang terserang penyakit: berobat atau tidak bagi orang yang telah merealisasikan tawakal kepada Alloh?….
Ada dua pendapat yang terkenal dalam masalah ini. Secara lahiriah, apa yang di sampaikan oleh Imam Amad menunjukan bahwa tawakal bagi orang yang sudah kuat tawakalnya, lebih utama berdasarkan hadits shahih, Nabi saw bersabda, ‘’Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.’’ Kemudian Rasulalloh melanjutkan, ‘’Mereka adalah orang-orang yang tidak percaya thiyarah (merasa sial dengan sesuatu), tidak minta dibacakan ruqyah, tidak memakai kay (memabakar kulit dengan besi yang di penaskan untuk pengobatan), dan bertawakal kepada Thannya.’’(HR.Bukhori dan Muslim)
Sedangkan ulama yang mengunggulkan berobat mengatakan, berobat adalah pilihan Nabi saw yang senantiasa dia lakukan, dan Nabi tidak akan mengerjakan sesuatu, kecuali yang lebih utama, dan mentakwilkan hadits diatas dengan ruqyah yang makruh yang di khawatirkan akan menimbulkan kemusyrikan. Dalilnya, Rasulalloh menyandingkannya dengan kay dan thiyarah yang sama-sama makruh.
Mujahid, Ikrimah, Nakha’I dan lebih dari satu ulama salaf berkata, ‘’Tidak ada keringanan untuk tidak berusaha secara total, kecuali untuk orang yang hatinya telah terputus secara total dari memerlukan makhluk.’’
Ishaq bin Rahawaih ditanya, ‘’Apakah seseorang diizinkan terjun kemedan perang tanpa bekal?’’ dia menjawab, jika orang tersebut seperti Adulloh bin Jbair, boleh, tetapi jika tidak demikian, dia tidak diperkenankan terjun ke medan perang tanpa bekal.’’
‘’Wallohu’alam’’
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Bismillahirohmanirrohim
Tawakal adalah, kesungguhan bersandarnya hati kepada Alloh Azza wa Jalla dalam mengundang kebaikan dan menolak keburukan dalam urusan dunia dan akhirat. Alloh berfirman, ‘’Siapa yang bertakwa kepada Alloh, niscaya dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak pernah di sangka. Dan siapa yang bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)-nya.’’ (Ath-Thalaq: 2-3)
Siapa mengejawantahkan takwa dan tawakal, dia akan mendapatkan kebaikan semua kebaikan dunia dan akhirat. Uamar bin Khotob ra menceritakan dari Nabi saw, beliau bersabda, ‘’Jika kamu sungguh-sungguh bertawakal kepada Alloh, pasti dia akan memberimu rizki seperti burung-burung yang berangkat pagi dengan perut kosong, dan kembali dengan perut penuh.’’ (HR.Tirmidz).
Abu Hatim Ar-Razi berkata, ‘’Hadits diatas adalah landasan utama tawakal dan termasuk salah satu sebab utama yang mendatangkan rizki.’’
Sa’id bin Jubair berkata, ‘’Tawakal adalah pokok iman.’’
Merealisasikan tawakal tidak bertentangan dengan ikhtiar atau usaha yang di tentukan Alloh agar semua usaha mendapatkan hasil, dan ketentuan-Nya berlaku seperti itu diantara hamba-hamba-Nya, karna Alloh memerintahkan untuk berbuat, disamping menyuruh bertawakal. Jadi berusaha dengan mengunakan angota-angota badan adalah salah satu bentuk keta’atan kepada Alloh, dan tawakal kepada-Nya dengan hati adalah wujud iman kepada-Nya. Alloh berfirman,
‘’Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagaalah kamu…..(An-Nsa:71)
Sahl berkata, ‘’Siapa yang mencela gerak, yakni dalam berusaha dan bekerja, sungguh dia telah mencela sunnah, dan siapa mencela tawakal, sungguh dia telah mencela iman.’’
Tawakal adalah sikap Nabi saw, sedangkan usaha adalah sunnahnya, siapa yang mengikuti sikapnya, janganlah sampai meninggalkan sunnahnya.
Ada yang mengatakan, ‘’ Tidak mau berusaha mencidrai syariat, sedangkan menyakini usaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal, akan mencidrai tauhid.’’
Amal yang dikerjakan hamba terbagi atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
Pertama, keta’atan-keta’atan yang diperintahkan Alloh dan dijadikan-Nya sebab keselamatan dari neraka dan masuk surga; jenis ini wajib dilakukan disertai oleh tawakal kepada Alloh, dan memohon pertolongan kepada-Nya dalam melakukannya, sebab tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dari-Nya dan apa yang dikehendaki Alloh pasti akan terjadi, sedangkan apa yang tidak dikehendaki-Nya tentu tidak akan ada dan tiada akan terjadi, maka siapa yang teledor dalam melakukannya, maka dia akan mendapatkan siksa di dunia dan di akhirat berdasarkan hukum agama dan hukum alam.
Yusuf bin Asbath berkata, ‘’Ada yang mengatakan: lakukan amal seperti orang yang tidak akan selamat tanpa melakukan amal tersebut, dan tawakallah seperti tawakal seorang yang tidak akan di timpa sesuatu kecuali sesuai dengan apa yang telah ditulis untuknya.’’
Kedua, sesuatu yang dijadikan Alloh sebagai kebiasaan umum di dunia. Dia memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melakukannya, seperti: makan ketika lapar, minum ketika haus, bernaung ketika panas, menghagatkan badan ketika kedinginan, dan sebagainya. Ini juga wajib dilakukan oleh seseorang, dan siapa yang teledor dalam melakukannya, hingga mendapatkan bahaya karna meniggalkannya, padahal dia mampu melakukannya, maka dia lalai dan berhak mendapat hukuman.
Ketiga, sesuatu yang dijadikan Alloh sebagai kebiasaan di dunia yang bersifat umum, namun terkadang dia menyalahi aturan itu untuk orang yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nay. Ia ada beberapa jenis, obat-obatan, misalnya, para ulama berselisih pendapat; apakah yang lebih utama bagi orang yang terserang penyakit: berobat atau tidak bagi orang yang telah merealisasikan tawakal kepada Alloh?….
Ada dua pendapat yang terkenal dalam masalah ini. Secara lahiriah, apa yang di sampaikan oleh Imam Amad menunjukan bahwa tawakal bagi orang yang sudah kuat tawakalnya, lebih utama berdasarkan hadits shahih, Nabi saw bersabda, ‘’Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.’’ Kemudian Rasulalloh melanjutkan, ‘’Mereka adalah orang-orang yang tidak percaya thiyarah (merasa sial dengan sesuatu), tidak minta dibacakan ruqyah, tidak memakai kay (memabakar kulit dengan besi yang di penaskan untuk pengobatan), dan bertawakal kepada Thannya.’’(HR.Bukhori dan Muslim)
Sedangkan ulama yang mengunggulkan berobat mengatakan, berobat adalah pilihan Nabi saw yang senantiasa dia lakukan, dan Nabi tidak akan mengerjakan sesuatu, kecuali yang lebih utama, dan mentakwilkan hadits diatas dengan ruqyah yang makruh yang di khawatirkan akan menimbulkan kemusyrikan. Dalilnya, Rasulalloh menyandingkannya dengan kay dan thiyarah yang sama-sama makruh.
