MEMANG BENAR, KESEHATAN ITU SANGATLAH MALAH HARGANYA

by Suprih Koesoemo on Tuesday, March 8, 2011 at 2:04pm
Memang benar, apa yang note kirimkan dari saudariku Azizah Aeble yang berjudul “JAM PIKET ORAGAN TUBUH” mengemukakan bahwa sungguh agama yang sempurna (Islam) mengatur kehidupan secara indah, serasi dan seimbang, penuh hikmah keadilan. Kesehatan, merupakan amanat yang wajib disyukuri dengan cara dijaga, dipelihara, dirawat dan harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk hal-hal yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesehatan harus dipergunakan semaksimal mungkin untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan hidup. Mensyukuri nikmat kesehatan, berarti menjadikan kesehatan itu sebagai modal utama dalam melaksanakan dan meningkatkan amal shaleh dan ketaatan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hai sekalian manusia makanlah yang halal dan bergizi dari yang terdapat di bumi " (Al-Baqarah ayat 168 ). "Makan dan minumlah kamu, jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah itu tidak menyukai mereka yang berlebihan ." (Al- A’raf ayat 31). "Yaitu Allah) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku dan Dia yang memberi makan dan minum kepadaku dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku dan yang akan mematikan, kemudian akan menghidupkan aku kembali. "(Asy-Syu’ara ayat 78-81).

Rosulullah pun bersabda, “Maka apabila kamu mendengar penyakit (menular) berjangkit di suatu tempat, janganlah kamu memasuki daerah itu. Dan apabila di suatu tempat sedang berjangkit penyakit (menular) sedang kamu berada didalamnya, janganlah kamu keluar dari daerah itu (HR. Bukhari dan Muslim). “Mereka bertanya : Ya Rasulullah, apa kita boIeh berobat ? Rasulullah menjawab : Boleh, wahai hamba-hamba Allah berobatlah, Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali dengan menurunkan obatnya pula, kecuali satu penyakit yaitu pikun”. (HR, Bukhori & Muslim).

Mari kita jaga sehat sebelum sakit dan saatnya harus memilih : akankah mengikuti pola hidup seadanya atau pola hidup sehat ? Yang akan mengantarkan kepada kebahagian dan kesejahteraan hidup? Solusinya adalah : mari melangkah bersama dengan menerapkan Pola Hidup Sehat Bahagia Sejahtera. Untuk itu diperlukan : Ilmu, Sikap, Perubahan Perilaku secara terus menerus dan bertahap.

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Bahwa seorang muslim dalam hidupnya mendasarkan pada kehalalan. Halal yang dimakan, halal yang dipakai, halal yang ditempati, halal semua yang dikerjakan, termasuk halal dalam menerima harta dan warisan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu makan harta benda kamu diantara kamu dengan jalan bathil dan kamu bawa ke muka hakim-hakim, karena kamu hendak memakan sebagian daripada harta benda manusia dengan dosa, padahal kamu mengetahui” (Al-Baqarah ayat 198).

Dari ayat ini, Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya menjelaskan bahwa, “Jika harta yang bersifat dimakan, maka empat puluh hari ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala” (HR Hakim). “Jika harta itu sebidang tanah, berupa sawah, kebun, ladang, tidak lebih yang diterimanya itu dari sebidang tanah neraka” (HR Abu Daud dari Ummu Salamah). “Jika harta itu termasuk harta anak yatim sebagai ahli warisnya, hak anak yatim yang terambil olehnya, yang dimakannya itu adalah api neraka yang menyala-nyala” (An-Nisa ayat 10).

Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Dua nikmat yang kebanyakan membuat manusia terpedaya olehnya yaitu sehat dan waktu luang (kosong)” (HR Bukhari). Maksud hadits ini yaitu bahwa manusia diwajibkan mensyukuri nikmat yang telah Allah anugerahkan, tak terkecuali dengan kesehatan yang telah Allah berikan kepada manusia. Untuk itu harus pandai-pandailah menjaganya, karena kesehatan merupakan salah satu nikmat Allah. Namun kebanyakan manusia terlena manakala tubuhnya terasa sehat tanpa ada gangguan rasa sakit. Begitu juga waktu luang, kadang dipergunakan untuk pekerjaan atau perbuatan yang tidak bermanfaat bagi dirinya, bagi keluarganya dan bagi lingkungannya.

Dalam keadaan tubuhnya terasa sehat, manusia lupa bahwa tubuh ini perlu kalori untuk mendapatkan energy untuk menunjang ketahanan tubuhnya, sehingga tidak jarang akibat lupa makan menjadi tubuh melemah dan mempengaruhi komposisi unsur dalam tubuh. Sedangkan makan tanpa ada kebutuhan untuk itu (tidak lapar) akan menyebabkan kekebalan. Makan tanpa didahului rasa lapar dapat menimbulkan penyakit.

Untuk menghindari terjangkitnya penyakit, jalan yang terbaik dan mudah adalah mengikuti petunjuk Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya, “Kami adalah satu kaum yang tidak makan kecuali karena lapar, dan apabila kami makanpun tidak pernah terlalu kenyang”.  Allah Subhanahu wa Ta’ala pun melarang makan terlalu banyak (kekenyangan) sebagaimana firman-Nya, “Makan dan minumlah kalian, jangan berlebihan”.

Umar radhiallahu ‘anhu juga berkata, “Hindarilah kekenyangan, karena dapat merusak badan, menyebabkan sakit dan menjadikan orang malas mengerjakan sholat. Hendaklah sedang-sedang saja, karena itu lebih baik bagi tubuh, menjauhkan diri dari berlebihan, Allah sungguh benci kepada orang pandai yang gemuk”. Begitupun Ibnu Sina berkata, “Hindarilah memakan makanan selagi dalam perut masih ada makanan yang baru dicerna. Dan ketahuilah bahwa kenyang adalah bid’ah (sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya atau sesudah abad pertama”.

Sebaiknya sehabis makan sebaiknya berjalan-jalan sekedarnya, namun jangan terlalu banyak bergerak dalam keadaan perut terisi penuh karena dapat membahayakan. Pengaruh gerakan badan (jalan-jalan misalnya) dapat menambah keindahan tubuh seseorang dan juga berpengaruh terhadap alat-alat pernafasan, pencernaan dan pembungan kotoran yang bermanfaat untuk kesehatan. Pergerakan tubuh akan mempercepat kipasan jantung, melancarkan peredaran darah sehingga pemasukan dan pertukaran zat yang lebih banyak dimana pertukaran zat yang lebih giat pada pencernaan dan dapat menambah nafsu makan.

Jadi untuk menciptakan  tubuh yang sehat, di samping harus berdoa memohon kepada Allah, tentunya haruslah dibarengi dengan usaha untuk hidup sehat, terhindar dari serangan penyakit, yaitu berusaha memelihara kesehatan.
Para hukama mengatakan bahwa “Pemeliharaan kesehatan itu lebih baik daripada pengobatan penyakit”. Ungkapan ini tentunya dapat difahami, karena pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan oleh semua orang, sedangkan pengobatan suatu penyakit tidaklah semua orang bisa melakukannya. Selain itu, pemeliharaan kesehatan jauh lebih mudah dan murah dibandingkan dengan pengobatan.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk pemeliharaan kesehatan, dan sebaiknya dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya :

1.   Selalu berperilaku hidup bersih, baik bersih badannya, bersih pakaiannya, bersih makanan dan minumannya, bersih tempat tinggal dan lingkungan hidupnya serta bersih hatinya. Rosulullah bersabda, “Kebersihan adalah sebagian dari iman”.

2.   Makan dan minum yang halal dan bergizi. Allah berfirman, “Wahai sekalian manusia !. Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi” (Al-Baqarah ayat 168).

