Ketika Pintu Taubat Masih Terbuka Lebar



"Perbuatan orang yang bertaubat ada empat:

Pertama, menjaga lidahnya dari ghibah, dusta, hasad dan kesia-sian.

Kedua, menjauhi teman jahat.
Ketiga, ketika dosa disebut dihadapannya, dia malu kepada Allah swt.

Keempat, mempersiapkan diri untuk kematian.Tanda kesiapan itu adalah dia tidak pernah merasa tidak ridha kepada Allah swt dalam keadaan apapun"
(Hatim Al Asham)


" Demi Allah, Sesungguhnya saya beristighfar dan bertaubat kepada Allah SWT dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali" (H.R. Bukhari) demikian sabda Rasulullah saw. Dalam riwayat lain beliau bersabda: " Wahai manusia, bertaubatlah pada Allah. Sesungguhnya saya bertaubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali" ( H.R. Muslim).


Subhanallah.Rasulullah saw seorang hamba yang berakhlaq mulia. Sebagai kekasih Allah, beliau seorang manusia yang ma'sum (bersih dari dosa), diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan akan datang oleh Allah SWT. Seorang hamba yang telah mendapat jaminan surga oleh Allah SWT pada kehidupan hari Akhir kelak. Walaupun demikian, Rasulullah saw tetap beristighfar (memohon ampun) dan bertaubat kepada Allah SWT setiap harinya lebih tujuh puluh kali. Kedua hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw mengajarkan dan mendorong ummatnya untuk selalu beristighfar dan bertaubat seperti dirinya, karena dengan rutinitas beristighfar dan bertaubat dengan ini akan menghapus dosa-dosa yang kadangkala dilakukan oleh seorang manusia tanpa disadari. Kemudian, hadits tersebut tidak bermaksud jumlah tertentu dalam istighfar, namun yang ditegaskan adalah kualiti dan kuantitas istighfar, sesuai dengan kemampuan masing-masing kita. (Sila baca Kitab "Nuzhatul Muttaqin, syarh Riyadlus Shalihin", jilid 1,bab Taubat, hal 31).

Saudaraku..
Kita sebagai hamba-Nya yang dhaif, senantiasa hidup berlumuran dosa dan kesalahan, baik disengaja atau tidak. Selain itu kita belum mendapat jaminan masuk surga dari Allah SWT. Namun, sudah berapa sering kita beristighfar?? Sejauh mana kita bertaubat kepada Allah?? Apa yang telah kita perbuat setiap harinya?? Sadarkah kita berapa banyak dosa yang kita pikul setiap harinya?? Pertanyaan semacam ini perlu, dalam rangka meningkatkan kualitas iman dan mendekatkan diri kepada Allah swt ini Kadangkala kita disibukan dengan kemewahan dunia hingga kita lupa dengan kualitas iman dan amal kita. Lupa akan maksiat yang senantiasa kita lakukan. Sudah saatnya kita berkaca kembali, menjadikan muhasabah sebagai momementum untuk menyadari dan mendeteksi kondisi yang "memprihatikan" ini.. Bukan suatu hal mustahil, semakin umur kita dipanjangkan semakin banyak pula kesalahan dan dosa yang melumuri tubah kita. Na'u zubillahi min zalik.

Saudaraku.
Renungkanlah , apa saja nikmat dan karunia Allah swt untuk kita, sejak kehidupan ini berlaku bagi kita, saat kita lahir dari kandungan sebagai bayi hingga jarak puluhan tahun berikutnya yang mengantarkan kehidupan kita saat ini, detik ini. Sesungguhnya kasih sayang Allah swt itu sama sekali tidak dapat kita hitung bahkan tak mungkin juga tertampung dalam memori pikiran kita.

Allah swt memang Maha Kasih saudaraku.
Di antara bukti kasih sayang-Nya yang paling agung untuk kita adalah, Dia tetap memberi peluang kepada kita untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya, hingga saat ini. Tak peduli berapa lebarnya jarak yang memisahkan kita lakukan lewat kekeliruan dan dosa, kepada-Nya. Allah swt ternyata tetap saja memberi kesempatan buat kita untuk menoleh dan kembali kepada-Nya. Tak peduli bagaimanapun legamnya hati kita oleh dosa kemaksiatan yang terus-menerus kita lakukan. Allah swt Yang Maha Kasih itu ternyata tetap memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri dan kembali mendekat kepada-Nya.

Saudaraku..
Perhatikanlah, Sesungguhnya kesempatan menoleh dan kembali kepada Allah swt, serta kesempatan untuk memperbaiki diri dan kembali mendekat kepada-Nya itu, ada pada kesempatan hidup yang Allah berikan pada kita hingga saat ini. Karena rentang kehidupan yang kita jalani, sebenarnya adalah rentang pintu taubat yang tak mungkin tertutup kecuali hingga kehidupan kita berakhir. Disaat kita merasakan kerongkongan tercekik menghembuskan nafas terakhir, di sanalah pintu kesempatan kembali kita sudah tertutup. "Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala meneria taubat seorang hamba, selama ruhnya belum sampai di kerongkongannya," ( H.R.Tirmizi) demikian sabda Rasulullah saw tentang ke Maha Rahmah dan Pengampunnya Allah swt.

Saudaraku yang selalu mendapat limpahan kasih saying Allah swt, mari syukuri nikmat kesempatan yang Allah berikan untuk kita.

Kita harus terus waspada saudaraku.
Karena di antara gangguan dan bisikan syaitan kepada orang yang bertaubat adalah, bisikan yang membesar-besarkan prilaku dosa dan kemaksiatan yang telah dilakukan hingga seseorang merasa lunglai dan percuma bertaubat. Sementara di sisi yang lain, syaitan juga menghembuskan bisikan untuk mengecil-ngecilkan dan menyepelekan dosa dan kemaksiatan, sehingga seseorang terus-menerus melakukan dosa dan kemaksiatan itu.