Mujahid, Ikrimah, Nakha’I dan lebih dari satu ulama salaf berkata, ‘’Tidak ada keringanan untuk tidak berusaha secara total, kecuali untuk orang yang hatinya telah terputus secara total dari memerlukan makhluk.’’
Ishaq bin Rahawaih ditanya, ‘’Apakah seseorang diizinkan terjun kemedan perang tanpa bekal?’’ dia menjawab, jika orang tersebut seperti Adulloh bin Jbair, boleh, tetapi jika tidak demikian, dia tidak diperkenankan terjun ke medan perang tanpa bekal.’’
‘’Wallohu’alam’’
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
MENERIMA TAKDIR ALLOH
25 01 2010
MENERIMA TAKDIR ALLOH
Bismillahirohmanirrohim
Manusia dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukai, mempunyai dua tingkatan: ‘’Tingkatan Ridho dan Tingkatan Sabar’’. Ridho adalah keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah kewajiban dan keharusan atas seorang mukmin. Orang yang ridho terkadang dapat memperhatikan hikmah dari ujian dan sis positifnya bagi seorang hamba. Dan tidak berburuk sangka kepada Alloh swt. Adakalanya mereka memperhatikan besarnya ujian dan alangkah sempurna dan mulianya Alloh, lalu mereka tengelam dalam menyaksikannya hinga lupa dengan rasa sakit dan derita, ini hanya akan dicapai oleh orang-orang khusus dari kalangan ahli ma’rifat dan mahabbah, bahkan terkadang mereka justeru menikmati cobaan itu, karna mereka menyadari bahwa ia datang dari kekasihnya.
Perbedaan antara ridho dan sabar: sabar berarti menahan diri dan mencegahnya dari membenci dengan disertai adanya rasa marah, berusaaha membuang rasa marah dan menahan angota badan untuk mengikuti keinginan hawa nafsu, sedangkan ridho adalah kelapangan dada dan ketenagannya menerima ketentuan Alloh, membiarkan dan tidak peduli dengan rasa sakit, meski rasa sakit itu sebenarnya ada, namun ridho akan meringankannya dengan ruh keyakinan dan ma’rifah yang merasuk kedalam hati, jika ridho semakin kuat, boleh jadi ia akan dapat menghilangkan rasa sakit yang ada secara total.
Tirmidzi meriwayatkan dari Anas ra, Nabi saw bersabda,
‘’Sesungguhnya bila Alloh mencintai suatu kaum, dia akan menguji mereka, maka siapa yang ridho, dia akan mendapatakan keridhoan dan siapa yang marah, maka dia akan mendapatkan murka’’.
Ibnu Masud ra berkata, ‘’Sesungguhnya Alloh dengan keadilan dan ilmu-Nya mengantungkan kenyamanan dan kegembiraan pada keyakinan dan ridho, dan menghubungkan kesusahan dan kesedihan dengan keraguan dan ketidaksenagan.’’
Alloh berfirman,
‘’Dan siapa yang beriman kepada Alloh, niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.’’(At-Taghabun:11) Alqamah mengomentari ayat diatas: ‘’Maksudnya adalah musibah yang menimpa seseorang, lalu dia mengetahui bahwa ia berasala dari sis Alloh, lalu dia pun pasrah dan ridho menerimanya.’’
Tentang firmana Alloh,
‘’Maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.’’
(An-Nahal:97)
Ali bin Abi Thalib ra melihat Adi bin Hatim sedih, dia bertanya, ‘’Mengapa anda tampak sedih?’’ dia menjawab, ‘’Bagaimana aku tidak akan sedih, sedang kedua anakku telah terbunuh dan mataku telah tercongkel.’’ Ali berkata, ‘’Wahai Adi, siapa yang ridho dengan ketentuan Alloh, musibah akan tetap menimpanya, namun dia akan mendapatkan pahala, dan siapa tidak ridho dengan ketentuan Alloh, ia akan tetap menimpanay , tanpa mendapatkan pahala.’’
Abu Darda mengunjungi orang yang sedang sekarat dan dia memuji Alloh, Abu Darda berkata, ‘’Kamu benar,karna jika Alloh memutuskan keputusan, dia senag bila keputusan itu diridhoi.’’
Hasan berkata, ‘’Siapa yang ridho dengan apa yang dibagikan untuknya, Alloh akan memberinya kelapangan dan berkah, dan siapa tidak ridho, Alloh tidak akan memberikan kelapangan dan tidakpula memberkahinya.’’
Umar bin Abdul Aziz berkata, ‘’Aku tidak lagi punya kebahagiaan, selain menerima ketentuan takdir.’’ Ada yang bertanya kepadanya, ‘’Apa yang anda inginlkan?’’ dia menjawab, ‘’Apa saja yang ditakdirkan Alloh Azza wa Jalla.’’
Abdul Wahid bin Zaid berkata, ‘’Rdho adalah pintu Alloh terbesar, surga dunia, dan tempat peristirahatan ahli ibadah.’’
Sebagian ulama berkata, ‘’Di akhirat nanti tidaka akan terlihat orang yang derajatnya lebih tinggi dari orang-orang yang ridho terhadap ketentuan Alloh dalam berbagai situasi, siapa Alloh anugrahi ridho, sungguh dia telah mencapai tingkatan paling utama.’’
Suatu pagi orang arab baduwi menemukan unta-untanya banyak yang mati, dia berkata, ‘’Demi dzat yang diriku merupakan seorang hamba diantara hamba-hambanya, kalau bukanlah karna kedengkian orang-orang yang dengki, tentu aku tidak senag menerima cobaan ditakdirkan Alloh.’’
‘’Wallohu’alam’’
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Bismillahirohmanirrohim
Manusia dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukai, mempunyai dua tingkatan: ‘’Tingkatan Ridho dan Tingkatan Sabar’’. Ridho adalah keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah kewajiban dan keharusan atas seorang mukmin. Orang yang ridho terkadang dapat memperhatikan hikmah dari ujian dan sis positifnya bagi seorang hamba. Dan tidak berburuk sangka kepada Alloh swt. Adakalanya mereka memperhatikan besarnya ujian dan alangkah sempurna dan mulianya Alloh, lalu mereka tengelam dalam menyaksikannya hinga lupa dengan rasa sakit dan derita, ini hanya akan dicapai oleh orang-orang khusus dari kalangan ahli ma’rifat dan mahabbah, bahkan terkadang mereka justeru menikmati cobaan itu, karna mereka menyadari bahwa ia datang dari kekasihnya.
Perbedaan antara ridho dan sabar: sabar berarti menahan diri dan mencegahnya dari membenci dengan disertai adanya rasa marah, berusaaha membuang rasa marah dan menahan angota badan untuk mengikuti keinginan hawa nafsu, sedangkan ridho adalah kelapangan dada dan ketenagannya menerima ketentuan Alloh, membiarkan dan tidak peduli dengan rasa sakit, meski rasa sakit itu sebenarnya ada, namun ridho akan meringankannya dengan ruh keyakinan dan ma’rifah yang merasuk kedalam hati, jika ridho semakin kuat, boleh jadi ia akan dapat menghilangkan rasa sakit yang ada secara total.