3.   Bekerja sebatas kemampuan jasmani, dan jangan dipaksakan kelebihi kemampuan yang ada.

4.   Beristirahat secukupnya untuk memelihara kestabilan kondisi fisik. Allah berfirman, “Dan Kami (Allah) telah menjadikan tidurmu untuk istirahat (melepas lelah)” (An-Naba’ ayat 9).

5.   Meningkatkan daya tahan tubuh dengan upaya-upaya antara lain immunisasi dan olah raga secara teratur dan rutin. Rosulullah bersabda, “Ajarilah anak-anakmu (olah raga) berenang dan memanah” (HR Dailami).

6.   Menjaga jarak dengan penderita penyakit yang menular terutama bagi anak-anak yang sangat rentan terhadap penularan penyakit.

7.   Jangan melakukan perbuatan dosa seperti zina dan homoseks, karena perbuatan ini akan mengakibatkan penyakit kelamin seperti kencing nanah dan AIDS. Allah berfirman. “Dan jangan kalian mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan jalan yang sesat” (Al-Isra ayat 32).

Benar-benar kesehatan itu harga mahal sekali. Coba anda lihat, berapa banyak orang-orang di rumah sakit yang penyakitnya tak kunjung sembuh bahkan ada yang beberapa minggu masih dalam keadaan koma di ruangan ICU. Untuk itu, ajaran agama Islam sangat dianjurkan bagi seorang muslim untuk memohon doa kesehatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena kesehatan merupakan karunia atau nikmat terbaik setelah keimanan.

Dari Abu Bakar bahwasanya ia pernah  berkata (dihadapan orang banyak) pada hari wafatnya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Dulu pada tahun pertama Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di tempatku ini, lalu menangis dan selanjutnya bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu jujur, sebab jujur itu merupakan pintu kebaikan, dan keduanya (jujur dan kebaikan) termasuk kunci syurga. Jauhilah oleh kalian berdusta, sebab dusta itu merupakan kunci dosa, dan keduanya (berdusta dan dosa) termasuk kunci neraka. Mohonlah kesehatan kepada Allah, sebab tiada karunia yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik setelah keimanan kepada Allah daripada kesehatan’”. Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Janganlah kalian saling memutuskan (silaturahmi), saling memusuhi, saling membenci, dan jangan saling hasud. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara” (HR Ibnu Hibban dan Bukhari dishahihkan Albani).

Dari Ibnu ‘Umar berkata bahwasnya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada permohonan yang lebih membuat Allah ridha daripada permohonan kesehatan yang dipanjatkan kepada-Nya” (HR Tirmidzi diha’ifkan oleh Albani).

Dari Mu’adz bin Jabal berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang yang berdo’a :  “Allahumma inni as’aluka tamaaman ni’mah” (Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu nikmat yang sempurna). Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya kepada orang tersebut, “Apa yang kau maksud dengan nikmat yang sempurna itu?”. Dikabulkannya doaku sehingga aku memiliki harta yang banyak. Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Sesungguhnya nikmat yang sempurna itu adalah masuk ke dalam syurga dan terhindar dari neraka”. Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mendengar seseorang yang berucap dalam doanya, “Dzal jalaali wal ikroom”. Nabi Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun lalu bersabda (kepada orang itu), “”Sungguh doamu akan dikabul, silahkan engkau memohon”. Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mendengar seseorang yang berdoa, “Allahumma inni as’alukash shobro” (Ya Allah, sungguh aku memohon kesabaran kepada-Mu). Nabi  shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Dengan begitu, berarti engkau telah meminta cobaan. Sekarang mohonlah kesehatan kepada-Nya” (HR Tirmidzi dan Ahmad, didha’ifkan oleh Albani, tapi Arnauth berkata, “Isnad hadits ini hasan”).

Setiap orang memiliki kekuatan yang terbatas. Tubuh yang kekar sekalipun akan mengalami kelelahan. Allah Yang Maha Mengetahui semua kelemahan makhluk-Nya, sehingga memberikan malam sebagai istirahat sebagai bukti kemurahan dan kasih sayang-Nya sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al-Qashash ayat 73, "Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari), dan agar kamu bersyukur kepada-Nya".

