Keniscayaan dan Urgensi Dakwah


Ketika berada di atas muka bumi ini, manusia langsung disertai pertolongan Allah SWT dalam bentuk rezeki dan hidayah. Tentang rezeki Allah SWT. telah menunjukkan perbendaharaan rezeki yang ada di bumi yang telah disiapkan bagi Umat manusia. Allah SWT berfirman:
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولاً۬ فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِہَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ
Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekiNya. Dan hanya kepadaNyalah kamu kembali setelah dibangkitkan. (Al-Mulk: 15).
هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعً۬ا
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu (Al-Baqarah: 29).
 
Rezeki ini tersedia sesuai dengan apa yang disukai dan dicari oleh manusia agar mereka senang dan menikmati kehidupan Dunia. Al-Qur’an menunjukkan hal ini dengan menyatakan:
فَأَنۢبَتۡنَا فِيہَا حَبًّ۬ا. وَعِنَبً۬ا وَقَضۡبً۬ا. وَزَيۡتُونً۬ا وَنَخۡلاً۬. وَحَدَآٮِٕقَ غُلۡبً۬ا. وَفَـٰكِهَةً۬ وَأَبًّ۬ا. مَّتَـٰعً۬ا لَّكُمۡ وَلِأَنۡعَـٰمِكُمۡ.
Lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian, dan anggur dan sayur-sayuran, dan zaitun dan pohon kurma, dan kebun-kabun yang rindang, dan buah-buahan serta rerumoutan. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu. (Abasa: 27-32).
وَٱلۡأَرۡضَ وَضَعَهَا لِلۡأَنَامِ. فِيہَا فَـٰكِهَةٌ۬ وَٱلنَّخۡلُ ذَاتُ ٱلۡأَكۡمَامِ. وَٱلۡحَبُّ ذُو ٱلۡعَصۡفِ وَٱلرَّيۡحَانُ
Dan bumi telah dibentangkanNya untuk makhlukNya, di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. (Ar-Rahman:10-12).
Tentang hidayah, Allah SWT telah mengutus para Rasul dengan membawa wahyu dan bukti kebenaran dari sisiNya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.
يَـٰٓأَهۡلَ ٱلۡڪِتَـٰبِ قَدۡ جَآءَڪُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ ڪَثِيرً۬ا مِّمَّا ڪُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡڪِتَـٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن ڪَثِيرٍ۬ۚ قَدۡ جَآءَڪُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٌ۬ وَڪِتَـٰبٌ۬ مُّبِينٌ۬. يَهۡدِى بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٲنَهُ ۥ سُبُلَ ٱلسَّلَـٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬.
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya.sungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al-Maidah: 15-16).
Hal ini untuk semakin menyempurnakan nikmat dan kebahagiaan, mengharmoniskan orang-orang yang beriman dengan alam semesta yang tegak di atas prinsip kebenaran dan keselarasan, yang berjalan dengan system yang sangat detail, pengendalian yang bijak, taat dan penuh hidayah (petunjuk).
Dengan dasar itu, dakwah adalah keniscayaan bagi manusia sebagaimana keniscayaan makan dan minum dalam hidup ini karena dakwah adalah sisi kedua manusia yang memasok konsumsi ruh dan jiwanya dan memberikan ketenangan hidup.
I. Keterbatasan Akal Menangkap Kebenaran
 
Keniscayaan dakwah ini disebabkan oleh kenyataan manusia yang memiliki akal dan nafsu. Akalnya terbatas dalam menangkap banyak kebenaran, sedangkan nafsunya yang menggebu sering melewati batas kebenaran dan memaksa akal untuk mengikuti keinginannya.
 