Tirmidzi meriwayatkan dari Anas ra, Nabi saw bersabda,
‘’Sesungguhnya bila Alloh mencintai suatu kaum, dia akan menguji mereka, maka siapa yang ridho, dia akan mendapatakan keridhoan dan siapa yang marah, maka dia akan mendapatkan murka’’.
Ibnu Masud ra berkata, ‘’Sesungguhnya Alloh dengan keadilan dan ilmu-Nya mengantungkan kenyamanan dan kegembiraan pada keyakinan dan ridho, dan menghubungkan kesusahan dan kesedihan dengan keraguan dan ketidaksenagan.’’
Alloh berfirman,
‘’Dan siapa yang beriman kepada Alloh, niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.’’(At-Taghabun:11) Alqamah mengomentari ayat diatas: ‘’Maksudnya adalah musibah yang menimpa seseorang, lalu dia mengetahui bahwa ia berasala dari sis Alloh, lalu dia pun pasrah dan ridho menerimanya.’’
Tentang firmana Alloh,
‘’Maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.’’
(An-Nahal:97)
Ali bin Abi Thalib ra melihat Adi bin Hatim sedih, dia bertanya, ‘’Mengapa anda tampak sedih?’’ dia menjawab, ‘’Bagaimana aku tidak akan sedih, sedang kedua anakku telah terbunuh dan mataku telah tercongkel.’’ Ali berkata, ‘’Wahai Adi, siapa yang ridho dengan ketentuan Alloh, musibah akan tetap menimpanya, namun dia akan mendapatkan pahala, dan siapa tidak ridho dengan ketentuan Alloh, ia akan tetap menimpanay , tanpa mendapatkan pahala.’’
Abu Darda mengunjungi orang yang sedang sekarat dan dia memuji Alloh, Abu Darda berkata, ‘’Kamu benar,karna jika Alloh memutuskan keputusan, dia senag bila keputusan itu diridhoi.’’
Hasan berkata, ‘’Siapa yang ridho dengan apa yang dibagikan untuknya, Alloh akan memberinya kelapangan dan berkah, dan siapa tidak ridho, Alloh tidak akan memberikan kelapangan dan tidakpula memberkahinya.’’
Umar bin Abdul Aziz berkata, ‘’Aku tidak lagi punya kebahagiaan, selain menerima ketentuan takdir.’’ Ada yang bertanya kepadanya, ‘’Apa yang anda inginlkan?’’ dia menjawab, ‘’Apa saja yang ditakdirkan Alloh Azza wa Jalla.’’
Abdul Wahid bin Zaid berkata, ‘’Rdho adalah pintu Alloh terbesar, surga dunia, dan tempat peristirahatan ahli ibadah.’’
Sebagian ulama berkata, ‘’Di akhirat nanti tidaka akan terlihat orang yang derajatnya lebih tinggi dari orang-orang yang ridho terhadap ketentuan Alloh dalam berbagai situasi, siapa Alloh anugrahi ridho, sungguh dia telah mencapai tingkatan paling utama.’’
Suatu pagi orang arab baduwi menemukan unta-untanya banyak yang mati, dia berkata, ‘’Demi dzat yang diriku merupakan seorang hamba diantara hamba-hambanya, kalau bukanlah karna kedengkian orang-orang yang dengki, tentu aku tidak senag menerima cobaan ditakdirkan Alloh.’’
‘’Wallohu’alam’’
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar »
Kategori : Uncategorized
MENCINTAI ALLOH
22 01 2010
MENCINTAI ALLOH
Bismillahirohmanirrohim
Mahabbahtulloh (mencintai Alloh) adalah titik klimaks dari maqam dan derajat tertinggi. Semua maqam setelah dicapainya mahabbah, hanyalah salah satu buah diantara sekian banyak buahnya dan pelengkap,seperti rindu, rasa yaman dan ridho, dan seluruh maqam sebelum dicapainya mahabbah adalah, sebagai gerbang diantara sekian banyak gerbang, seperti taubat, sabar, zuhud, dan sebagainya.
Cinta yang paling bermanfaat, paling tinggi, dan paling mulia, secara mutlak adalah, cinta kepada dzat Alloh, dia ciptaakan untuk mencintai-Nya, dan manusia diwujudkan untuk mempertuhankan-Nya. Karna Alloh adalah dzat yang dituhakan hati dengan cinta, pengagungan, pemuliaan, penghinaan diri kepada-Nya, kepatuhan, dan beribadah. Ibadah tidak layak kecuali untuk-Nya, dan makna ibadah adalah kesempurnaan cinta disertai kesempurnaan ketundukan dan penghibaan diri. Alloh dicintai karna dzat-Nya dari semua sisi, sedang sesuatu selain Alloh dicitai, adalah karna cinta kepada-Nya. Kewajiban mencintai Alloh ditunjukan oleh semua kitab-kitab-Nya yang dia turunkan, dakwah semua Rasul, sesuai dengan manusia, dia ciptakan akal dalam dirinya, dan berbagai nikmat dia anugrahkan kepada merka secara sempurna, karna hati tercipta dengan pembawaan mencintai orang yang memberi kenikmatan dan berbuat baik kepadanya, lalu bagaimana dengan dzat yang semua kebaikan berasal dari-Nya dan seluruh kenikmatan makhluk-Nya bersumber dari-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya, Alloh berfirman, Baca entri selengkapnya »
Bismillahirohmanirrohim
Mahabbahtulloh (mencintai Alloh) adalah titik klimaks dari maqam dan derajat tertinggi. Semua maqam setelah dicapainya mahabbah, hanyalah salah satu buah diantara sekian banyak buahnya dan pelengkap,seperti rindu, rasa yaman dan ridho, dan seluruh maqam sebelum dicapainya mahabbah adalah, sebagai gerbang diantara sekian banyak gerbang, seperti taubat, sabar, zuhud, dan sebagainya.
Cinta yang paling bermanfaat, paling tinggi, dan paling mulia, secara mutlak adalah, cinta kepada dzat Alloh, dia ciptaakan untuk mencintai-Nya, dan manusia diwujudkan untuk mempertuhankan-Nya. Karna Alloh adalah dzat yang dituhakan hati dengan cinta, pengagungan, pemuliaan, penghinaan diri kepada-Nya, kepatuhan, dan beribadah. Ibadah tidak layak kecuali untuk-Nya, dan makna ibadah adalah kesempurnaan cinta disertai kesempurnaan ketundukan dan penghibaan diri. Alloh dicintai karna dzat-Nya dari semua sisi, sedang sesuatu selain Alloh dicitai, adalah karna cinta kepada-Nya. Kewajiban mencintai Alloh ditunjukan oleh semua kitab-kitab-Nya yang dia turunkan, dakwah semua Rasul, sesuai dengan manusia, dia ciptakan akal dalam dirinya, dan berbagai nikmat dia anugrahkan kepada merka secara sempurna, karna hati tercipta dengan pembawaan mencintai orang yang memberi kenikmatan dan berbuat baik kepadanya, lalu bagaimana dengan dzat yang semua kebaikan berasal dari-Nya dan seluruh kenikmatan makhluk-Nya bersumber dari-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya, Alloh berfirman, Baca entri selengkapnya »
’RACUN HATI’’
20 01 2010
‘’RACUN HATI’’
Bismilahirohmanirrohim
Ketahuilah, bahwa semua kemaksiatan
tanpa terkecuali adalah racun hati, dan sekaligus merupakan penyebab
utama bagi sakit dan kebinasaan hati, ia sangat berpengaruh pada
sakitnya hati dan selalu merongrong untuk berkehendak selain kehendak
Alloh Azza wajjala, dan menjadi penyebab utama bagi bertambah parahnya
penyakit hati.