Dengan menggunakan malam sebaik mungkin untuk istirahat sehingga tubuh kita dapat dioptimalkan esok harinya. Istirahat dari segala aktivitas, bahkan tidaklah bagus jika melakukan ibadah di luar batas kemampuan fisiknya. Misalkan melakukan sholat tahajud semalam penuh, sedang esok hari masih harus bekerja hingga sore hari. Tubuh kita punya hak untuk istirahat, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari bahwa dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash, Rosulullah bersabda, "Puasa dan berbukalah, sholat dan tidurlah, karena sesungguhnya tubuhmu punya hak yang harus kau penuhi, dan sesungguhnya matamu punya hak yang harus kau penuhi, dan istrimu punya hak yang harus kau penuhi".

Islam sesuai dengan tuntunan dan ajaran yang dibawa oleh Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam sangat memperhatikan hak-hak yang harus diperoleh tubuh kita. Bahkan ditegaskan bahwa kita harus memenuhi hak-hak yang harus diperoleh tubuh kita, diantaranya adalah “hak untuk tidur”.

Tidur merupakan hak tubuh kita untuk istirahat. Dalam ajaran Islam, tidur adalah karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya sebagai suatu nikmat dan tidur juga dapat dikatakan sebagai ibadah. Kenapa ibadah? Ya, ibadah bila tidurnya mengikuti petunjuk yang diajarkan oleh Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasanya Nabi  shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat berada di seluruh barang-barang yang dikenakannya (baju dan lain-lain), dan begitu ia bangun, maka para malaikat berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si fulan ini, karena dia tidur dalam keadaan suci” (HR Ibnu Hibban).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sucikanlah tubuhmu, niscaya Allah mensucikan dirimu. Sebab, barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka para malaikat berada di semua barang yang dikenakannya. Setiap kali dia membalikkan tubuhnya di malam itu, maka para malaikat berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini, sebab dia tidur dalam keadaan suci” (HR Ath-Thabrani).

Diriwayatkan dari Abi Umamah berkata, aku mendengar Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci dan berdzikir kepada Allah sampai datang kantuk kepadanya, serta tidak putus-putusnya memohon kebaikan dunia dan akherat, niscaya Allah akan menganugerahinya” (HR At-Tirmidzi).

Jadi tidur merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus disyukuri (bayang kan, jika manusia tidak memiliki rasa kantuk). Agama Islam benar-benar agama yang mengatur perilaku kehidupan sehari hari, antara lain tidurpun diatur dengan ajaran mulia yang disebarkan oleh Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satunya adalah tidur yang baik, tidur yang berharap dapat bangun di tengah malam untuk menengadahkan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tatacara tidurpun telah ditafsirkan oleh para ulama seperti Imam Ghazali, Ibnu Qudamah al-Maqdisy dan Abu Bakar Jabir al-Jazairi.

Syarat-syarat tidur yang diharapkan oleh Islam adalah :
1.        Tidak banyak makan sebelum tidur.
2.        Tidak membuat diri lelah di siang hari dengan pekerjaan dunia.
3.        Tidur sebentar di siang hari (qailulah).
4.        Tidak melihat hal-hal yang diharamkan.
5.        Pada siang hari tidak berbohong, mengadu domba, bercanda.
6.        Tidur dalam keadaan suci (berwudhu).
7.        Taubat sebelum tidur.
8.        Sucikan hati.
9.        Tunaikan amanah terlebih dahulu.
10.     Tidur, tidak pada tempat tidur yang mewah.
11.     Tidur hanya pada saat mata mengantuk.
12.     Tidur menghadap ke arah kiblat, di atas pinggul sebelah kanan dan berdoa.
13.     Tidak tidur sebelum sholat isya dikerjakan.
14.     Tidak tidur tengkurap.
15.     Mengucapkan zdikir-zdikir sebelum tidur.

