10 CARA MENGHAPAL AL QUR'AN
Menghafal Al-Qur'an, Siapa Takut? Inilah 10 Caranya
Oleh: Falah Abu Ghuddah
Mahasiswa Universitas Al-Azhar dan Mahasiswa Akademi Al-‘Asyiroh Al-Muhammadiyah Kairo
Mahasiswa Universitas Al-Azhar dan Mahasiswa Akademi Al-‘Asyiroh Al-Muhammadiyah Kairo
Menghafal Al-Qur’an selalu
menjadi idaman setiap Muslim, ia juga selalu menjadi batu pertama
dalam menempuh perjalanan menuntut ilmu para ulama-ulama kita. Hal ini
bisa kita temukan dalam setiap biografi para pewaris Nabi ini. Di
sisi lain, menghafal Al-Qur’an juga menjadi salah satu bagian
terpenting dalam berinteraksi dengan kitab pusaka umat Islam,
Al-Qur’an.
Banyak sudah tulisan yang memuat trik dan tips menghafal Al-Qur’an, mulai dari zaman para Salafus Shaleh
sampai sekarang. Namun ada berapa poin yang kadang kurang dipahami
oleh para penghafal Al-Qur’an, ada yang lebih mendahulukan poin-poin
sekunder dibanding yang primer, begitu pula ada yang lalai terhadap
hal-hal yang primer padahal itu adalah poin yang harus dimiliki oleh
para penghafal Al-Qur’an.
Ada sebuah buku (minibook) menarik yang dikarang oleh salah satu penulis produktif di Mesir, DR Rajib Sirjani. Dalam bukunya Kaifa Tahfadzul Qur’an
ia membahas hal-hal yang harus diperhatikan oleh para penghafal
Al-Qur’an. Secara garis besar ia membuat dua pembahasan. Pembahasan
pertama tentang tips-tips yang bersifat primer (asasiyah) dan tips kedua bersifat sekunder (musa’idah). Dan dalam setiap pembahasan tips ada sepuluh poin yang harus diperhatikan.
TIPS-TIPS PRIMER (ASASIYAH).
Tips
ini harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an karena menjadi hal
yang sangat mendasar selama menghafal. Ada sepuluh poin yang harus
dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an baik sebelum, sesudah atau
selama ia menjalani proses menghafal Al-Qur’an.
Inilah sepuluh tips primer (asasiyah) menghafal Al-Qur'an:
1. Ikhlas
Ikhlas
merupakan fondasi terpenting dalam setiap pekerjaan. Hal ini
disebabkan karena siapa saja yang melakukan sebuah pekerjaan bukan
karena mengharap ridha Allah maka pekerjaannya akan sia-sia saja. Ia
juga akan menjadi orang yang pertama kali disidang pada hari kiamat.
Sebuah
hadits dari Imam Hakim menerangkan bahwa orang yang menghafal
Al-Qur’an terbagi menjadi tiga golongan; golongan yang ingin pamer,
golongan yang ingin mencari makan dari hafalannya dan golongan yang
memang murni karena Allah.
Ketika
kita tidak bisa ikhlas secara utuh maka kita bisa menggunakan
alternatif pembantu yaitu dengan memperbanyak niat yang baik seperti
niat dapat memperbanyak baca Al-Qur’an, bisa bertahajjud sambil
mengulang hafalan, berharap bisa meraih kemuliaan orang yang menghafal
Al-Qur’an, berharap agar orang tua kita dapat diberikan mahkota pada
hari kiamat, agar terjauh dari azab akhirat, agar dapat mengajarkannya
kembali pada orang lain, agar dapat menjadi suri tauladan baik bagi
orang Muslim atau yang non-Muslim atau niat-niat baik yang lainnya.
Yang penting kita berniat karena Allah dan bukan karena dunia.
2. Keinginan yang kuat
Menghafal
Al-Qur’an adalah sebuah pekerjaan yang amat mulia maka hanya orang
yang benar-benar mempunyai niat yang kuatlah yang dapat mencapainya.
Pekerjaan yang hebat hanya dimiliki oleh orang-orang yang hebat pula.
Sama halnya ketika seluruh orang ingin masuk surga, apakah seluruh
orang itu benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk mencapainya,
ternyata tidak, hanya segelintir orang bukan!
Keinginan
yang kuat ini terpancar dari usaha yang ia lakukan untuk mencapainya.
Dari usaha yang terus menerus inilah yang akan membuatnya menjadi
sebuah kebiasaan. Dan dari kebiasaan inilah yang membuatnya terus
menerus menghafal, mengulang dan mematangkan hafalannya.
3. Mengetahui nilai menghafal Al-Qur’an
Orang
yang mengetahui nilai sesuatu pasti akan berkorban apapun untuk
meraihnya. Kalau manusia biasanya selalu mencurahkan seluruh usaha
untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat duniawi lalu kenapa ia tidak
melakukan hal yang sama untuk mencapai tujuan akhiratnya yang kekal.
Ketika
kita mengetahui nilai pekerjaan yang kita lakukan maka kita akan
semakin rindu untuk melakukannya. Ditambah lagi, orang yang mengetahui
nilai suatu pekerjaan tidak sama dengan yang tidak mengetahuinya. Dan
orang yang mengetahuinya secara global tentu tidak sama dengan yang
mengetahuinya secara terperinci. Maka semakin kita mengetahui nilai
pekerjaan itu lebih terperinci tentu akan membuat kita semakin
berpacu untuk menggapainya.