Ibnul Mbarak mengatakan,
‘’Aku melihat dosa mematikan hati
Dan kebiasaan melakukannya menyebabkan kehinaan
Meniggalkan dosa adalah sebab hidupnya hati
Maka yang terbaik begi hati anda adalah meniggalkannya’’
Maka siapa yang menginginkan hati yang sehat
dan hidup, maka dia harus membersihkannya dari pengeruh racun-racun
tersebut, menjaganya dengan tidak meminum racun-racun baru, apabila ia
minum sedikit saja walaupun tanpa sengaja, dia harus segera menghapus
pengaruhnya dengan bertaubat dan beristighfar, serta melakukan berbagai
kebaikan yang mampu menghapuskannya. Diantara racun-racun hati adalah
sebagai berikut :
a. Banyak bicara
Diriwayatkan dalam Al-Musnad dari anas dari Rasulalloh saw bersabda,
‘’Tidak akan lurus iman seorang hamba, hingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya, hingga lurus lisanya.’’
Rasulalloh mensyaratkan lurusnya iman
dengan lurusnya hati, lalu mensyaratkan lurusnya hati dengan lurusnya
lisan. Dalam Jami’Tirmidz dari hadis Ibnu Umar secara marfu’,
‘’Jangan banyak bicara dengan selain
zikrulloh, karna banyak bicara dengan selain zikrulloh akan memperkeras
hati, dan orang-orang yang jauh dari Alloh adalah orang yang keras
hatinya.’’
Umar bin khotob ra berkata, ‘’’Siapa
yang banyak bicara, akan banyak pula kesalahanya, dan siapa yang banyak
kesalahnya, akan banyak pula dosanya, dan siapa yang banyak dosanya,
maka neraka adalah tempat yang paling pantas untuknya.’’
Dalam hadis Mu’adz Rasulalloh bersabda,
‘’….maukah kamu aku beritahu penyebab
semua ini?…aku menjawab, tentu wahai Rasulalloh. Rasulalloh memegang
lidahnya lalu bersabda, ‘’peliharalah ini’’ aku bertanya, wahai
Rasulalloh, apakah kita akan di hukum karna pembicaraan kita?..
Rasulalloh menjawab, ‘ semoga Ibumu merasa kehilangan atas kematianmu
wahai Mu’adz, bukankah orang-orang ditelungkupkan wajahnya atau
hidungnya di neraka hanya karna buah lisanya?’’ (HR.Tirmidzi). maka buah
lisanya adalah sebagai balasan dari perkataan haram yang di ucapkan
lidahnya, karna seseorang akan menanam kebaikan dan keburukan dengan
perkataan dan perbuatan, dan pada hari kiamat nanti, dia akan menuai apa
yang ia tanam di dunia. Siapa yang menanam perkataan dan perbuatan
baik, maka dia akan menuai kemuliaan, dan siapa menama perkataan dan
perbuatan yang buruk, maka pada hari kiamat dia akan menuai kehinaan dan
kesengsaraan.
Dalam hadis Abu Hurarah,
‘’Penyebab yang paling banyak memasukan manusia ke neraka adalah dua lubang: mulut dan kemaluan.’’ (HR.Ahmad dan Tirmidzi). Dalam Ash-Shahiain dari Abu Hurarah ra, Rasulalloh bersabda, ‘’Seseorang
mengucapkan suatu kaliamat yang kurang jelas, maka ia akan mengiringnya
ke neraka lebih jauh dari jarak timur dan barat.’’ Dan Tirmidzi mentakhrijj-nya dengan lafadz, ‘’
Seseorang yang mengucapkan suatu kaliamat yang ia angap biasa, ternyata
ia menjerumuskannya ke neraka selama tujuh pulih tahun.’’
Uqbah bin Amir menceritakan,
‘’Aku bertanya, Wahai Rasulalloh, apa
maksud keselamatan?.. beliau menjawab, ‘ jagalah lisan, tetaplah di
rumah, dan tangisilah kesalahn dan dosa-dosamu.’’ (HR.Bukhori dan
Muslim). Rasulalloh bersabda, ‘’ Siapa yang mampu mengendalikan apa yang
ada di antara dua bibir (lidah) dan dua paha (kehormata)-nya utukku,
maka aku akan menjamin surga untuknya.’’(HR.Bukhori). Sabdanya dalam
Ash-Shahihain dari Abu Hurairah ra, Rasulalloh bersabda, ‘’ Siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, hendaklah dia mengatakan yang baik atau diam.’’
Rasulalloh memerintahkan untk selalu
mengatakan yang baik atau lebih baik diam daripada mengatakan yang tidak
baik, sebab satu perkataan adkalanya baik, sehingga seorang hamba di
perintahkan mengucapkannya, dan terkadang buruk, sehingga ia di
perintahkan untuk tidak mengatakannya.
Tirmidzi dab Ibnu Ma’jah mentakhrijj hadis Ummu Habibah ra, Rasulalloh bersabda,
‘’Semua perkataan anak adam merugikannya dan tidak ada yang menguntungkannya, kecuali amar makruf nahi mungkar dan zikrulloh.’’
Dari atsar:
Umar bin Khotob menemui Abu Bakar ra dan
mendapatinya sedang menarik lidah dengan tangannya, dia bertannya,
‘’Semoga Alloh mengampunimu, apa yang terjadi?’’ Abu Bakar menjawab,
‘’ini lah yang akan menjerumuskan aku ke berbagai jurang.’’
Abdulloh bin Mas’ud berkata, ‘’Demi Alloh yang tidak ada tuhan selain dia, tidak ada sesuatu pun yang butuh lebih lama dipenjara selain lisanku’’. Dia mengatakan ‘’wahai
lisan, katakanlah kebaikan, niscaya kamu akan beruntung, dan diamlah
jangan mengatakan keburukan, niscaya kamu akan selamat sebelum kamu
menyesal.’’
Abu Hurairah mencritakan, dari Ibnu Abbas,
ia berkata, ‘’Aku mendengar bahwa anggota tubuh manusia tidak ada yang
paling ia benci dan paling ia murkai pada hari kiamat melebihi lisanya,
kecuali orang yang mengunakannya untuk mengatakan kebaikan atau
mendiktenkannya.’’
Hasan berkata, ‘’Tidaklah dinamakan sesorang memelihara agama bagi orang yang tidak menjaga lisanya.’’