Adapun cara tidur Rosulullah  shalallahu ‘alaihi wa sallam itu menghadap ke kiblat dan tidur dengan tangan kanan sebagai bantalnya. Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa seorang sahabat nabi, Al-Barra’ bin Azib pernah diajari nabi cara berbaring untuk tidur dan berdoa sebelum tidur. Beliau bersabda, “Kalau engkau hendak ke pembaringan, maka berwudhu’lah sebagaimana wudhu’ untuk sholat. Lalu berbaringlah (ke arah kiblat) di sisi sebelah kananmu dan bacalah doa, “Bismika robbii wadha’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazhu bihi ‘ibaadakash shoolihiina. Allaahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhii ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja’tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja’a wa laa manjaa minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikal ladzii anzalta wa nabiyyikal ladzii arwalta” (Dengan nama Engkau Tuhanku, kubaringkan lambungku, dan dengan nama Engkau pula aku mengangkatnya. Jika Kau pegang jiwaku, berilah ia kasih sayang, dan jika Kau lepaskannya, peliharalah ia sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba Engkau yang sholeh. Wahai Allah, kuserahkan jiwaku kepada Engkau, kuhadapkan wajahku kepada Engkau, kukembalikan urusanku kepada Engkau, kusandarkan punggungku (kekuatanku) kepada Engkau, dalam keadaan mengharap dan takut kepada Engkau, tiada tempat berlindung dan tiada pula tempat memperoleh keselamatan kecuali kepada Engkau. Aku perccaya kepada kitab yang Engkau turunkan dan nabi yang Engkau utus”. Selanjutnya beliau bersabda, “Jika seandainya engkau meninggal dunia pada malam itu, maka engkau meninggal atas fitrah (kesucian). Dan jika engkau bangun paginya, maka engkau dalam keadaan baik” (HR Bukhari dan Muslim).

Doa yang lain saat mau tidur, sebagaimana hadist yang diriwayatkan Muslim, yaitu "Maha Suci Engkau ya Allah ya Tuhanku, dengan kuasa-Nya aku meletakkan pinggangku, dan dengan kuasa-Mu aku akan mengangkat kembali. Jika ruhku menahan aku (lelap) maka ampunilah ia, dan jika ia membebaskanku (bangun) maka jagalah ia, sebagaimana Engkau menjaga jiwa orang-orang sholeh".

Jadi posisi tidur yang dianjurkan Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yaitu miring di atas lambung kanan menghadap ke arah kiblat. Hal ini sesuai dengan pendapat ilmu kedokteran bahwa cara tidur yang demikian akan menjadikan jantung yang ada di sebelah kiri dada tidak tertekan, sehingga tidur akan menjadi nyaman atau nikmat.

Sebelum membaca doa di atas, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu berwudhu’, lalu berbaring di atas lambung kanan menghadap kiblat seperti mayat di dalam kubur. Setelah itu membaca, “Allahu Akbar 33x, Subhaanallaah  33x, Al-Hamdulillaah  33x, atau menghembuskan dua telapak tangan dengan mulut, lalu membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Kemudian mengusap kepala, wajah dan anggauta tubuh bagian depan dengan kedua tangan tersebut. Hal ini dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, dan selanjutnya membaca doa di atas. Insya Allah, jika mati kita dalam keadaan suci.

Ketika bangun tidur, berdoalah, “Laa ilaaha illaa anta subhaanakal laahumma astaghfirukan lidzanbii wa as’aluka rahmataka. Allaahumma zidnii ‘ilman wa laa tuzigh qolbii ba’da idz hadaitanii wa hablii min ladunka rahmatan innaka antal wahhaab” (“Tak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau wahai Allah. Aku mohon ampun kepada Engkau, rahmat Engkau. Wahai Allah. Tambahkanlah ilmu kepadaku dan janganlah Engkau beri petunjuk kepadaku, dan karuniakanlah kepadaku, rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)”).