Ada
banyak kelebihan dan keutamaan bagi orang yang menghafal Al-Qur’an
baik dalam Al-Qur’an itu sendiri atau hadits Nabi. Kita juga bisa
menemukannya dalam beberapa literatur baik yang berbahasa Arab seperti
At-tibyan fi adabi hamalatil Qur’an karya Imam Nawawi atau yang berbahasa Indonesia.
4. Mengamalkan apa yang ia hafal
Poin
ini menjadi poin terpenting dari tujuan menghafal Al-Qur’an. Karena
hafal semata tidak akan menghasilkan nilai yang berarti tanpa
dibarengi dengan praktik realita. Hal inipun sudah disinggung oleh Anas
bin Malik; berapa banyak orang yang membaca Al-Qur’an namun Al-Qur’an
malah melaknatnya.
Metode
inilah yang digunakan oleh para generasi terbaik, generasi sahabat.
Umar bin Khatthab telah mengajarkan kita metode yang tokcer
dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, ia tidak pernah menghafal sesuatu
kecuali ia telah mengamalkannya dan ia akan pindah ke hafalan
berikutnya setelah ia mengamalkannya dan begitu seterusnya.
Ali
bin Abi Thalib juga pernah memprediksi bahwa nanti suatu saat akan
ada sebuah kaum yang ilmu mereka tidak lebih dari kerongkongan saja
karena apa yang mereka lakukan berbeda dengan apa yang mereka ketahui.
Bukankah orang yang mengamalkan apa yang ia tahu akan Allah berikan
padanya hal-hal yang belum ia tahu.
5. Meninggalkan dosa dan maksiat
Hati
yang sering berbuat maksiat tidak akan bisa menampung cahaya
Al-Qur’an. Semakin ia bermaksiat maka akan mempengaruhi hatinya. Ketika
hatinya semakin keruh maka lemahlah kemampuannya dalam menghafal
Al-Qur’an yang suci. Karena dosa ibarat sebuah titik, semakin banyak
ia bermaksiat dan berdosa maka akan semakin banyaklah titik hitam
dalam hatinya, namun ia bisa dihapus dengan bertaubat dan memperbanyak
istighfar.
Imam Syafi’i juga
pernah mengalami hal ini kemudian bertanya kepada Imam Waqi’ yang
akhirnya beliau membuat dua syair yang sangat terkenal, Syi’ir Syakautu ila Waqi’.
Seorang Tabi’in (Dohhak bin Mazahim) pernah berkata tak ada seorang
pun yang belajar Al-Qur’an kemudian ia lupa kecuali karena dosa yang
ia perbuat. Dan melupakan Al-Qur’an termasuk musibah terbesar.
6. Berdoa
Berdoa
merupakan senjata orang Islam. Karena ia yakin bahwa tidak ada yang
sia-sia dari doanya, ia selalu yakin bahwa Allah selalu mengabulkan
doa mereka baik secara langsung, ditunda waktunya atau diganti dengan
yang lebih baik.
Ada beberapa
waktu yang tepat dalam berdoa seperti waktu sahur, usai shalat,
sepuluh akhir Ramadhan, apalagi ketika kita sendiri dalam keheningan
malam, ketika hujan, dalam perjalanan dan lain-lain. Selain itu ada
beberapa tempat yang dapat mempercepat terkabulnya doa kita seperti di
tanah haram (Mekkah dan Medinah), Hajar Aswad, Ka’bah, Raudhah dan
lain-lain.
7. Pemahaman yang benar
Orang
yang paham arti apa yang ia hafal akan lebih mudah menghafalnya
dibanding mereka yang tidak paham. Dalam membantu pemahaman, kita bisa
menggunakan beberapa alternatif seperti Al-Qur’an terjemah, tafsir
yang simple atau yang lebih terperinci kajiannya.
8. Membaca dengan tajwid
Membaca
Al-Qur’an dengan tajwid akan sangat membantu hafalan. Orang yang
menghafal tanpa tajwid akan sangat sulit untuk dibenarkan ketika ia
sudah selesai menghafal karena ia sudah terbiasa membaca dengan
bacaannya yang salah. Apalagi orang yang membaca dengan tajwid ternyata
mendapat pahala yang lebih besar.
Yang
harus diperhatikan dalam belajar tajwid adalah harus mengambil dari
seorang guru yang sudah mantap hafalan dan bacaannya, dan tidak cukup
belajar dari buku saja. Setelah belajar dari seorang guru yang hebat
mungkin dia bisa menggunakan sarana pembantu seperti mendengar dari
kaset atau komputer dan lain-lain.
9. Terus membaca Al-Qur’an
Orang
yang sering membaca Al-Qur’an akan lebih banyak mendapat pahala dan
di sisi lain hal itu akan mempermudah dan memperkuat hafalannya.
Karena terus menerus membaca Al-Quran akan memindahkan daya ingatannya
dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Biasanya
para sahabat menghatamkan Al-Qur’an dalam seminggu. Hanya sebagian
yang kurang dari itu dan hanya sebagian kecil yang lebih dari itu.
10. Membaca dalam shalat
Bagi
yang berkesempatan menjadi imam maka ia dapat langsung mengulang
hafalannya. Namun bagi yang tidak menjadi imam ia dapat melakukannya
ketika shalat malam, usai shalat isya, shalat dhuha atau shalat sunnah
lainnya. [voa-islam.com]
Comments
Post a Comment