Penyakit lisan yang paling ringan
bahayanya adalah, perkataan yang tidak bermanfaat, dan cukuplah sabda
Rasulalloh saw berikut ini yang menjelaskan bahaya lisan,
‘’Diantara tanda keislaman sesorang itu baik adalah, dia meniggalkan apa yang tidak akan mendatangkan manfaat.’’ (HR.Tirmidzi)
Abu Ubaidah meriwayatkan dari hasan, ia berkata, ‘’Salah
satu tanda kebrpalingan Alloh dari seorang hamba adalah, Alloh
menjadikannya sibuk pada sesuatu yang tidak bermanfaat sebagai bentuk
penelantaran Alloh kepadanya.’’
Sahl mengatakan, ‘’Siapa yang berbicara
tentang sesuatu yang tidak memberi manfaat, maka ia akan terhalang untuk
mengatakan kejujuran.’’
Ini merupakan penyakit lisan yang
bahayanay paling ringan. Silahkan saudara membendingkannya denagn gosip,
adu domba, perkataan batil dan keji, perkataan orang yang bermuka dua
(munafik), debat kusir, berbantah-bantahan, bertengkar, nyayian, dusta,
pujian, penghinaan, olok-olokan, salah memahami isi dan maksud
pembicaraan orang lain, dan penyakit-penyakit yang menimpa lisan seorang
hamba, maka semua itu akan merusak hatinya sendiri, mengenyahkan
ketenagan dan kenikmatanya di dunia, serta keberuntungan dan
kesuksesanya di akhirat. Hanya kepada Alloh sajalah kita memohon
pertolongan dan perlindungan.
b. Banyak Memandang
Banyak memandang akan menimbulkan
anggapan baik dan masuknya sosok orang yang di lihat kedalam hati orang
yang memandang, sehingga akan menimbulkan aneka jenis kerusakan dalam
hati seorang hamba. Diantara bahayanya adalah:
- Apa yang di sebutkan oleh Rasulalloh saw, seperti yang di riwayatkan dalam Al-Musnad, ‘’Pandangan adalah anak panah beracun iblis, maka siapa menundukan pandangannya karna Alloh , maka dia akan mengantinya dengan kelezatan yang akan dia rasakan dalam hatinya hingga dia bertemu dengan Alloh.’’
- Yang dimaksud setan bersama pandangan adalah, ia akan masuk bersama pandangan lebih cepat daripada masuknya udara ketempat yang kosong untuk memperindah sosok orang yang di pandang dan menjadikannya sebagai patung yang di kagumi oleh hati seseorang, kemudian ia akan memberinya janji dan membuatnya berangan-angan, lalu akan mengobarkan api syahwat dan menimbunnya dengan kayubakar maksiat, di mana dirinya tak mungkin sampai kesana tanpa sosok itu.
- Ia akan menyibukan hati, melalaikan berbagai kemaslahatan, dan menjadi penghalang untuk mendapatkannya, sehingga urusanya pun akan semakin kabur, akhirnya ia akan terjerumus dalam mengikuti arus hawa nafsu dan kelalaian, Alloh berfirman,
‘’Dan janganlah kamu mengikuti orang
yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta mengikuti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.’’ (Al-Kahfi:28)
Dengan demikian, mengumbar pandangan
akan menyebabkan tiga penyakit kronis seperti yang di sebutkan diatas.
Para dokter ahli jiwa mengatakan, ‘’Antara hati dan mata ada kaitan
dan celah, jika mata rusak dan sakit, hati pun akan menjadi rusak dan
sakit, sehingga ia tidak layak untuk di tempati oleh ma’rifatulloh dan
mahabbah-Nya, tobat kepada-Nya, merasakan nyaman dengan-Nya, dan gembira
berdekatan dengan-Nya, sebaliknya, ia akan di huni oleh lawan
perkara-perkara di atas.’’
Mengumbar pandangan merupakan maksiat kepada Alloh Azza wajjala, ini di dasarkan atas firman Alloh Ta’ala, ‘’Katakanlah
kepada oreng laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat’’. (An-Nur:30)
Tidak bahagia orang yang bahagia di
dunia kecuali dengan melakukan perintah Alloh, dan tidak ada keselamatan
bagi seorang hamba di akhirat melainkan dengan mengerjakan
perintah-perintah Alloh Azza wa jalla.
Mengumbar pandangan juga
mendatangkan kegelapan untuk hati, sebagaimana menundukan pandangan
mendatangkan cahaya untuknya, Alloh Azza wajalla telah menyebutkan dalam
suarah An-Nur, ‘’Alloh pemberi cahaya kepada langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Alloh, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,
yang di dalamnya ada pelita besar.’’ (An-Nur:35)
Sesudah firma-Nya,
‘’Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘’hendaklah mereka menahan pandangannya….(An-Nur:30)
Apabila hati telah bersinar, maka
beraneka kebajikan akan datang padanya dari berbagai penjuru,
sebagaimana jika ia gelap, maka mendung bencana dan keburukan akan
datang padanya dari berbagai tempat.
Melepaskan pandangan juga akan mebutakan
hati, sehingga ia tidak lagi bisa membedakan antara kebenaran dan
kebatilan, sunnah dan bid’ah. sementara menahan dan menjaga pandangan,
akan melahirkan firasat yang benar yang mampu membedakan antara yang
baik dan yang buruk. Salah seorang saleh berkata, ‘’Barangsiapa
menghiasi jasmaninya dengan mengkuti sunnah, dan memoles batinnya dengan
kesinambungan muraqabah (selalu merasa di awasi Alloh), menahan
pandangan dari perkara-perkara yang di haramkan, mengendalikan diri dari
segala sesuatu yang bersifat syubhat, dan memakan-makanan yang halal,
maka firasatnay tidak akan pernah keliru.’’
Balasan akan sama dengan jenis amal, siapa
saja yang mampu menundukan pandangannya dari perkara-perkara yang di
haramkan oleh Alloh, maka Alloh akan membukakan cahaya mata hatinya.
c. Banyak Makan
Makan yang tidak berlebihan akan
memperlembut hati, mempertajam pemahaman, mampu mengalahkan nafsu, serta
syahwat dan marah akan semakin melemah, sedangkan banyak makan, akan
menumbukkan lawan dari hal-hal yang di sebutkan di atas.
Miqdam bin Ma’dikarib menceritakan,
aku mendengar Rasulalloh saw bersabda, ‘’ Tidak ada wadah yang di
penuhi anak cucu adam yang lebih jelek dari perutnya, cukuplah bagi anak
cucu adam beberapa suap yang mampu menegakakan tulang punggungnya, jika
memang harus makan, maka sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk
minuman, dan sepertiganya untuk nafas.’’ (HR.Ahmad, Tirmidzi)
Banyak makan akan menimbulkan berbagai
jenis kejahaatan, sebab ia akan mengajak angota tubuh untuk melakukan
maksiat, dan malas melakukan berbagai aktifitas ibadah dan ketaatan, dan
dua efek ini merupakan kejahatan yang sangat besar! Betapa banyak
kemaksiatan yang ditimbulkan oleh kenyang dan banyak makan, dan alangkah
banyaknya ketaatan yang dihalangi oleh kedua kebiasaan buruk ini. Siapa
yang mampu memelihara diri dari kejahatan perutnya, sungguh dia telah
memelihara dirinya dari kejahatan yang lebih besar. Dan setan akan
sangat mudah menguasai seseorang bila dia memenuhi perutnya dengan
makanan, oleh sebab itu, diriwayatkan dalam berbagai atsar,
‘’Persempitlah jalan-jalan setan dengan melakukan puasa.’’