“Alhamdulillaahil ladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa ilaihin nusyuuru” (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan (membangunkan) kami setelah kami mati (tidur), dan hanya kepada-Nya lah kami akan dibangkitkan”.

“Alhamdulillaahil ladzii radda ‘alayy ruuhii wa ‘aafaanii fii jasadii wa adzina lii bi dzikrihi”(“Segala puji bagi Allah yang telah mengembalikan ruhku kepadaku, memberikan kesehatan tubuhku, dan mengizinkan aku mengingat (menyebut)-Nya kembali)”).

Siti Aisyah meriwayatkan bahwa Rosulullah   shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang yang pada saat Allah mengembalikan ruhnya (bangun tidur), lalu membaca, “Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodiirun” (“Tak ada Tuhan kecuali Allah sendiri, tak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah kerajaan dan milik-Nya lah segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu), kecuali Allah akan mengampuni segala dosanya sekalipun banyaknya seperti buih di lautan”).

Atau boleh juga membaca, “Alhamdulillaahil ladzi kholaqon nauma wal yaqzhata. Alhamdulillaahil ladzii ba’atsanii saaliman sawiyyan. Asyhadi annallaaha yuhyil mautaa wahuwa ‘alaa kulli syai’in qodiirun” (“Segala puji milik Allah, yang telah menciptakan tidur dan bangun. Segala puji milik Allah, yang telah membangkitkan (membangunkan) kami dengan selamat dan baik. Aku bersaksi bahwa Allah menghidupkan orang-orang yang mati dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu). Jika kita baca doa ini, Allah akan menjawab, “Benarlah hamba-Ku”).

Aisyah juga berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jika bangun malam hari membaca takbir “Allaahu Akbar” (Allah Maha Besar) sebanyak 10 kali, tahmid “Alhamdulillaahi” (segala puji milik Allah) sebanyak 10 kali, “Subhaanallaahi wabihamdihi” (Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya) sebanyak 10 kali. “Subhaanal Qudduus” (Mahasuci Dzat Yang Mahasuci) sebanyak 10 kali, istighfar “Astaghfirullaahal ‘adziim” (Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung) sebanyak 10 kali, tahlil “Laa Ilaaha Illallaahu” (Tak ada Tuhan selain Allah) sebanyak 10 kali, lalu membaca, “Allaahumma innii a’uudzu bika min dhiiqid dunyaa wa dhiiqi yaumil qiyaamati” sebanyak 10 kali (Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kesempitan (kesusahan) dunia dan kesempitan (kesusahan) hari kiamat” sebanyak 10 kali). Setelah itu baru Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memulai sholat.

Zaid bin Tsabit berkata, “Aku pernah mengadu kepada nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bahwa aku sukar tidur (tidak dapat tidur) di malam hari”. Lalu beliau bersabda, “Bacalah : Allaahumma ghaaratin nujuumu wa hada ‘atil ‘uyuunu wa anta hayyun qoyyuumun laa ta’khudzuka sinatun wa laa naumun yaa hayyu yaa qoyyuumu ahdi’lailii wa anim’ainii” (“Wahai Allah, bintang-bintang telah tenggelam semua, mata telah tenang, sedangkan Engkau Maha Gidup lagi Berdiri sendiri, tak pernah Engkau mengantuk dn tidur, wahai Dzat Yang Maha Hidup, wahai Dzat Yang Maha Berdiri sendiri. Tenangkanlah malamku ini, dan tidurkanlah mataku ini). Lalu aku baca, maka akupun bisa tidur”)

Dalam hadits lain, Khalid bin Walid mengalami gangguan sukar tidur. Lalu ia mengadukan keadaannya itu kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pun mengajari agar membaca doa, “A’uudzu bikalimaatillaahit taammaati min ghadhabihi wa min syarri ‘ibaadihi wa min hamazaatisy syayaathiiniwa an yahdhuruuni” (“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemudkaan-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya dan dari segala godaan syaitan dan kedatangan mereka kepadaku”).

