ANDA SUDAH LAYAK JADI PEMIMPIN

by Suprih Koesoemo on Wednesday, March 9, 2011 at 10:04am
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh..

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 21, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah”. Hanya dalam waktu 23 tahun, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dapat mengubah dari suatu masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa, adil dan makmur. Beliau hidupnya dengan kesederhanaan, sampai pada akhir hayatnya tiada harta yang diwariskan. Dengan demikian calon pemimpin yang baik adalah yang mau berkorban untuk rakyatnya, bukan sebaliknya rakyat berkorban untuk dirinya serta dapat dijadikan tokoh panutan, misalnya memberi contoh hidup sederhana.

Untuk memunculkan tokoh tersebut, Sumber Daya Manusia yang diharapkan adalah memiliki  “Intelligent quotient, Emotional quotient, creativity quotient dan spiritual quotient” yang secara integrasi terdapat pada calon tokoh panutannya. Tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi harus dimiliki oleh siapa saja yang merasa jadi pemimpin. Tidak sekedar beragama saja, tapi terutama beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dimana mereka bisa membohongi rakyat, tapi tidak bisa membohongi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka harus tahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang halal dan mana yang haram, mana yang melanggar hukum dan mana yang sesuai hukum. Juga mereka harus memegang amanah, istiqomah (konsisten) dan tugas yang diembannya adalah ibadah, selalu berpijak pada amar ma'ruf nahi mungkar.

Ciri-ciri pemimpin yang religius menurut Prof. DR. dr.H. Dadang Hawari, Pst adalah :

1.  Mempunyai rasa kasih sayang antara sesamanya sebagai pertanda seorang yang beriman,"Belumlah sempurna iman seseorang, apabila ia tidak menyayangi orang lain sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri". Hadist lain yang diriwayatkan oleh At-Thabrani dan Baihaqi, " Belumlah sempurna iman seseorang, apabila ia tidur nyenyak karena kekenyangan, sementara tetangganya tidak dapat tidur karena kelaparan". sebagaimana hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim,
2.  Tidak termasuk pendusta agama, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Maa'uun ayat 1-3. Ayat ini yang dimaksud dengan termasuk pendusta agama adalah yang tidak menyantuni anak yatim dan orang miskin.

3.  Mempunyai rasa berkorban sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Kautsar ayat 1-2, dimana berkorban itu tidak dalam arti sempit yaitu menyembelih kurban, melainkan dalam arti luas untuk kemashalahatan umum.

4.  Menghargai waktu sebagaimana tercantum dalam surat al-'Ashr ayat 1-3.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan pada suatu hari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh seorang sahabat perihal datangnya hari kiamat. Percakapan beliau itu dikemukakan sebagai berikut : Sahabat : “Ya Nabi, kapankah datangnya hari kiamat itu?”. Nabi : “Hari kiamat akan datang apabila amanah diabaikan”. Sahabat : “Kapankah amanah itu diabaikan, ya Nabi?”. Nabi : “Amanah diabaikan apabila amanah itu dipegang oleh orang yang bukan ahlinya. Artinya, apabila suatu jabatan atau kedudukan atau tugas ini dipegang oleh orang yang bukan ahli di bidangnya, maka tunggulah kiamatnya atau hancurnya”
Dialog tersebut menunjukkan bahwa suatu jabatan harus dipegang oleh orang yang profesional. Profesionalisme menjadi syarat mutlak untuk suatu jabatan agar tugas atau amanah yang diembannya tidak mengalami “kiamat”.

Selain itu, Rosulullah pernah bersabda, “Seorang laki-laki adalah penggembala di dalam keluarganya, dan ia bertanggung jawab terhadap gembalaannya itu. Dan seorang wanita adalah penggembala di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap gembalaannya itu” (HR Bukhari dan Muslim). Maka, tidaklah berlebihan Rosulullah menganjurkan orang yang jadi pemimpin agar dipilih yang telah beristri, karena dengan beristri ia akan mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan mengenai wanita sampai ke pokok permasalahan yang kecil sekalipun dari istrinya, yang sebelumnya terhalang karena larangan syari’at agama.

Orang yang memiliki pengalaman secara professional di dalam kepemimpinan, tentu lebih layak untuk memimpin daripada mereka yang belum memiliki pengalaman sama sekali. Seorang yang sudah menikah, tentu akan memiliki pengalaman dan jiwa seorang pemimpin, karena minimal ia jadi pemimpin bagi keluarganya. Rosulullah pernah bersabda, “Siapa saja yang dipercaya memegang kepercayaan kami, jika ia tidak mempunyai rumah agar mengambil rumah, jika ia tidak mempunyai istri supaya beristri, jika tidak mempunyai pembantu supaya mengambil pembantu, dan jika ia tidak mempunyai kendaraan maka supaya mengambil kendaraan. Maka, barang siapa yang menginginkan lebih dari itu, maka ia seorang pencuri” (HR Ahmad dari al-Mustaurid bin Syadad). Selanjutnya juga Rosulullah bersabda, “Siapa saja yang diangkat menjadi pegawai kami, maka hendaklah berusaha untuk mendapatkan istri bagi yang belum beristri, jika ia belum mempunyai pembantu maka supaya berusaha mendapatkan pembantu, dan jika ia tidak mempunyai rumah maka supaya berusaha mendapatkan rumah” (HR Abu Daud dari al-Mustaurid bin Syadad).

Dari hadits tersebut, diharapkan akan dapat menjadi pemimpin yang baik bagi kaum muslimin dan muslimat jika sudah menikah, dan sekarang engkau sudah layak menjadi pemimpin.
Coba anda lihat, betapa sarana menuju jalan kebaikan ternyata terbuka sangat luas dan terpampang sangat lebar bagi mereka yang sudah menikah. Bila demikian, mengapa kita harus takut ataupun ragu untuk menikah? Apalagi yang akan anda tunggu?

Semoga para generasi muda mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi untuk menggantikan para pemimpin yang tidak mencerminkan ciri-ciri tersebut di atas......amiin ya robbal 'alamiin. Bilahit taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh     (MM 09032011)
Share

Comments

Popular posts from this blog