Salah seorang ulama salaf mengatakan, ‘’Ada
beberapa pemuda Bani Israil yang rajin beribadah, apabila tiba waktunya
berbuka salah seorang dari mereka berdiri dan menyerukan, ‘jangan
terlalu banyak makan, karna kalau demikian, kalian juga akan banyak
minum, kemudian kalian akan banyak tidur, kalau sudah begitu, kalian
mengalami banyak kerugian.’’
Nabi saw dan para sahabat-sahabatnya
sering mengalami lapar, meskipun itu karna tidak adanya makanan. Hanya
saja, Alloh tidak memilih untuk Rasul-Nya kecuali yang lebih baik dan
lebih utama. Karnanya, Ibnu umar berusaha meneladaninya dalam masalah
ini, padahal dia mempunyai makanan, demikian juga ayahnya.
Dalam Ash-Shahihain dari Aisyah ra Rasulalloh saw bersabda,
‘’Keluarga Muhammad saw tidak pernah
kekenyangan semenjak hijrah ke madinah karna makan roti gandum selama
tiga hari berturut-turut hingga wafat.’’ (HR.Bkhori)
Ibrahim bin adham berkata, ‘’Siapa
yang mampu mengendalikan perutnya, berarti dia telah mampu menjaga
agamanya, dan siapa mampu mengendalikan rasa laparnya, maka dia telah
memiliki akhlak yang baik, dan sesungguhnya durhaka kepada Alloh, sangat
jauh dari orang yang lapar dan dekat dengan orang yang kenyang.’’
d. Berlebihan dalam bergaul
Ia merupakan penyakit keronis yang
mendatangkan berbagai keburukan, betapa sering pergaulan dan pertemanan
yang menghapuskan kenikmatan, menumbuhkan permusuhan, dan menimbulkan
berbagai masalah yang mampu menguncang gunung-gunung yang kokoh, padahal
ia tetap ada di hati. Ringkasnya, berlebihan dalam bergaul akan
mendatangkan kerugian di dunia dan akhirat. Maka dalam menyikapi
pergaulan, soyongyanya seorang hamba melihat keperluanya dan membagi
manusia kedalam empat kelompok, jika dia mencampuradukan salah satunya
dengan yang lain, dan tidak memisahkannya, maka bahaya akan segera
menimpanya:
Pertama,
kelompok seperti makanan, yang sangat dia butuhkan setiap hari, bila
urusanya sudah selesai, maka hendaklah dia segera meniggalkannya. Dan
jika pada masa yang akan datang dia kembali mebutuhkannya, ia pun akan
kembali bergabung dengan mereka, begitulah seharusnya. Mereka adalah
para ulama yang tahu dengan Alloh, perintah dan muslihat
musuh-musuh-Nya, penyakit hati dan obatnya, dan yang menasihati karna
Alloh, Kitab,Rasul, dan seluruh makhluk-Nya. Bergaul dengan kelompok ini
akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar.
Kedua,
kelompok seperti obat, ia diperlukan hanya ketika sakit saja, jika anda
masih sehat, anda tidak perlu bergaul dengan mereka. Mereka adalah
orang-orang yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan hidup, aneka jenis
interaksi, yang anda perlukan, permusyawarahan, dan sebagainya. Bila
kebutuhan anda sudah terpenuhi, ketika itu, bergaul dengan mereka tidak
diperlukan lagi.
Ketiga,
kelompok seperti penyakit dengan keragaman tingkatan dan jenisnya,
kekuatan dan kelemahannya, ada pergaulan dengannya seperti penyakit
keronis dan menahun, dia adalah orang yang tidak membuat anda meperoleh
keuntungan dunia maupun akhirat. Bahkan inipun masih ditambah dengan
kerugian agama dan duni atau salah satunya, jika anda menjalin pergaulan
dengan mereka dan menjadi kokoh, maka dia akan berbah menjadi penyakit
yang akan mengantarkan anda kepada kematian, ada diantara mereka orang
yang tidak pandai berbicara, dan mendatangkan manfaat atau dia hanya
diam, dan akan mengambil manfaat dari anda, dan dia juga tidak tahu
kedudukan dirinya sendiri, sehingga dia akan meletakannya pada
posisinya. Sebaliknya, jika dia berbicara perkataannya laksana tongkat
yang mengenai hati para pendengar disertai rasa takjub dan bangga pada
perkataanya. Setiap kali berbicara, mulutnya mengeluarkan bau, namun dia
mengiranya sebagi minyak kasturi yang mengharumkan majlisnya, dan jika
dia diam, dia lebih berat (dungu) dari batu besar yang tidak kuasa di
pikul atau di seret di atas tanah. Imam Syafi’I mengatakan, ‘’
Setiap kali orang berat (dungu) duduk di dekatku pasti aku mendapati
sisi tempatnya berada lebih berat daripada sisi lainnya.’’
Bergaul dengan orang yang bertentangan
dengan ruh adalah berat dan menyengsarakan. Termasuk ujian dunia atas
seorang hamba adalah, bila dia di uji dengan seseorang dari kelompok
ini, mau tidak mau harus bergaul denagn mereka, maka hendaklah dia
memperlakukannya dengan baik, memberinya secara lahiriah, dan menahanya
dalam batin, sehingga Alloh akan memberinya jalan keluar dan kelapangan
dari urusan ini.
Keempat,
kelompok yang hanya menyebabkan kebinasaan, dia laksana minum racun,
bila beruntung orang yang bergaul dengannya akan mendapatkan penawarnya,
jika tidak mudah-mudahan Alloh memenagkannya. Betapa banyak orang
sejenis ini di kalangan manusia, semoga Alloh tidak memperbanyaknya
mereka, mereka adalah ahli Bid’ah dan kesesatan, yang berpaling dari
sunnah Rasullloh dan yang menyeru kepada lawanya. Mereka menjadikan
sunnah sebagai bid’ah dan bid’ah sebagai sunnah. Orang yang berakal
sepatutunya tidak bergaul dan berteman denagn kelompok seperti ini. Jika
ia tetap bergaul dengannya, akan menyebabkan hatinya mati dan sakit.
Kita memohon kesentosaan dan rahmat uantuk kita dan mereka.
‘’Wallohu’alam’’
(Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah)
SEBAB-SEBAB SAKITNYA HATI
Bismilahirohmanirrohim
Dosa-dosa yang di perbuat adalah penyebab utama sakitnya hati, dosa-dosa itu adalah syahwat dan syubhat, yang pertama akan menyebabkan rusaknya tujuan dan kehendak, sedangkan yang kedua, akan merusak ilmu dan keyakinan.