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِىٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬
Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun Maha Penyayang. (Yusuf: 53).
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:
وَنَفۡسٍ۬ وَمَا سَوَّٮٰهَا. فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَٮٰهَا. قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّٮٰهَا. وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّٮٰهَا
Demi Jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya), maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya. (Asy-Syams: 7-10).
Dengan semua kelemahan itu, harus ada aturan dan petunjuk dari Pencipta manusia, Yang Maha Mengetahui apa yang dapat memperbaiki manusia, agar menjadi penuntun akal dan rambu-rambu jalan, agar tidak tersesat dan sengsara juga melampaui batas.
فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّڪُم مِّنِّى هُدً۬ى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِڪۡرِى فَإِنَّ لَهُ ۥ مَعِيشَةً۬ ضَنكً۬ا وَنَحۡشُرُهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِىٓ أَعۡمَىٰ وَقَدۡ كُنتُ بَصِيرً۬ا
Jika datang kepadamu petunjuk dariKu maka ketahuilah barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata: “Ya Tuhanku mengapa Engkau mengu8mpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihatmu? (Taaha: 123-125).
 
رَبَّنَا لَوۡلَآ أَرۡسَلۡتَ إِلَيۡنَا رَسُولاً۬ فَنَتَّبِعَ ءَايَـٰتِكَ مِن قَبۡلِ أَن نَّذِلَّ وَنَخۡزَىٰ
Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, sehingga kami mengikuti ayat-ayatMu sebelum kami menjadi hina dan renda? (Thaaha: 134).
Untuk menjelaskan hal ini, tidak diragukan lagi bahwa di dalam fitrah manusia itu terdapat kekuatan dan bashirah (ketajaman mata hati) yang dapat dipergunakan untuk membedakan antara jalan yang baik dan yang rusak, membedakan yang hakl dan yang batil. Meskipun dapat memancarkan cahaya pembuka dan akal yang menerangi, kekuatan akal ini tidak dapat sendirian untuk dapat membedkan yang ma’tuf dan munkar, tabiatnya yang tidak akan mampu melihat hakikat segala sesuatu, melihat semua yang benar, dan mengatur amal perbuatan manusia dengan system yang tidak cacat. Hal ini karena kekuatan akal, meskipun telah mampu menemukan beberapa hal, acapkali terpental dari kebenaran, jauh dari sisi kemaslahatan, tidak terbimbing kepada hasil perbuatan dan tindakan karena keterburu-buruan, nafsu atau selera. Terkadang melihat keburukan tampak seperti kebaikan, dan kebaikan tampak seperti keburukan. Allah SWT berfirman:
 
كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٌ۬ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـًٔ۬ا وَهُوَ خَيۡرٌ۬ لَّڪُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـًٔ۬ا وَهُوَ شَرٌّ۬ لَّكُمۡۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
 
Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah: 216).
Berikut ini adalah contoh keterbatasan akal manusia sepanjang sejarah. Beberapa pemikir berusaha menemukan perkembangan makhluk dan siapa penciptanya. Hasil pencarian itu sampai pada penyembahan baru: bintang atau hewan.Akhirnya menusia menyembah selain Allah, padahal semua itu adalah makhluk yang ditundukkan untuk manusia.
Ada golongan lain yang mencoba membuat tatanan sosial. Ada juga yang membuat madzhab yang menyebabkan masyarakat celaka dan terpecah-belah. Mereka membuat peraturan yang menghalalkan khamar, judi, hubungan seks menyimpang, dan seterusnya. Mereka memiliki akal yang menyimpang dari kebenaran, menantang fitrah manusia, untuk memuaskan sisi hewani dan nafsu.
Kemudian sistem dan aturan seperti apa yang memperbolehkan merampas harta orang lain dengan cara yang tidak benar, melegalkan penjarahan, dan memperbudak sesama manusia bahkan membantainya. Aturan-aturan tersebut tidak lain adalah buah dari akal manusia yang dihinggapi keburukan, kehinaan, goncangan dan keterbelakangan.
Ahmad Yani
(Dinukil dari kitab Adda’wah ila Allah (Dakwah ke jalan Allah), penulis Dr. taufiq Al-Wa’i).

Comments

Popular posts from this blog