Jika anda bermimpi buruk, telah diriwayatkan oleh Imam Mislim dari Jabir dinyatakan bahwa Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang diantara kamu mimpi buruk, maka meludahlah 3 (tiga) kali ke arah kiri, lalau membaca “A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rojiim” 3 kali dan mengubah posisi tidurnya dari lambung yang satu ke lambung yang lain. Setelah itu baca doa, “Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘amalisy syaithaani wa sayyi’aatil ahlaami” (“Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari perbuatan syaitan dan mimpi yang buruk”).

Selain keadaan tersebut di atas, berhati-hatilah jangan sampai anda membiarkan salah satu kamar di rumahmu dalam keadaan kosong dari kegiatanmu, baik tidur maupun berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena kamar yang kosong itu akan ditiduri oleh syaitan di tempat tidurmu. Maksudnya adalah kamar tidur yang kosong itu kamar tidur syaitan atau tempat tidur yang ditinggalkan dan tidak ditempati akan menjadi tempat tidurnya syaitan.

Dari Jabir bin Abdullah berkata, bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Kamar pertama untuk laki-laki, kamar kedua untuk istrinya, kamar ketiga untuk tamu, dan kamar keempat untuk syaitan”.(HR Muslim).

Imam An-Nawawi mengatakan bahwa para ulama memaknai hadits tersebut merupakan sesuatu yang melebihi kebutuhan dimana kemewahan dan kesombongan dengan kekayaan duniawi. Sifat ini tercela dan setiap sifat yang tercela selalu terkait dengan syaitan. Syaitan sangat menyukai dan mendorong manusia untuk melakukan hal tersebut.

Ada yang berpendapat lain yaitu terletak pada makna lahiriahnya dan apabila ada kamar yang disediakan di luar kebutuhan maka syaitan akan tidur serta berbaring disitu sebagaimana dengan rumah yang bila penghuninya masuk, tidak mengucapkan atau menyebut nama Allah. Adapun membedakan kamar suami (pribadi) dari kamar istri itu tidak ada salahnya, karena kadang-kadang masing-masing suami istri membutuhkan kamar sendiri-sendiri (misalnya ketika sakit atau kebutuhan-kebutuhan lainnya). Ada sementara orang berpendapat bahwa tidak ada keharusan bagi suami untuk tidak berada dalam satu kamar dengan istrinya, dan boleh tidur di kamar pribadinya. Pendapat ini jelas lemah, karena yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah ketika dia membutuhkan kamar tidur tersendiri, atau ketika sedang sakit. Sekalipun tidur bersama-sama istri memang bukan merupakan kewajiban. Yang benar adalah tidur bersama istri manakala tidak ada udzur. Tidur bersama dalam satu kamar jelas lebih baik dan disinilah terlihat dalam keluarga Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sering melakukan sholat malam bersama istri. Demikian pula, Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidur bersama istrinya dan jika bermaksud menunaikan kewajibannya, misalnya sholat malam maka meninggalkan istrinya. Jelas bahwa Rosulullah shalallahu ‘alahi wa sallam memadukan antara kewajiban dengan pelaksanaan hak terhadap istrinya. Lebih dari itu, tidur bersama tidak selalu harus disertai persebadanan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah serorang diantara kalian bangun dari tempat tidurnya, lalu kembali lagi, maka hendaknya dia membersihkannya dengan mengibaskan ujung sarungnya tiga kali. Sebab dia tidak tahu apa yang terjadi padanya sesudah dia tinggalkan, dan bila dia berbaring hendaknya dia membaca doa : Dengan nama-Mu, Tuhanku, aku membaringkan pinggangku, dan dengan nama-Mu, aku meninggalkannya. Kalau Engkau mencabut nyawaku, maka sayangilah ia, dan kalau Engkau masih memeliharanya, maka peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang sholeh” (Muttafaq ;alaih)