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra menceritakan, Rasulalloh saw bersabda,
‘’Aneka dosa akan di hamparkan ke hati manusia seperti penghamparan tikar, satu persatu, maka hati mana saja yang menyerapnya akan mengakibatkan noda hitam (di hati), dan hati mana saja yang menolaknya akan menitikan titik putih, hingga akhirnya hati itu akan menjadi dua jenis: hati hitam yang terbalik seperti panci yang tertelungkup, tidak tahu mana yang makruf (baik), dan tidak mengingkari yang mungkar selain apa yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya, sementara hati yang putih (tidakk sakit), adalah yang tidak terpengaruh oleh dosa selama langit dan bumi masih berdiri.’’ (HR.Muslim).
Ketika hati manusia dihadapkan pada dosa dan berbagai fitnah, Rasulalloh membagi hati menjadi dua jenis: hati yang jika dosa dan fitnah di tawarkan kepadanya, ia akan menyerapnya seperti tanah gersang menyerap air dan dia akan menimbulkan noda hitam, dan terus menerus menyerap semua dosa yang ditawrkan hingga ia menjadi hitam dan terbalik. Inilah yang di maksud oleh sabda Rasulalloh saw, ‘’ Seperti panci yang tertelungkup’’ yakni terbalik, dan apabila dia telah menghitam dan terbalik akan datang pula dua penyakit yang sangat berbahaya yang akan mengantarkanya kepada kebinasaan dan kehancuran:
Pertama, miripnya yang makruf dengan yang mungkar, sehingga ia tidak lagi mengetahui mana yang makruf dan tidak lagi mengingkari yang mungkar, adakalanya penyakit ini berakar kuat dalam dirinya, sehingga ia meyakini yang makruf sebagai yang mungkar, dan yang mungkar sebagai yang makruf, sunnah ia angap bid’ah, dan bid’ah ia angap sunnah, kebenaran ia angap kebatilan, dan kebatilan ia angap kebenaran.
Kedua, menjadikan hawa nafsu sebagai ukuran tertinggi atas apa yang di bawa Rasulalloh saw dan patuh dan tunduk padanya.
Dan hati yang di sinari oleh iman akan memancar cahaya, bila dosa ditawarkan kepadanya, ia akan semakin mengingkarinya, dengan demikian, ia akan semakin bersinar dan memancarkan cahahya.
Wallohu’alam
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu Rajab Al-Hambali, Dan Imam Al-Ghozali)
Bismilahirohmanirrohim
Dosa-dosa yang di perbuat adalah penyebab utama sakitnya hati, dosa-dosa itu adalah syahwat dan syubhat, yang pertama akan menyebabkan rusaknya tujuan dan kehendak, sedangkan yang kedua, akan merusak ilmu dan keyakinan.
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra menceritakan, Rasulalloh saw bersabda,
‘’Aneka dosa akan di hamparkan ke hati manusia seperti penghamparan tikar, satu persatu, maka hati mana saja yang menyerapnya akan mengakibatkan noda hitam (di hati), dan hati mana saja yang menolaknya akan menitikan titik putih, hingga akhirnya hati itu akan menjadi dua jenis: hati hitam yang terbalik seperti panci yang tertelungkup, tidak tahu mana yang makruf (baik), dan tidak mengingkari yang mungkar selain apa yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya, sementara hati yang putih (tidakk sakit), adalah yang tidak terpengaruh oleh dosa selama langit dan bumi masih berdiri.’’ (HR.Muslim).
Ketika hati manusia dihadapkan pada dosa dan berbagai fitnah, Rasulalloh membagi hati menjadi dua jenis: hati yang jika dosa dan fitnah di tawarkan kepadanya, ia akan menyerapnya seperti tanah gersang menyerap air dan dia akan menimbulkan noda hitam, dan terus menerus menyerap semua dosa yang ditawrkan hingga ia menjadi hitam dan terbalik. Inilah yang di maksud oleh sabda Rasulalloh saw, ‘’ Seperti panci yang tertelungkup’’ yakni terbalik, dan apabila dia telah menghitam dan terbalik akan datang pula dua penyakit yang sangat berbahaya yang akan mengantarkanya kepada kebinasaan dan kehancuran:
Pertama, miripnya yang makruf dengan yang mungkar, sehingga ia tidak lagi mengetahui mana yang makruf dan tidak lagi mengingkari yang mungkar, adakalanya penyakit ini berakar kuat dalam dirinya, sehingga ia meyakini yang makruf sebagai yang mungkar, dan yang mungkar sebagai yang makruf, sunnah ia angap bid’ah, dan bid’ah ia angap sunnah, kebenaran ia angap kebatilan, dan kebatilan ia angap kebenaran.
Kedua, menjadikan hawa nafsu sebagai ukuran tertinggi atas apa yang di bawa Rasulalloh saw dan patuh dan tunduk padanya.
Dan hati yang di sinari oleh iman akan memancar cahaya, bila dosa ditawarkan kepadanya, ia akan semakin mengingkarinya, dengan demikian, ia akan semakin bersinar dan memancarkan cahahya.
Wallohu’alam
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu Rajab Al-Hambali, Dan Imam Al-Ghozali)
TANDA-TANDA HATI YANG SEHAT DAN HATI YANG SAKIT
Bismilahirohmanirrohim
1. Tanda-tanda hati yang sakit
Adakalanya hati mengaalami sakit, dan penyakitnya kian parah tanpa ia sadari. Bahkan kadang kala hati itu telah mati, dan pemiliknya tidak menyadari sama sekali. Tanda hati yang sakit atau telah mati adalah, pemiliknya tidak dapat merasakan sakit karna di lukai oleh berbagai maksiat, dan karna ketidak tahuannya akan kebenaran serta keyakinannya yang batil, dan karna ketidak tahuannya akan kebenaran. Terkadang ia merasakan adanya penyakit, namun berat baginya menahan pahitnya obat, sehingga ia lebih memilih penyakit ketimbang pahitnya obat. Diantara tanda-tanda hati yang sakit adalah, ia berpaling dari makanan-makanan yang bermanfaat dan justeru memilih makanan-makanan yang mengandung racun yang sangat berbahaya, dan lebih memilih penyakit yang sangat berbahaya, ketibang menelan obat yang pahit. Hati yang sehat akan memilih yang lebih bermanfaat dan menyembuhkan ketimbang racun yang mematikan, sedangkan hati yang sehat adalah sebaliknya. Makanannya yang paling bergizi adalah iman, dan obat yang paling manjur adalah membaca Al-quran.
2. Tanda-tanda hati yang sehat
‘’Wallohu’alam’’
(Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu Rajab Al-Hmbali, Dan Imam Al-Ghozali)
Bismilahirohmanirrohim
1. Tanda-tanda hati yang sakit
Adakalanya hati mengaalami sakit, dan penyakitnya kian parah tanpa ia sadari. Bahkan kadang kala hati itu telah mati, dan pemiliknya tidak menyadari sama sekali. Tanda hati yang sakit atau telah mati adalah, pemiliknya tidak dapat merasakan sakit karna di lukai oleh berbagai maksiat, dan karna ketidak tahuannya akan kebenaran serta keyakinannya yang batil, dan karna ketidak tahuannya akan kebenaran. Terkadang ia merasakan adanya penyakit, namun berat baginya menahan pahitnya obat, sehingga ia lebih memilih penyakit ketimbang pahitnya obat. Diantara tanda-tanda hati yang sakit adalah, ia berpaling dari makanan-makanan yang bermanfaat dan justeru memilih makanan-makanan yang mengandung racun yang sangat berbahaya, dan lebih memilih penyakit yang sangat berbahaya, ketibang menelan obat yang pahit. Hati yang sehat akan memilih yang lebih bermanfaat dan menyembuhkan ketimbang racun yang mematikan, sedangkan hati yang sehat adalah sebaliknya. Makanannya yang paling bergizi adalah iman, dan obat yang paling manjur adalah membaca Al-quran.