Dalam Fiqih syaitan, suasana putus asa yang memalingkan seseorang dari taubat, itu lebih utama daripada mendorong orang untuk melakukan dosa dan kemaksiatan. Apa sebabnya? Karena pelaku dosa dan kemaksiatan bisa saja bertaubat dan taubatnya diterima Allah swt. Tapi orang yang putus asa dari rahmat Allah dan tidak mau bertaubat, akan semakin jauh untuk kepada Allah.


Mungkin hal inilah yang menjadikan sebagian ulama berpendapat, tentang keutamaan seorang berilmu yang beribadah kepada Allah dengan ilmu dan pemahamannya, meski amal ibadahnya tidak terlalu banyak. Dibandingkan dengan seribu orang ahli ibadah yang menjalankan amal ibadah begitu banyak, tapi miskin ilmu. Pelaku ibadah yang berilmu, akan bersikap lebih keras dan lebih waspada terhadap gangguan syaitan, ketimbang mereka yang melakukan ibadah, tanpa ilmu. Itu karena, gangguan syaitan biasa mengelabui ahli ibadah yang lugu dari tipu syaitan.

Saudaraku.
Selain kesempatan hidup yang berarti keterbukaan pintu untuk bertaubat dan kembali kepada Allah, ada banyak karunia Allah yang luar biasa. Misalnya, rizki yang didatangkan Allah ketika kita melakukan ketaatan. Ternyata Allah swt segera menunjukkan kasih sayang-Nya terhadap orang-orang yang melakukan amal-amal taat. Coba perhatikan apa yang disebutkan dalam hadits, "Sesungguhnya seorang hamba akan terhalang dari rizki, akibat dosa yang ia lakukan". Ini artinya, ketaatan akan mendekatkan seseorang pada rizkinya. Perhatikan juga hadits Rasulullah saw yang lain, "Kemaksiatan itu titik noda dalam hati dan hitam dalam wajah. Sedangkan kebaikan itu cahaya di hati, kelapangan di dada dan cahaya pada wajah". Alhmdulillah.Sungguh Maha Rahmah dan pemurahnya Allah swt.

Saudaraku.
Jika kita termasuk orang-orang yang sedang bertaubat dan kembali kepada Allah swt, waspadalah. Karena saat-saat itulah syaitan lebih meningkatkan intaiannya untuk masuk melalui sisi-sisi lengah dan celah kelemahan kita. Syaitan berupaya menghiasi hati kita untuk menjadi senang dan bangga dengan taubat, namun kemudian kita terpedaya menganggap bahwa pertarungan dengan nafsu sudah selesai. Kondisi seperti ini sangat berbahaya, karena bisa jadi tipuan seperti itu sulit diditeksi kecuali oleh mereka yang tajam mata batinnya karena keimanan. Dialah yang bisa membedakan, antara taubat yang sejati dan taubat palsu.


Agar taubat kita menjadi taubat sejati (taubat nasuha) dan diterima Allah swt, maka harus memenuhi kriteria tertentu. Imam Nawawi rahimahullah ta'ala menukilkan perkataan para ulama: " Taubat itu wajib bagi pelaku dosa. Jika dosa itu berkaitan dengan Allah swt, maka taubat yang sejati itu harus memenuhi 3 kriteria: Pertama, menghentikan maksiatnya. Kedua, menyesali perbuatan tersebut. Ketiga, berazam untuk tidak mengulanginya selamanya. Jika tidak terpenuhi ketiga syarat tersebut maka taubatnya itu tidak sah. Adapun dosa yang berkaitan dengan manusia lainnya syarat taubatnya ada 4, yaitu 3 syarat diatas ditambah dengan meminta maaf pada orangnya" (Sila rujuk Kitab "Riyadlus shalihin", bab Taubat)

Boleh saja kita yang merasa suka cita dan gembira karena telah kembali kepada Allah swt. Sebagaimana Allah swt juga sangat suka cita menerima hamba-Nya yang kembali kepada-Nya, sebagaimana hadits Rasulullah saw "Demi Allah, sesungguhnya Allah lebih gembira ketika hamba-Nya bertaubat kepada-Nya daripada seseorang diantara kamu yang kehilangan unta dipadang tandus, lalu ia menemukan kembali untanya tersebut" ( H.R. Bukhari). Tapi, berhati-hatilah, dari kesenangan dan kegembiraan yang bisa menipu dan menjadikan kita tenang serta yakin dengan nasib di akhirat lalu merasa aman dari azab Allah swt.

Saudaraku.
Waspadalah seperti kewaspadaan Abu Bakar Ash- Shiddiq radhiallahu anhu: "Demi Allah, jika salah satu kakiku telah menjejak surga, sedang yang lain masih berada di luar surga, maka selama itu aku tidak akan merasa aman dari makar Allah swt".

Ingat saudaraku..
Pertarungan dan kewaspadaan ini belum selesai, sampai kedua kaki kita menginjak surga. Dan kitapun tidak tau apakah kelak akan masuk surga atau tidak. Beristighfar dan bertaubatlah segera..! Jangan menunda taubat dan amal. Karena kitapun tidak tahu kapan maut menjemput kita, dimana pada saat itu pintu taubat telah ditutup. Maka gunakanlah pintu taubat selagi masih ada kesempatan, selama masih terbuka lebar bagi hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya.
Ingatlah pesan Rasululah: "Gunakan 5 kesemptan sebelum datang 5 kesempatan lainnya.
Wallahu a'lam.

Wassalam
Akhukum Fillah

Comments

Popular posts from this blog