Kenapa tatacara tidurpun dalam ajaran Islam disyaratkan dan diatur? Karena hak-hak tersebut berkaitan dengan ibadah sholat malam, dan hendaklah kita tidak mendirikan sholat malam secara berlebihan. Misalnya saja, sholat sepanjang malam tanpa memberikan hak tidur bagi tubuh kita. Manusia sekuat apapun, tidak dibenarkan jika dalam beribadah mengabaikan hak-hak jasmani kita. Apalagi jika ibadah yang kita lakukan dapat membahayakan kesehatan tubuh kita. Tubuh kita punya hak yang harus dipenuhi yaitu hak untuk istirahat dimana pada prinsipnya tidur di malam hari adalah upaya untuk menyimpan tenaga agar nantinya dapat beribadah di tengah malam.

Meskipun sholat malam atau sholat tahajjud juga banyak memiliki pengaruh positif bagi kesehatan jasmani sebagaimana hadits Rosulullah. Dari Bilal, sesungguhnya  Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang sholeh sebelum kalian. Wahana pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, penghapus dosa dan pengusir penyakit dari dalam tubuh” (HR Tirmidzi).

Beberapa pernyataan medis dengan mengerjakan sholat malam sebagai bukti bahwasanya syariat Islam tidak menyalahi kaidah-kaidah kesehatan adalah :
  • dr. Abdul Hamid dan dr. Ahmad Qurquz mengatakan, bahwa “Sholat malam dapat meningkatkan ketahanan imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit yang menyerang jantung, otak dan organ-oran tubuh yang lain. Karena orang yang bangun malam dapat menghentikan kebiasaan tidur dan ketenangan yang telalu lama, yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah” (dr. Moh. Soleh, “Terapi Sholat Tahajud, Menyembuhkan Berbagai Penyakit”).
  • Bangun malam dapat menjadikan tubuh bugar dan bersemangat, serta terhindar dari penyakit-penyakit punggung pada usia tua. Dalam salah satu penelitian medis terbukti bahwa orang-orang tua yang terbiasa sholat malam pada bulan Ramadhan relatif lebih aman dari serangan penyakit pada tulang punggung daripada orang-orang tua yang tidak sholat malam” (Sallamah Muhammad Abu al-Kamal, “mukjizat Sholat Malam, Meraih Spiritualitas Rosulullah”).
  • Sholat tahajud memiliki kandungan aspek meditasi dan relaksasi yang cukup besar, dan memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai strategi penanggulangan adaptif pereda stress(dr. Moh. Soleh, “Terapi Sholat Tahajud, Menyembuhkan Berbagai Penyakit”). Dijelaskan pula oleh dr. Moh. Soleh, bahwa stress punya pengaruh yang besar terhadap ketahanan tubuh seseorang. Stress, baik fisik maupun psikis menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan tubuh yang cukup banyak dan penguapan yang lebih cepat.
  • Dalam bidang bio-teknologi, sholat tahajud dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan respon ketahanan tubuh dan menghilangkan rasa nyeri pasien yang terkena penyakit kanker. Dalam bidang ini pula sholat tahajud dapat meningkatkan respon emosional positif yang efektif dalam menegakkan anastesis pra-bedah (dr. Moh. Soleh, “Terapi Sholat Tahajud, Menyembuhkan Berbagai Penyakit”).
  • Sholat tahajud yang dijalankan dengan penuh kesungguhan, khusyu’, tepat, ikhlas, dan kontinyu diduga dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif. Dan respons emosi positif (positive thinking) dapat menghindarkan reaksi stess (dr. Moh. Soleh, “Terapi Sholat Tahajud, Menyembuhkan Berbagai Penyakit”).
Demikianlah yang dapat di sampaikan, semoga anda dapat memulai kehidupan yang baru, bersemangat dalam mengarungi hidup ini dan bersemangat berbuat kebajikan …aamiin. Bilahit taufik wal hidayah, Bilahit taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh  (MM 19012011)



 .
Share

Comments

Popular posts from this blog