2. Tanda-tanda hati yang sehat
- Menigalkan dunia hinga ia sampai ke akhirat, dan tinggal di sana untuk selama-lamanya, seolah-olah dia termasuk salah satu penghuninya, ia datang ke dunia ini sebagai orang asing, hanya untuk mengambil keperluannya, kemudian ia kembali kekampung halamannya, sebagaimana yang di sampaikan oleh Rasulalloh saw dalam sabdanya kepada Abdulloh bin umar, ‘’Hiduplah anda di dunia ini, seakan-akan anda orang asing atau penyebrang jalan’’.(HR.Bukhori). dan setiapkali hati sakit, maka ia akan mempengaruhi pada dunia, ia akan merasa damai dan tenag, sehingga ia menjadi penghuninya.
- Dan diantara tanda-tanda hati yang sehat adalah, ia selalu mencambuk pemiliknya hingga ia kembali dan bertaubat kepada Alloh, khusyuk dan hanya bergantung kepada-Nya seperti orang yang sangat merindukan kekasihnya, karna cintanya kepada Alloh, ia tidak lagi membutuhkan cinta selain cinta-Nya, ia tidak lagi perlu menginggat yang lain selain Dia, dan ia cukup melayani-Nya dan tidak perlu melayani yang lain selain Dia.
- Jika ia lupa membaca wiridnya atau melakukan ketaatan yang biasa dia lakukan, ia akan merasakan sakit yang lebih menyakitkan ketimbang kehilangan harta bagi mereka yang rakus dan cinta harta.
- Ia selalu rindu ingin mengabdi seperti orang lapar merindukan makanan dan minuman; Yahya bin Mu’adz berkata, ‘’siapa yang senag mengabdi kepada Alloh, maka semua makhluk akan senag melayaninya, dan siapa tenag hatinya bersama Alloh, maka setiap orang pasti akan tenag melihatnya’’.
- Cita-citanya hanya satu, ia haya untuk Alloh, yakni mentaati-Nya
- Ia lebih hemat dengan waktunya ketimbang orang yang paling kikir dengan hartanya, agar tidak terbuang dengan sia-sia.
- Bila ia mulai sholat, lenyaplah semua kesusahan dan kesedihannyakarna dunia, ketika itu ia menemukan ketengan, kenikmatan, kesenagan, dan kebahagiaan.
- Tidak pernah bosan untuk mengingat Alloh, tidak bosan dalam mengabdi kepada-Nya, dan tidak merasa nyaman dengan selain Alloh, kecuali dengan orang yang menunjukannya dan mengigatkannya kepada Alloh.
- Perhatiannya terhadap perbaikan amal, lebih besar ketimbang amal itu sendiri, sehingga ia akan bersungguh-sungguh dan berupaya mewujudkan keikhlasan, ketulusan, dan mutaba’ah (mengikuti sunnah Nabi saw.) dalam melakukanya dan selalu ingin melakukan yang terbaik. Selain itu, ia juga menganggapnay sebagai anugrah Alloh atasnya, dan keteledoranya dalam hak Alloh.
‘’Wallohu’alam’’
(Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu Rajab Al-Hmbali, Dan Imam Al-Ghozali)
MACAM-MACAM HATI
Bismillahirohmanirrohim
Karna hati disifati dengan hidup dan mati; menurut penyifatan tersebut ia terbagi menjadi tiga macam yaitu, hati yang sehat atau bersih, hati yang mati, dan hati yang sakit.
- Hati yang sehat adalah hati yang bersih dan pada hari kiamat nanti, tidak akan selamat kecuali orang yang mengharap kepada Alloh dengan hati yang bersih itu, Alloh berfirman,
‘’(yaitu) pada hari harta dan anak laki-laki tidak berguna,
kecuali orang-orang yang mengharap kepada Alloh dengan hati yang
bersih,’’ (Asy-Syu’ara:88-89)
Pendapat lain mendefinisikannya: ia adalah hati yang bebas dari semua
keinginan yang bertentangan dengan perintah Alloh dan larangan-Nya,
steril dari semua kesamaran yang bersebrangan dengan kebaikan, sehingga
dia bebas dari penyambah segala sesuatu selain Alloh, dan steril dari
mengidolakan seseorang selain Rasul-Nya, karnanya , ibadahnya tulus
hanya untuk Alloh, baik dalam hal kehendak, mahabbah (cinta), tawakal, taubat, kepatuhan, rasa takut, maupun pengharapan. Amalnya
pun ikhlas hanya untuk Alloh, jika dia mencintai, dia mencintai karna
Alloh, bila dia membenci, dia membenci karna Alloh, apabila ia memberi
ia memberi karana Alloh, dan jika tidak memberi, ia tidak memberi adalah
karna Alloh, dan ini belum cukum baginya hingga dia bebas dari
kepatuhan dan menjadikan idola selain Rasul-Nya; hatinya sudah mengikat
perjanjian yang kokoh untuk menyempurnakan dan mengikuti beliau semata,
menolak siapa pun selain Rasulalloh dalam perkataan dan perbuatan; dia
tidak akan mau menerima akidah, perkataan, atau perbuatan apapun, Alloh
swt berfirman,
‘’Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Alloh
dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.’’ (Al-Hujurat:1)
3. Hati yang sakit adalah hati yang hidp tetapi mengidap suatu
penyakit, penyakitlah yang menguasainya, dan meliputi kehidupannya, dan
ia akan dikuasai oleh pemenag diantara keduanya; ia mengandung
mahabatulloh (Mencintai Alloh), keimana kepada-Nya, ikhlas untuk-Nya,
dan tawakal atas-Nya, sekedar menjadikannya hidup, dan ia juga
mengandung cinta dan keinginan hawa nafsu, mengutamakannya, berambisi
untuk mendapatkannya, hasad, sombong, dan ujub, yang akan
mengantarkannya kepada kebinasaan dan kehancuran; ia diseru oleh dua
penyeru: seorang menyerunya kepada Alloh dan Rasul-Nya serta kampung
akhirat, dan seorang lagi menyerunya kepada dunia; ia akan merespon
seruan penyeru yang lebih dekat.
Jadi Kesimpulannya adalah, Hati yang
pertama, adalah hati yang hidup, khusyuk, lembut, dan sadar, sementara
hati yang kedua, kering, gersang, dan mati, dan hati yang ketiga, sakit;
bisa jadi ia lebih dekat kepada keselamatan , atau mungkin lebih dekat
kepada kebinasaan.
‘’Wallohu’alam’’
(Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu Rajab Al-Hambali, Dan Imam Al-Ghozali)
Comments
Post a Comment