~Sakaratul Maut~
1
2
3
4
1
2
“Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabu...t nyawa
orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta
berkata: “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.” (niscaya kamu
akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul m aut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu !”
Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan,
kerana kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak
benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”.
(Qs. Al-An’am 93).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa
tergantung dari amal perbuatan orang yang berkenaan, bila orang yang
akan meninggal dunia itu derhaka kepada Allah, maka Malaikat Izrail
mencabut nyawanya secara kasar.
Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati.
Namun demikian rasa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.
“Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang”. (H.R. Ibnu Abu Dunya).
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat
mengerjakan solat sampai puluhan raka’at dalam sehari semalam dan selalu
berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s
yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang
sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail.
Maka
bermohonlah ia kepada Allah SWT agar di perkenankan mengunjungi Nabi
Idris a.s. di dunia. Allah Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail,
maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki
tampan,dan bertamu kerumah Nabi Idris.
“Assalamu’alaikum, yaa Nabi Allah”. Salam Malaikat Izrail,
“Wa’alaikum salam wa rahmatulloh”. Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.
Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan
ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan
bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail.
Selesai berbuka
puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya
“menghadap”. Allah sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari
perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir
dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang
baik-baik saja.
Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s
mengajak jalan-jalan “tamunya” itu ke sebuah perkebunan di mana
pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan. “Izinkanlah saya
memetik buah-buahan ini untuk kita”. Pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi
Idris a.s).
“Subhanallah, (Maha Suci Allah)” kata Nabi Idris a.s.
“Kenapa ?” Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
“Buah-buahan ini bukan milik kita”. Ungkap Nabi Idris a.s.
Kemudian Beliau berkata: “Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”.
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya
yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau tertanya-tanya tentang
tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? fikir Nabi Idris
a.s.
“Siapakah engkau sebenarnya ?” tanya Nabi Idris a.s.
“Aku Malaikat Izrail”. Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.
“Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?” selidik Nabi Idris a.s serius.
“Tidak” Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
“Atas izin Allah, aku sekadar berziarah kepadamu”. Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris masih terpinga-pinga, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
“Aku ada hajat kepadamu”. Tutur Nabi Idris a.s
“Apa itu ? katakanlah !”. Jawab Malaikat Izrail.
“Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah
kepada Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa
takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku”. Pinta Nabi Idris
a.s.
“Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya”, tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengkabulkan permintaan Nabi Idris a.s.
Dengan izin Allah Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.
Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah SWT agar
menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan permohonannya.
Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali. “Bagaimanakah
rasa mati itu, sahabatku ?” Tanya Malaikat Izrail. “Seribu kali lebih
sakit dari binatang yang dicabut kulit hidup-hidup”. Jawab Nabi Idris
a.s.
“Itu caraku yang paling lemah lembut,kulakukan terhadapmu”, kata Malaikat Izrail.
Masya Allah, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s.
Bagaimana pula sakaratul maut kita? adakah kita di kalangan orang soleh atau sebaliknya?
“Sebarkanlah walau hanya satu ayat”
OLEH Zulfazdli Md Noordin
Comments
Post a Comment